Empat pasang mata memandang Ory tajam meminta penjelasan. Ory kebingungan sendiri mau mulai menjelaskan dari mana. Apalagi ada Ibell juga disini. Ory takut penjelasannya nanti malah membuat Ibell sedih.
"Iya. Kakak cantik ini sekarang jadi mommy baru Ibell. Tadi Ibell mau beli mommy ini, malah udah Ibell bawa mommy nya ke kasir mau Ibell bayar, tapiii...kata Om kasirnya mom ini nggak dijual, jadi nggak bisa discan barcode harganya. Untungnya mommy mau koq jadi mom Ibell, gratis lagi lo Om. Ibell nggak usah bayar. Daddy juga bilang Ibell pinter milih mommy barunya. Daddy bilang daddy sukaaaa sekali sama mom baru Ibell. Ya Dad ya?"
Ibell mengguncang-guncang tangan Raven, meminta dukungan. Raven cuma tersenyum tipis, membenarkan segala perkataan putri kecilnya.
Dewa cuma mendengus kasar. Raven ini memang benar-benar pebisnis handal. Segala hal bisa di lobbynya dengan cara yang sangat persuasif. Dan kelihatannya putri kecilnya inipun mewarisi sebagian besar sifat ayahnya. Mata Dewa menggelap saat melihat jam tangan couple yang melingkari pergelangan tangan Ory dan Raven. Dewa tahu jam limited edition seperti itu harganya setara dengan satu unit mobil mewah. Sudah mulai tanam saham rupanya Raven kepada Ory. Dan berandal cilik matre ini pasti dengan senang hati menerimanya, mengingat saat ini dia sudah tidak punya penyokong lagi.
"Begitu ya Bell, tapi nanti kalau mommynya Ibell yang beneran datang bagaimana hayo? Nanti mommy nya sedih lo, karena udah diganti sama mommy yang baru."
Dewa mulai mempraktekkan jurus manipulatifnya. Memangnya hanya Raven yang bisa bersikap licik. Dalam hati Dewa juga heran, kenapa merasa tidak rela melihat Ory dekat dengan pria lain, padahal Dewa jelas-jelas tidak menyukai gadis cilik itu. Dia kan penganut faham selama bisa beli sate buat apa memelihara kambing. Bikin repot saja.
"Bagaimana kalau nanti mommy sungguhan Ibell datang Dad?" Ibell tampak mulai bingung.
"Ya tidak masalah dong sayang, kan Ibell jadi punya dua mommy,serukan jadinya?"
Raven menjawab santai kebingungan Ibell. Dewa makin kesal, Raven adalah sibatu yang dingin dan tidak punya hati. Tapi sikapnya pada anaknya, harus diacungi dua jempol. Dia adalah conton ayah yang hebat.
Ory yang sedari tadi terdiam mulai berjalan menghampiri Rendra. Ory tahu walaupun sedari tadi Rendra diam saja, tapi sesungguhnya dia tidak suka melihat kedekatan dengan Raven, karena biar bagaimanapun juga status Raven adalah suami orang.
"Selamat ulang tahun ya kak Rendra. Semoga panjang umur dan berbahagia selalu."
Ory mengucapkannya sambil mengulurkan tangannya ingin menyalami Rendra. Tapi Rendra sama sekali tidak menyambut uluran tangannya dan malah memeluknya erat dan mengecup sayang keningnya.
"Terima kasih ya Non. Darimana kau tau kalau hari ini saya berulang tahun?"
"Dari Bik Asih." Ory menjawab polos.
"Eh sebentar ya Kak, Ory mau kasih kado buat Kakak."
Ory segera berjalan kearah Raven bermaksud untuk mengambil jam tangan mewah yang dibelikan oleh Raven tadi. Tapi ternyata Raven sudah terlebih dahulu menghampiri Ory dan memberikan paper bag berlogo jam tangan terkenal.
"Ini hadiah dari O—Ory Kak. Dipakai ya Kak? Semoga kakak suka."
Ory serba salah saat mengatakan bahwa kado itu berasal dari nya. Sedangkan sudah bisa dipastikan Rendra tidak akan mempercayainya.
Rendra memandang sekilas box jam tangan yang kini sudah berpindah ke tangannya. Dia tau harga jam tangan ini bukan main mahalnya, mana mungkin Ory yang membelinya. Sebenarnya sudah sejak Ory masuk ke restaurant ini, dia sudah memperhatikan jam tangan couple yang wah itu dipergelangan tangan Raven dan Ory.
"Jam Role*x ini harganya tidak kurang dari enam puluh tujuh juta Non. Bukan maksud saya untuk meremehkan masalah finalsial kamu, tapi maaf Saya rasa jam ini bukan kamu yang beli. Jadi maaf Saya tidak bisa menerima kado kamu ini Non."
Rendra mengembalikan kado yang tadi diberikan Ory kepadanya. Ory tertegun, walaupun dia sudah menduga akan ada kemungkinan Rendra akan menolak kadonya, tapi tetap saja sedih
rasanya melihat Rendra tidak mau menerima pemberiannya.
"Anda tahu, sebelum memutuskan untuk membeli jam itu, Ory sudah begitu lama memperhatikannya. Memeriksa setiap detailnya, sampai kemudian dia memutuskan untuk tidak jadi membelinya karena tidak memenuhi budgetnya. Dan kemudian Saya memutuskan untuk membayarnya dikarenakan kebetulan saya punya uang dan dia tidak. Sejatinya seseorang yang diberikan bingkisan dari seseorang yang lain, tidak berhak untuk menanyakan darimana barang itu berasal, karena itu kasar dan tidak sopan."
Raven sekarang melirik wajah Ory yang sudah tampak mendung dan terus menerus menundukkan wajahnya. Dia pasti malu ketahuan memberikan bingkisan tapi berasal dari uang orang lain.
"Oke kalau begitu silahkan anda kirim nomor rekening anda untuk mengganti uang anda yang dipinjam oleh adik saya tadi."
Rendra menerima kembali jam tangan yang tadi dikembalikannya pada Ory. Langsung saja wajah Ory berubah cerah melihat Rendra bersedia menerima kembali hadiahnya, walau dia membayar pada Raven. Laki-laki dan harga diri mereka. Sudahlah ora urus, yang penting sudah diterima. Titik.
"Kirim juga nomor rekening lo ke gue Ven. Biar gue ganti duit lo yang beliin jam tangan bini gue. Lain kali usah beliin apa-apa buat bini gue ya Bro. Gue masih mampu nafkahin."
Raven cuma menganggap angin lalu kata-kata Dewa. Dia malah tampak sibuk membaca pesan di ponsel canggihnya.
"Kalo lo memang mau nafkahin bini lo, harusnya lo suruh bini lo gak usah pontang panting kerja paruh waktu di kantornya si Bima. Think smart! Raven menunjuk keningnya sendiri. Tepat sasaran! Ory sampai bisa mendengar geraham Dewa saling beradu.
"Ayo Ibell pamit dulu sama mommy and Uncle's. Grandma ada dirumah masak ayam kecap kesukaan Ibell. Kita makan dirumah aja ya cantiknya papa?"
Nada suara Raven langsung berubah saat bicara dengan putri kecilnya.
"Grandma's here Dad?yeayyyy!!! Ibell pulang dulu ya mom and all uncle. Soalnya Grandma udah masak makanan kesukaan Ibell. Bye bye all, muachhh!!"
Raven langsung menggendong Ibell menuju parkiran.
Baru saja Raven dan Ibell keluar, Celine melangkahkan kaki jenjangnya menuju meja Dewa Cs. Tatapan matanya tampak tidak senang melihat Ory ada diantara pria-pria tampan dan mapan tersebut.
"Bukannya ini hari libur ya?kenapa asisten lo bisa ada disini Bim? Segitu sadisnya perlakuan lo sama karyawan ya Bim? Bisa kena Undang Undang Ketenagakerjaan lo."
Celine pura-pura prihatin dan kasihan pada Ory. Padahal Ory yakin, mau Ory pingsan terjengkang didepan matanya pun, paling Celine cuma melangkahinya saja.
"Lo nggak usah ngajarin gue soal undang-undang deh Cel. Kapan yang sarjana hukum disini itu gue? Ory disini bukannya dalam rangka kerjaan, tapi mau makan siang."
Bima menyahuti Celine dengan setengah hati. Kalau tidak ingat dia adalah salah satu teman lama dan juga clientnya, Bima malas sekali menyahutinya.
"Lo kesini sama siapa Ry?Dewa? Tapi Dewanya mana?"
Celine celingukan mencari-cari sosok Dewa."
Eh lo ditanya bukannya jawab malah bengong aja kayak patung! Lo kesini sama Dewa? Celine sudah tidak dapat lagi menahan rasa penasarannya.
" Nggak koq Bu, tadi saya kebetulan aja bertemu disini. Dan secara ti—"
"Eh wait wait." Celine langsung menarik pergelangan tangan Ory.
"Wow Rol*x limited edition! Hebat juga lo ya Ry, cuman asisten pengacara bisa punya jam tangan seharga mobil mewah. Lo jadi cabe-cabeannya Bima?"
Wajah cantik Celine berubah seram karena tertutup kedengkiannya.
"Eh itu mulut apa septic tank sih Cel? Koq aromanya sama? Lo tau nggak kalo menuduh seseorang tanpa bukti itu bisa dikenakan pasal pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan. Mau lo dikasuskan Ory?
Gue sih senang-senang aja jadi saksi buat Ory."
Bima tampak semakin muak berbicara dengan Celine. Dari sudut mata dia melihat Rendra sudah merangkul bahu Ory yang tampak kaget dituduh sebagai cabenya Bima.
"Ayo Non, kita pulang saja. Saya sudah kehilangan selera mencium bau busuk disini. Saya tidak heran kalau Raven mau menceraikan medusa seperti kamu. Yang saya herankan malah kenapa bisa Dewa bisa berpacaran bertahun-tahun dengan wanita seperti kamu. Poor him!"
Rendra mulai berjalan menuju pintu keluar.
"Ada apa ini?" Dewa tiba-tiba muncul dari toilet pria. Celine langsung menangis tersedu-sedu dan menjatuhkan dirinya kedalam pelukan Dewa.
"Mereka tidak suka dengan kehadiran aku disini Wa. Laki-laki ini malah bilang dia tidak berselera makan lagi karena ada aku disini. Padahal aku bahkan tidak mengenalnya."
Celine kembali bersikap playing victim.
"Lo lo pada jangan kasar dong sama cewek. Kalo emang cuma Rendra yang bersikap nggak enak sama Celine it's oke bisa difahami, karena Rendra kan nggak kenal secara personal. Cuma kalo lo berdua ikut-ikutan ngejudge Celine karena masa lalunya sama Gue itu nggak adil Bro. Lo kan nggak tau alasannya, kecuali Bima ya, karna kan lo lawyer nya. Ayolah jangan pada saling judge, kita semua kan dulunya temen lama."
Lanjut Dewa yang masih saja merangkul Celine yang masih sesengukkan.
"Gue sama Non jalan dulu ya all, kami mau nonton drama di bioskop aja, malesin banget nonton drama murahan disini."
Rendra lanjut membawa Ory menuju ke parkiran dibawah tajamnya mata Dewa yang menahan suatu rasa yang dia tidak tahu apa artinya. Sedikit cemburu mungkin.