Hera tahan tawanya. Sungguh menarik kisah kandasnya percintaan Theo. Pacarnya meninggalkannya dan malah berhubungan dengan mahasiswa Theo. “Nggak usah kamu luluskan dia di mata kuliahmu,” canda Hera. Terdengar tawa Theo renyah. “Aku mempertaruhkan karirku, Hera. Mana mungkin.” “Aku hanya bercanda, Theo. Aku tau kamu nggak akan melakukannya.” “Bulan depan aku pulang ... aku hendak dijodohkan.” “Wow. Perempuan yang sangat beruntung.” “Kenapa beruntung?” “Ya. Tentu saja beruntung. Kamu punya segalanya.” “Apa?” Suara Theo melemah dan sedikit terdengar serak. “Haha ... kamu haus pujian, Theo.” “Hei ... aku ingin tau.” Hera memainkan rambut keritingnya. Membayangkan sosok Theo. “Kamu tampan, menarik, dan pintar.” “Aaaah ... aku lega.” “Lega kenapa?” “Senang kamu memujiku.” “Kam