Kaca Pecah

2940 Words

Dita tidak pernah setakut ini. Seumur hidupnya, tidak pernah sekalipun ia membayangkan harus mengejar waktu, pulang bukan karena rindu, tapi karena terancam kehilangan. Kepalanya dipenuhi gambaran mengerikan saat mendengar kronologi singkat dari Mamanya. Bram… suaminya, satu-satunya yang selalu tenang di tengah segala keributan hidup Dita, kini berada di ujung maut. Mobilnya dihantam begitu keras hingga berguling di depan area kampus Surabaya, dan yang lebih menyesakkan adalah pendarahan di kepala membuat rumah sakit setempat angkat tangan. Ia bahkan tidak sempat menyapa, tidak sempat berkata “aku pulang.” Dita hanya tahu sekarang Bram sudah diterbangkan ke Jakarta dengan ambulans udara, dan kondisinya belum stabil. Mertuanya, Ayuning dan Abimana, telah berada di Jakarta. Kedua orangtuany

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD