Bukan hanya Rania yang heran dengan keberadaan Mireya, tapi juga Ibu Dahayu. Sore itu, mereka tengah bersiap-siap untuk pulang dari rumah sakit. Daisy tertidur pulas dalam pelukan Rania, napasnya tenang, jemarinya masih menggenggam ujung syal kecil yang dibawakan Rania pagi tadi. Mereka masih berada di ruang VIP, menunggu Prabu yang akan menjemput dan membawa mereka kembali ke apartemen. Ibu Dahayu duduk di sebelah Rania, pandangannya tak lepas dari wajah cucunya yang damai. Namun dari sorot matanya, ada sesuatu yang mengganjal. Tangannya menggenggam tangan Rania pelan. “Hati-hati ya, Rania,” ucapnya tiba-tiba. Rania menoleh. “Hati-hati gimana, Bu?” “Ibu merasa… ada yang gak beres tentang Mireya.” Rania mengernyit, mencoba tak terlalu terlihat terkejut. “Gak beres gimana, Bu?” “Tiba