bukan kupu-kupu malam

1133 Words
"Bagaimana dengan keadaan Papa saya, Dok? " tanya gadis muda cantik, dengan usia yang baru saja menginjak 20 tahun. Sanaya, ada gadis muda cantik yang terpaksa menjadi tulang punggung keluarga selama sang papa dirawat di rumah sakit. "Maaf, Nona. Saya tidak bisa menyelamatkan Tuan Bakri." Jawab dokter yang berhasil membuat tubuh Shanaya ambruk ke lantai. Amora yang mendengar jawaban dokter mendesah kasar, lalu pergi begitu saja meninggalkan Shanaya sendiri. 1 bulan sudah Naya kehilangan sosok seorang papa, sekarang Naya mencoba untuk bangkit lagi dari keterpurukan nya, dan memulai pekerjaan nya yang sudah 1 bulan ia tinggalkan. Saat Naya ingin keluar dari rumah dan berangkat bekerja, tangan Naya ditarik secara kasar oleh Mora, kakak Naya. "Ikut kakak." Kata Mora yang langsung mendorong tubuh Naya masuk ke dalam Taxi "Mau kemana Kak? Ini sudah siang, aku harus cepat sampai di tempat kerjaan ku." Tanya Naya saat melihat Mora hanya mengutak-atik ponselnya. "Ke Tempat kerjamu yang baru." Jawab Mora singkat, membuat Naya tidak mengerti, kenapa dirinya harus berpindah kerjaan, karena Naya rasa, Naya belum dipecat dari tempat kerjanya. "Aku kan udah punya kerjaan Kak. Jadi … "Berisik! Bisa diem tidak! Kalau kamu masih tetap kerja disana, kapan kamu mau bayar hutang papa, hutang papa itu banyak, sedangkan kerjaan kamu gajinya hanya cukup buat makan saja." Mora memotong ucapan Naya dengan cepat, dan membentak Naya agar Naya tidak lagi banyak bertanya. "Kak, anak papa itu tidak cuma Naya. Kak Mora juga anak papa. Kalau kita tidak kerjasama untuk melunasi hutang papa, sampai kapanpun juga gak bakal bisa lunas." Ujar Naya dengan beraninya, karena Naya merasa Mora selalu menekan dirinya agar segera melunasi hutang papanya. Mora yang mendengar ucapan Naya tidak bereaksi apapun, malah Mora meminta supir taxi agar mempercepat perjalanannya. Mobil yang membawa Naya dan Mora sampai di sebuah rumah mewah, dan terlihat cukup ramai. Mora turun dari mobil dan menarik paksa Naya agar ikut turun. Setelah Naya dan Mora turun, Mora langsung masuk ke dalam rumah tersebut dan menemui seorang wanita yang sudah cukup berumur. Mora membiarkan Naya sendirian di dekat banyaknya para wanita sexi, hingga Mora selesai berbincang dengan wanita yang sudah tidak muda itu lagi. Setelah selesai berbincang, Mora kembali keluar dan menarik Naya masuk ke dalam kamar khusus. Mora merubah penampilan Naya lebih cantik dan lebih dewasa, membuat Naya penasaran apa yang dilakukan oleh Mora. Setelah Naya selesai di dandani, Mora mengajak Naya keluar dari kamar khusus tersebut tepat pada jam 07.00 malam. Naya yang memang belum mengetahui kemana Mora akan membawanya hanya diam saja, hingga Naya membuka suara saat mobil yang membawanya berhenti di sebuah tempat yang sangat Naya kenal. "Kakak mau bawa aku kemana?" tanya Naya dengan nada bergetar karena takut saat melihat keramaian banyak orang yang sedang berlenggak-lenggok melepaskan beban mereka semua. "Nay, kakak minta maaf. Tidak ada cara lain selain kamu bekerja di tempat ini." Ujar Amora tegas, meminta Naya untuk bekerja di club malam. "Aku tidak mau, Kak. Ini bukan pekerjaan baik Kak. Aku masih bisa bekerja ditempat lain, dan tentunya pekerjaan yang jauh lebih baik daripada pekerjaan ini." Tolak Naya yang langsung mendapat tatapan tajam dari Amora. "Nay, kita itu hidup di jaman modern, bukan jaman kuno. Kita butuh uang banyak. Biaya rumah sakit papa selama ini sangat banyak. Dan kalau kamu masih memikirkan pekerjaan mana yang baik dan tidak baik, maka kita tidak akan mendapatkan uang banyak. Ingat Nay, kita butuh uang banyak, bukan butuh pemilihan mana pekerja yang baik dan tidak baik. Yang penting kita dapat uang banyak. Hutang-hutang papa terbayar lunas, sudah beres kan?" bentak Amora tepat di depan wajah Naya, saat mendengar penolakan dari Naya. Naya yang mendapat bentakan dari Amora langsung mendongak membalas tatapan Amora. "Anak papa itu bukan cuma aku, tapi Kak Mora juga anak papa. Kita bisa bekerjasama untuk mencari uang agar bisa melunasi hutang papa. Aku yakin, tanpa harus terjun dalam pekerjaan ini, kita masih bisa membayar hutang ayah." Ujar Naya yang tetap menolak pekerjaan yang diberikan oleh Mora. Mora yang mendengar ucapan Naya langsung menarik paksa pergelangan tangan Naya, hingga Mora berhasil membawa Naya masuk ke dalam kamar yang sudah memesan jasa Naya. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Mora langsung membuka pintu kamar tersebut, dan mendorong tubuh Naya hingga masuk sepenuhnya ke dalam kamar tersebut. Mora pun mengibas-ngibaskan tangannya seperti melepaskan kotoran yang menempel di tangannya, merasa sudah beres mengurus Naya. Naya yang ketakutan langsung melihat ke sekelilingnya, dan semakin ketakutan saat melihat sosok pria yang baru saja keluar dari kamar mandi, dan hanya menggunakan handuk putih yang bisa menutupi pinggang nya sampai pada lutut nya, hingga memperlihatkan tato besar di dadanya, membuat Naya langsung meneguk ludahnya dengan susah payah karena merasa sangat mengerikan sosok pria yang ada di depannya. "Apa kau wanita yang dibawa Mora untukku?" tanya pria menakutkan itu pada Naya, yang langsung mendapat jawaban gelengan kepala dari Naya. Melihat Naya menggelengkan kepalanya, pria menakutkan itu langsung mendekati Naya, dan menarik rambut Naya dari belakang hingga Naya mendongak ke atas dengan kasar. "Bening. Memang wanita yang sepertimu yang aku cari." Ujar pria menakutkan itu, membuat Naya langsung menggelengkan kepalanya cepat, bersamaan dengan air mata yang mulai menetes dari sudut matanya. "Maaf, Tuan. Saya bukan kupu-kupu malam." Kata Naya dengan nada bergetar karena merasa takut. "Aku tidak bertanya apakah kamu wanita malam atau bukan. Yang jelas, aku suka dengan pelayan baru sepertimu." Ujar pria menakutkan itu, membuat Naya semakin ketakutan. Pria menakutkan itu pun mendekati Naya, dan bersamaan dengan itu Naya memundurkan langkahnya untuk menjauhi atau menghindari pria menakutkan tersebut. "Aku sudah membayar mu mahal. Jadi jangan membuatku merasa dirugikan." Ujar pria menakutkan itu, saat melihat Naya terus berusaha menyelamatkan diri. Tubuh Naya semakin bergetar hebat karena ketakutan, saat kakinya terbentur dengan pojokan ranjang. "Masih berusaha untuk lari?" tanya pria menakutkan itu dengan senyum remeh nya. "Anda jangan merasa dirugikan, karena anda tidak menyerahkan uang anda pada saya. Kalau anda merasa dirugikan, anda bisa meminta uang anda kembali pada orang yang anda serahkan uang tersebut." Ujar Naya mencoba untuk mengukur waktu. "Aku hanya butuh senang-senang. Tinggal nikmati saja sudah beres kan." Ujar pria itu yang langsung memegang lengan Naya dengan kuat, hingga membuat Naya semakin ketakutan. "Baiklah. Kalau Tuan ingin bersenang-senang, kita bisa cari tempat yang pas untuk kita. Kita tidak mungkin kan bertukar keringat di depan banyak orang, menjadi tontonan gratis banyak orang? Yang ada nanti bukannya bersenang-senang, tapi malah bikin kita viral." Ujar Naya mencoba berusaha menghilangkan rasa ketakutannya, sambil mengelus d**a pria yang sangat menakutkan bagi Naya. "Katakan, mau kamar nomor berapa, dan mau bisa melayaniku berapa jam?" tanya pria menakutkan itu, membuat Naya seketika bergidik ngeri saat mendengar melayani berapa jam. Naya yang tidak memiliki jawaban yang pas menurutnya, akhirnya memberi jawaban semampu Naya, membuat pria itu langsung tersenyum senang, karena menurutnya, ia akan bersenang-senang sepuasnya. "Ayi, kita bersenang-senang." Ajak pria itu sambil menyeret tubuh Naya dengan paksa, hingg membuat jalan Naya terseok-seok.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD