"Nih duduk sini aja." ajak Iyan pada Alina untuk menempati sebuah meja yang kosong dengan cepat karena tampaknya kafe yang mereka datangi malam ini ramai sekali, bisa-bisa mereka tidak dapat tempat.
"Bagus kafenya, apa iya Sakya bakal tampil disini?" tanya Alina memperhatikan sekitar.
Iyan mengangguk, "gua udah beberapa kali lihat dan waktu gua tanya, dia emang lumayan sering diminta nyanyi disini."
Gadis itu mengangguk sambil kini mulai memesan minuman dan makanan kecil untuk mereka.
"Yan, serius kita ga papa keluar diam-diam gini? Aku takut nanti ketahuan terus mama papa marah." Alina kembali merasa khawatir bertanya pada Iyan.
"Kalau udah di luar mending nikmatin aja. Kena marah apa enggak itu urusan nanti, gua yang bakal tanggung jawab sepenuhnya. Lo tenang aja."
"Kamu itu emang adik yang keren banget Yan," tawa Alina senang pada adiknya itu sembari mengacungkan dua jempol.
"Lo jarang banget kan keluar main-main malmingan begini?"
"Tidak ada yang mengajakku, teman-temanku terlalu sibuk sepertinya."
"Lah iya temen-temen lo kan sejenis sama lo semua."
Alina hanya menarik sudut bibirnya, sambil melihat live performance di kafe ini yang tengah menyanyikan lagu. Namun suasana yang tadinya tenang berubah agak riuh saat penyanyi berganti atau lebih tepatnya saat seseorang yang membawa gitar tengah menyetel mic dan tempat duduk.
"Nah ini nih yang gua tunggu sejak tadi!"
"Sumpah manis banget tuh cowok, nyesel gua baru kesini sekarang."
"Makanya tiap malming ini kafe rame, pada mau liatin doi."
"Ga mau tahu, gua mesti kenalan sama dia nanti!"
"Enak aja lo, gua duluan!
Alina mengerutkan dahinya mendengar perbincangan segerombol wanita yang duduk tidak jauh darinya yang jelas-jelas membicarakan Sakya yang siap-siap akan bernyanyi. Sedangkan Iyan yang melihat ekspresi tak senang Alina hanya bisa terkekeh.
"Kenapa lo Lin?" tanya Iyan menyadarkan Alina yang menatap kesal para wanita di meja yang tak jauh dari mereka dan masih sibuk membicarakan Sakya.
"Kok mereka pada ganjen gitu sih sama Sakya?" Alina melampiaskan kekesalannya pada Iyan.
"Ganjen apaan? Orang mereka ga ngapa-ngapain Bang Sakya kok."
"Ih tapi mereka ngomongin Sakya itu loh!"
"Udah ah santai, Bang Sakya mau nyanyi, dengerin aja. Lo pernah lihat dia nyanyi nggak?"
Alina menggeleng, "cuma lihat video doang."
"Nah makanya nyimak dan santai aja."
Walau masih tak senang akhirnya Alina memutuskan untuk tak peduli dan memperhatikan Sakya yang kini sudah menghidupkan mic nya.
Sakya tampil dengan celana hitam dan kemeja motif bernuansa navy dengan dalaman kaos hitam, ia menggunakan topi yang dipasang terbalik. Ia duduk di kursi sambil memegang gitar dan tersenyum ke semua pengunjung kafe, "selamat malam semuanya, wah sepertinya malam ini rame banget ya."
"Malam ganteeeeeng!" terdengar sautan entah dari mana yang membuat Sakya terkekeh diikuti pengunjung kafe lainnya kecuali Alina yang sudah seperti hendak memburu siapapun yang tadi bicara.
"Haha, saya senang banget ada juga yang ngakuin ganteng. Padahal disini masih banyakan yang lebih keren dan bikin saya insecure." Sakya tertawa sambil merapikan rambut dibalik topinya, "daripada saya banyak ngomong, saya mau nyanyi aja ya. Boleh kan?"
"Boleh dong mas ganteng!" jawaban dari suara wanita lain yang kembali membuat semua orang tertawa.
"Jadi pacar saya juga boleh mas!" celetuk yang lain membuat Sakya terbahak.
"Sorry mbak, nanti pacarnya marah." jawab Sakya bercanda pada wanita yang bicara dengan wajah pura-pura takut.
"Saya aja mas! Saya jomblo nih,"
"Saya juga mas!"
Alina yang sedari tadi menyimak aksi-aksi para pengunjung yang terus menggoda Sakya sudah kesal setengah mati, ia bahkan kini memegang sendok dengan sangat kuat menahan emosi.
"Mas nya jomblo nggak?" tanya salah satu pengunjung pada Sakya yang langsung disahuti pengunjung lain agar Sakya segera menjawab.
Sakya hanya tertawa sambil mulai memetik gitarnya, "jomblo enggak jomblo, yang penting sekarang bagaimana kita menikmati hidup bukan? Saat sendiri lebih baik, kenapa harus memaksakan bersama tapi menyakitkan? Jika saat bersama terasa bahagia, jangan pernah sia-siakan dan teruslah membuat memori yang indah. Kita tidak akan pernah bisa mengulang waktu walau hanya sedetik, jadi teruslah melangkah sesuai hati ke hal yang membuat kita bahagia."
Suasana kafe kembali tenang mendengarkan Sakya yang bicara dengan suaranya yang menenangkan diiringi petikan gitarnya, "satu minggu ini mungkin kita sudah melewati hari yang berat, permasalahan hidup yang tiada habisnya. Tapi daripada mengeluh mungkin lebih baik untuk menikmatinya saja. Waktu terus berjalan dan akan ada yang hilang dan tergantikan, masalah bisa saja menjadi awal kebahagiaan. Tidak ada yang tahu, yang terpenting tetaplah percaya pada diri sendiri dan yakin. Semoga hari esok bisa kita lewati dengan kaki yang lebih kuat, senyum yang lebih lebar dan hati yang lebih tegar."
Ucapan Sakya telah selesai dan berganti dengan lagu yang ia bawakan dengan santai dan sangat indah yang membuat suasana kafe ini terasa sangat hangat.
Alina terpaku menatap Sakya yang terus bernyanyi sambil memainkan gitar, sesekali pria itu memejamkan matanya menikmati penampilannya sendiri. Demi apapun sekarang Alina makin terjerat pesona Sakya. Ternyata perkataan Iyan waktu itu memang benar, pesona Sakya saat bernyanyi jauh lebih dahsyat dan tak bisa dielakkan.
"Woi! Mangap woi!" Iyan menjentikkan jarinya didepan Alina yang ternganga melihat Sakya.
Alina tersadar dan mengerjap-ngerjapkan matanya pada Iyan, "demi apa aku harus dapatin Sakya, apapun dan gimanapun caranya."
Kini malah Iyan yang ternganga, "kesambet lo Lin?"
"Kenapa Sakya itu keren bangeeeett???" Alina bertanya seolah akan menangis yang membuat Iyan geleng-geleng melihat kakaknya yang untuk pertama kalinya jatuh cinta.
*
Alina dan Iyan kini sudah berjalan keluar dari kafe untuk pulang, namun wajah Alina tampak tidak senang karena keinginannya untuk bertemu Sakya tidak terwujud karena Iyan melarangnya untuk mencari Sakya ke belakang panggung.
"Biasa aja dong mukanya," ujar Iyan memberikan helm pada kakaknya tersebut.
Alina tak menjawab dan terus memberikan tatapan malas pada Iyan sembari memakai helm, hingga saat ia akan naik ke motor Iyan sebuah suara membuat mereka berdua terkejut.
"Yan! Lin!" Sakya dengan langkah agak berlari menghampiri mereka.
"Eh Bang Sakya? Kok kesini?" tanya Iyan bingung juga sambil melirik Alina.
"Harusnya gua yang kaget kalian kesini." Sakya tampak tertawa malu pada Iyan dan Alina.
"Lo sadar kita disini bang?"
Sakya mengangguk, "waktu gua selesai tampil baru nyadar kalau ada kalian di salah satu meja. Kok kalian diam aja?"
"Iyan yang bilang kalau kamu bakal tampil disini, jadinya kita kesini, tapi Iyan juga bilang nggak boleh ganggu kamu, padahal tadi aku mau teriakin nama kamu biar kamu lihat kita. Pas aku mau nyari kamu sehabis tampil juga ga dibolehin sama Iyan." Alina menjawab sambil mengadukan secara tak senang sikap adiknya pada Sakya.
Iyan memutar bola matanya malas sedangkan Sakya terbahak.
"Ya gua ga mau aja ganggu lo bang. Terus lo tahu sendiri kakak gua ini rada gimana, pasti malah bikin malu." Iyan membela diri.
Sakya masih tertawa, "makasih ya udah datang. Terus kalian mau kemana? Langsung balik?"
"Iya nih kita mau lang..."
Ucapan Iyan langsung dipotong Alina, "nggak kok, kalau Sakya mau ajak kita ngapa-ngapain dulu boleh kok. Sakya mau kemana?"
Sakya menatap Alina dan Iyan bergantian karena bingung, "eum.., aku juga mau langsung balik sih."
"Yaudah iringan aja bang jalannya." ajak Iyan, setidaknya mungkin ini tidak membuat Alina begitu kecewa.
Sakya mengangguk setuju dan kini beralih melihat Alina, "Lin, besok kamu sibuk?"
Mata Alina langsung terbuka lebar mendengar pertanyaan Sakya, bahkan ia kini menatap Iyan dengan tatapan tak percaya kalau kini Sakya seperti akan mengajaknya, "besok?? Eng...enggak, enggak kok! Kenapa memang?"
"Tentang tawaran kamu tadi, apa kita bisa memulainya besok?"
Senyum Alina langsung melebar dan dengan cepat mengangguk, "ya! Tentu!!"
Sakya juga ikut tersenyum lega, "nanti kita tentukan waktunya lebih detail ya. Hari sudah malam, lebih baik kita balik sekarang."
**
Setelah masuk ke rumah secara mengendap-endap dan menegangkan supaya tidak dipergoki, kini Alina sudah menghela napas lega karena berhasil masuk ke kamarnya dengan selamat.
"Ya ampun, ini waktu-waktu paling menegangkan dalam hidupku!" Alina mengunci pintu kamar lagi dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Gadis itu menatap langit-langit sambil tersenyum, ia kembali mengingat betapa keren dan indahnya penampilan Sakya di kafe tadi. Bahkan Alina merasakan jantungnya berdebar-debar. Alina kini mengambil ponselnya dan mencari kontak Sakya.
.
.
Kepada: Sakya Ganteng!
Sakyaaaa
Udah sampai rumah??
.
Dari: Sakya Ganteng
Udah, kamu juga udah?
.
Kepada: Sakya Ganteng!
Syukurlah, aku juga
.
Dari: Sakya Ganteng!
Jadi besok kamu bisanya kapan?
.
Kepada: Sakya Ganteng!
Kapan aja bisa kok
Seharian juga boleh
Aku sih mau aja
.
Dari: Sakya Ganteng!
Wkwkwkwk, aku yang ga akan kuat
Belajar bentar doang aku tidak bisa jamin diri sendiri bakalan bisa
.
Kepada: Sakya Ganteng!
Pasti bisa kok
.
Dari: Sakya Ganteng!
Kalau siang gimana?
Jadi nanti kamu bisa pulang sebelum sore
.
Kepada: Sakya Ganteng!
Boleh, dimana?
.
Dari: Sakya Ganteng!
Taman?
Disana sepertinya nyaman
Aku lihat juga banyak orang pergi belajar kesana
.
Kepada: Sakya Ganteng!
Boleh, asik juga tuh
Aku pernah belajar disana juga bareng temen waktu itu
.
Dari: Sakya Ganteng!
Okey sip
Aku jemput?
.
Kepada: Sakya Ganteng!
Sakya mau jemput!?
Waaaaah
Kamu tahu rumahku??
.
Dari: Sakya Ganteng!
Aku tahu daerahnya tapi tak tahu persis rumahmu
Kirim maps aja
.
Kepada: Sakya Ganteng!
Okeeeeeee
.
Dari: Sakya Ganteng!
Thanks ya Lin
.
Kepada: Sakya Ganteng!
Sama-samaaaaaaaaa
Seneng banget bisa bantu kamuuu :')
.
Dari: Sakya Ganteng!
Wkwkwkwk, okey
Selamat malam
Istirahatlah
Sampai jumpa besok :)
.
.
Alina langsung menutup mulutnya yang sudag akan berteriak membaca pesan Sakya yang sekedar mengucapkan selamat malam untuknya. Rasanya sudah seperti melayang di udara dengan hati senang dan jantung berdebar. Alina tidak pernah merasakan sensasi seperti ini sebelumnya.
"Ya ampun demi apa aku bener-bener jaruh cinta sama kamu Sakyaaaaaaaaaaaaa!! Huaaaa pengen nangis!!"