Enam Puluh Enam

1476 Words

Alina memasuki kamarnya dengan langkah lelah, setelah meletakkan tasnya ia langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang menatap langit-langit kamarnya. Setelah memutuskan untuk melepaskan Bara, ia masih saja belum bisa tenang. Bukan karena keraguan atau menyesal dengan keputusan itu, tapi ia hanya merasa kalau selama ini ia memang telah banyak merepotkan Bara dan kini mereka akhirnya tak bisa bersama. Alina tidak menyangka jika tadi mereka akan langsung memutuskan hal itu, padahal dirinya tengah mencari cara yang lebih baik untuk menyampaikan kehadiran Sakya kembali pada Bara. "Hufftt..., sudahlah. Mungkin ini memang cara yang terbaik. Aku tidak boleh membuang-buang waktu lagi. Aku sudah sangat sering mengulur-ulur segalanya, yang harus kupikirkan sekarang hanyalah Sakya." Tangan Alin

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD