Bab 2 - Terluka

1027 Words
"Tetapi, saya hanya mengingat nama saya saja, Dokter. Sedangkan untuk rumah saya, orang tua saya, dan keluarga saya, saya tidak mengingatnya sama sekali." Bugh! Sekali lagi, Dave memukul tembok yang sebenarnya tak ikut campur dalam masalah besar yang lagi-lagi terjadi dalam hidupnya. Semua yang terjadi adalah kehendak takdir, dan tidak ada yang bisa dia lakukan selain menerima. Namun, ini semua tidak lebih mudah saat, dirinya menghadapi musuh atau konflik berat yang biasa terjadi dalam hidupnya. Ini tentang Bella yang melupakannya lagi. Ini tentang Bella, yang kembali tersakiti. Brughh! Dave yang tidak bisa menerima kenyataan pahit ini, akhirnya bersandar pada tembok kemudian terjatuh ke lantai setelahnya karena dia merasa begitu tak berdaya. Manik matanya yang sebiru samudera, akhirnya menunjukkan bagaimana lemahnya dia saat menerima kenyataan pahit ini. Butiran bening itu semakin menderas, dan tidak bisa dia cegah. Kehilangan Bella adalah sesuatu yang paling menyakitkan dalam hidupnya. "Kenapa! Kenapa! Kenapa!?" isak Dave sembari memukuli lantai di bawahnya, tak peduli jika saat ini tetesan darah sudah mengotori tangannya. "kenapa Bella harus kehilangan ingatannya lagi? Kenapa Bella harus melupakanku lagi? Tidak cukupkah rasa sakit, penderitaan, serta perpisahan kami selama ini? Tidak cukupkah kau membuatku terluka dengan membuat Bella jauh dariku, Tuhan? Tidak cukupkah?" Dave memejamkan matanya erat. Rasa sesaknya tak terkira. Dia benar-benar tidak tau harus bagaimana sekarang. "Dave ... Dave!" Suara khawatir yang terdengar di dekatnya, masih tak membuat Dave beranjak. Dia tetap menikmati rasa sakit itu sendiri, seolah tidak ada seorang pun di dunia ini yang mau mengerti dukanya. Hingga, sebuah tarikan serta pelukan hangat yang selama ini jarang dia dapatkan setelah dewasa akhirnya dia rasakan lagi. "Bella, melupakanku lagi, Daddy. Dia melupakanku lagi." Dave seperti anak kecil yang begitu lemah. Anak kecil yang terbiasa mengadu kepada sang ayah, saat merasa sedih. Dan dia melakukannya lagi, karena dia tidak merasakan masa-masa mengadu itu pada ayahnya. Hidup terpisah, dan begitu lama, membuatnya tidak bisa merasakan masa bahagia saat ayahnya menggendongnya atau memeluknya ketika merasa sakit seperti sekarang. Peter memeluk Dave dengan erat. Matanya yang orang-orang bilang sedingin kristal es, kali ini berkaca-kaca begitu melihat Dave begitu tak berdaya. Dia tau, dan bisa merasakan bagaimana perasaan Dave sekarang karena dia pun pernah berada di posisi Dave, saat kehilangan Jasmine yang saat itu sedang mengandung Dave. Jasmine yang kehilangan ingatannya, berpisah dengannya begitu lama, sampai usia Dave menginjak 7 tahun. Dan saat itu dia bisa menemukan Dave, karena sahabatnya Chrissam. Ayah dari Isabella. "Menangislah, jika rasa sakitnya tidak begitu membuatmu sesak," ucap Peter dengan suara bergetar. "Daddy tidak akan melarangmu, karena Daddy pun merasa terluka seperti ini saat kehilangan dirimu dan ibumu di masa lalu. Daddy bisa merasakan rasa duka itu, dan menangis. Bisa membuat Daddy lebih tenang." lanjut Peter sehingga membuat Dave menarik tubuhnya dan menatap ayahnya yang tak kenal kompromi itu dengan nyalang. "Apa saat itu Daddy menyalahkan Tuhan atas rasa sakit yang Daddy rasakan?" lirih Dave dengan raut wajah begitu menyedihkan. Dan yang dia dapatkan dari ayahnya adalah, sebuah gelengan kepala. "Daddy tidak pernah menyalahkan Tuhan atas kehilanganmu dan ibumu. Akan tetapi, Daddy menyalahkan diri sendiri yang tidak becus menjaga kalian berdua. Dan kali ini pun, Daddy merasa bersalah atas insiden yang dialami Bella. "Bella tidak akan menjadi bulan-bulanan keluarga Nico Helfik, jika saat itu Daddy tidak membunuh Nico ketika menyelamatkanmu. Bella tidak akan menderita seperti ini, jika Daddy tidak melakukan kesalahan, Dave. Dia pasti akan bahagia." Mendengar jawaban Daddy nya, Dave segera bangkit dari duduknya tadi. Dia menyeka air mata di wajahnya menggunakan lengannya yang tertutupi kemeja putih. "Aku akan membuat keturunan terakhir Nico itu, menderita juga selama hidupnya. Aku bersumpah, dia akan aku buat menderita!" tekadnya dengan mata yang di penuhi oleh amarah. Ressam. Jika Ressam menjadikan keluarganya sebagai korban untuk pembalasan dendam atas kematian ayahnya. Maka dia pun akan menjadikan Ressam sebagai korban atas kejahatannya dan semua penderitaan yang sudah Ressam buat. Melihat hal itu, Peter pun bangkit dari posisinya tadi. Dia menatap Dave, lantas memberikan Dave sebuah tepukan penyemangat di bahunya. "Semua keputusan ada di tanganmu, Dave. Daddy hanya meminta, untuk jangan pernah menyerah atas Bella. Apa yang hilang dari Bella saat ini, sudah pasti akan kembali suatu hari nanti. "Yakinlah, dia pasti akan kembali padamu. Entah esok atau pun nanti. Sesuai kehendak takdir, yang menghendaki bagaimana kisah ini bermula dan juga berakhir. Oleh karena itu, teruslah berjuang untuk meraih kebahagiaanmu." Mendengar kata-kata ayahnya, Dave hanya menatap kilas tanpa mau mengangguk atau menjawab barang sepatah katapun. Yang dia pikirkan saat ini adalah, bagaimana membuat hidup Ressam menderita, dan bagaimana membuat ingatan Bella kembali dalam waktu cepat. Dia hanya bisa berharap, semoga saja takdir tidak membuatnya begitu menyerah untuk mendapatkan Bella. Karena bagaimana pun, Bella itu adalah kelemahan terbesar dalam hidupnya. Tanpa Bella, tentu saja dia tak akan bisa hidup dengan tenang. Selama ini, sudah begitu banyak badai yang menyerang hubunganya dengan Bella, sampai-sampai dia merasakan apa itu lelah dan ingin menyerah. Namun, jika dirinya berhenti sekarang dan membiarkan Bella dengan hidupnya sendiri, lantas bagimana dengan hidupnya? Bella ada di setiap hembusan napasnya dan juga detak jantungnya yang menjadi isyarat jika dirinya tetap hidup. "Jadi, maukah kau berjanji untuk tetap memperjuangkan Bella sampai akhir? Sampai takdir sendiri yang lelah mempermainkan hidupmu, Dave?" Pertanyaan Peter kali ini, membuat Dave mendongak dengan sorot matanya yang kali ini terlihat sendu dan terluka. Yang dikatakan ayahnya memang benar. Dia tidak holeh menyerah hanya karena permainan takdir yang tak ada habisnya membuat setiap hembusan napasnya berada dalam ketidakpastian hidup. Dia harus tetap memperjuangkan apa yang dia inginkan, sampai-sampai takdir merelakan dirinya menang. Oleh karena itu, dia sudah memutuskan. Apapun yang akan terjadi nanti, Bella akan kembali ke dalam pelukannya. Pegang teguh janjinya. Berjuanglah, Dave. Kau pasti bisa melewati ini semua. Apapun yang terjadi nanti, kau harus bisa membuat Bella kembali dalam pelukanmu. Tekadnya dalam hati, meskipun dia tidak yakin jika dirinya akan cukup bersabar untuk mengarungi badai besar ini dalam sebuah permainan kecil. Dokter Mike menghela napasnya pelan. Jawaban Bella, serta suara gadung yang sempat terdengar begitu Dave keluar, sudah membuatnya tau jika hadirnya Bella kembali di dunia ini, justru melupakan ingatan yang teramat penting dalam hidupnya. "Tidak sedikit pun kau mengingatnya, Bella?" tanya dokter Mike memastikan. Dan lagi-lagi Bella menggelengkan kepalanya begitu dia tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan dokter itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD