“Kenapa bisa sampai biru-biru gini sih, Me.” Tama mengusap dengan lembut lebam di tangan dan kaki Mega. “Memangnya nggak ada pekerja lain yang bantuin kamu angkat-angkat barang berat?!” Tama menghela kesal, apalagi melihat lebam di tubuh wanita itu akibat terlalu berat bekerja. “Angkat koper dan nakas itu bukan kerjaan cewek, tapi kerjaan cowo, Me. Harusnya Lo nolak saat majikan Lo nyuruh-nyuruh. Nggak ngotak banget sih itu orang!” Kesal Nela, yang juga ada bersama Tama dan Mega. “Firasat gue udah nggak enak aja, makanya gue minta Abang anter kesini dan bener aja kan, Lo sakit.” “Lo emang terbaik, Nel. Punya indra ke tujuh.” Mega tersenyum jahil. “Jangan ketawa Lo! Gue kesel banget sama Lo yang nggak pernah bisa nolak, padahal bos Lo itu keterlaluan!” Mega terkekeh. “Namanya jug

