Pak Arya melepaskan pegangannya di tanganku lalu menjentik sekali lagi keningku dan kali ini dengan sangat keras. Pak Arya meletakkan kedua tangannya di pinggang dan menatapku tajam dengan dua matanya. "Kamu pikir saya manusia jahat? Kamu pikir saya bakalan tega membunuh anak sendiri? Kamu pikir saya sejahat itu? Kamu ini kapan dewasanya sih? Sekarang bukan waktunya memikirkan hal buruk seperti itu, bayi kita bisa nangis kalau ibunya seperti ini terus," omelnya tanpa memberiku kesempatan untuk membela diri. Aku mengelus lembut perutku agar bayiku tidak sedih mendengar ucapanku tadi. "Maafkan ibu ya, ibu janji nggak akan asal ngomong lagi, ibu takut diomeli ayah kamu dan ujung-ujungnya ibu benci dia terus kamu mirip ayah kamu deh," ujarku lagi. "Mulai lagi kan? D