Bab 22

1183 Words

Omelan   demi   omelan  keluar dari mulut Pak Arya sesampainya aku di rumah. Walau terkadang Pak Arya itu menyebalkan, mau menang sendiri, egois, dan rese tapi omelan tadi itu seperti lantunan nyanyian merdu di telingaku. Terkadang omelan itu ada benarnya, seperti istri  dilarang pergi dari rumah tanpa seizin suami, istri juga dilarang kabur saat bertengkar dengan suami dan omelan-omelan lainnya.   Kali ini mood-ku sepertinya mulai membaik dan tidak mempermasalahkan omelan Pak Arya tadi. Aku sangat merindukannya dan ingin sekali mencium aroma tubuhnya yang khas itu. Baru sehari berpisah saja aku bisa serindu ini, bagaimana kalau kami terpaksa bercerai ya?   Ya ampun! Kenapa beberapa hari ini aku selalu berpikir tentang perceraian ya? Amit-amit! Aku nggak bisa hidup tanpa Pak Arya, dar

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD