Kemacetan kota Jakarta pagi ini adalah saksi bisu perjuanganku bertemu Matt. Dewa menyuruh salah satu supirnya untuk mengantarku ke panti. Mentari belum sepenuhnya naik, tapi udara terasa begitu panas. Aku bahagia karena hari ini akhirnya aku bisa bertemu Matt lagi. Namun, sejujurnya ada yang mengganjal di hatiku. Ada rasa takut yang menyelinap masuk ke dalam hatiku. Ada rasa sedih yang memporak-porandakan pikiranku. Aku rasa menyesal saat aku berhadapan langsung dengan Dewa. "Kita sampai, Nyonya." "Nyonya." "Nyonya." Supir menepuk bahuku pelan. Aku segera tersadar dari lamunanku. "Iya, Pak? Ada apa?" tanyaku bingung. "Kita sudah sampai di rumah panti, Nyonya." Kata pak supir. "Iya, Pak. Nanti saya pulang naik taxi saja." Kataku pada supir. Aku segera turun dari mobil. Berjalan sedik