Episode 10

2508 Words
"Apa sekarang client saya bisa di bebaskan Pak Sonny?" Ethan lega luar biasa saat melihat hasil rekaman CCTV, yang pada akhirnya bisa menjelaskan darimana obat-obatan terlarang itu bisa ada di dalam tas Merlyn. Sebagai seorang pengacara ia bangga karena bisa membebaskan clientnya. Dan sebagai seorang laki-laki yang sedang memburu cinta, ia lega karena orang yang diincarnya terbebas dari bencana masuk penjara. Dan bonus satu hal lagi, citra dirinya akan naik di mata calon mertua dan calon kakak iparnya. Double jack pot bukan? "Sepertinya Ibu Merlyn baru akan di bebaskan besok pagi, Pak Ethan. Ada beberapa berkas dan masalah prosedural yang harus ia tanda tangani terlebih dahulu. Atasan saya tadi sudah mengkonfirmasi kalau client Anda akan bebas setelah beberapa prosedur di lewati." Juper bernama Sonny Harsono itu telah bersiap-siap untuk segera pulang. Setelah marathon menginterogasi para tersangka dari pukul empat sore hingga tengah malam menjelang dini hari begini, jiwa raganya lelah luar biasa. Ia perlu beristirahat agar besok bisa kembali fresh dan menjalankan tugas negaranya dengan baik. Dia telah disumpah dan di gaji oleh negara. Ia tidak mau melakukan kelalaian dalam bekerja. Makanya ia memerlukan rehat sejenak untuk mendinginkan kepalanya yang rasa-rasanya sudah mulai berasap. "Saya mau kalau client saya pulang hari ini juga Pak Juper. Karena client saya tidak bersalah!" Ethan ngotot ingin membawa pulang Merlyn saat ini juga. Galih yang sedari tadi mengamati interaksi Sonny dengan Ethan menjadi naik tensi. Dengan segera ia menghampiri Ethan. "Dan saya mau Anda pulang saat ini juga! Karena ini adalah kantor polisi dan bukan hotel. Tugas Anda sudah selesai hari ini dan saya ingin Anda segera enyah dari tempat ini! Mengenai client Anda, saya berhak menahannya di sini dalam kurun waktu 1x24 jam sesuai dengan peraturan yang di buat oleh negara. Anda tidak berhak mengatur-ngatur tugas kami semua di sini. Anda mengerti Pak Pengacara?!!" Galih akhirnya menyalak. Sonny meringis ngeri mendengar nada suara yang dipakai oleh Galih. Manusia satu ini kalau sudah marah memang all out. Nyamuk aja males deket-deket cuy! Takut ketiban s**l. Ethan terdiam. Polisi ini memang benar. Tapi nggak perlu pake acara marah-marah juga kali. Beringas banget polisi satu ini. "Abang polisi, saya nggak jadi di penjara kan?" Merlyn yang sudah mengantuk dan kelelahan bertanya dengan mata yang sudah tinggal lima watt saja. Dia mengantuk sekali. Galih mengangguk. "Tapi belum boleh pulang juga?" Galih kembali mengangguk. Galih menghela nafas panjang. Sebentar lagi pasti si incess oneng ini akan merengek- rengek minta pulang. Galih bersiap-siap untuk menebalkan telinga dulu demi untuk mendengar perkataan-perkataan tidak masuk akal dari Merlyn. "Ya sudah kalau begitu. Saya capek dan ngantuk sekali, Abang Polisi. Saya tidur sama Abang aja ya? Ayo Bang, cariin saya tempat tidur dulu." Tanpa mempedulikan kehebohan yang terjadi akibat kata-kata ambigunya, Merlyn meraih begitu saja lengan kanan Galih dan separuh menyandar di sana. Ia benar-benar mengantuk dan lelah. Rasa-rasanya ia akan bisa tidur dalam keadaan berdiri saat ini. "Ayo." Galih menghela kedua bahu Merlyn yang sepertinya sudah antara sadar dan tidak sadar, saat dipapah Galih berjalan ke salah satu ruangan. Ruangan ini biasa digunakan oleh satuannya untuk sekedar melepas lelah. Galih melipat selimut dan menjadikan bantal untuk Merlyn di kursi panjang. Mer merebahkan tubuhnya begitu saja dan memejamkan matanya. Tidur. Galih sangat iri dengan orang-orang yang seakan mempunyai tombol on off untuk tidur seperti Merlyn ini. Sementara dia sendiri kalau ingin tidur  harus menonton televisi atau minimal membaca-baca buku terlebih dahulu. Barulah kantuknya akan datang. Makanya ia iri setengah mati melihat cara tidur Merlyn yang seperti lampu bolham saja. Di tekan, langsung padam. Melihat Merlyn tertidur tanpa selimut, membuat Galih memutuskan untuk mengambil selimut cadangannya di dalam mobil. Setelah menyelimuti Mer dengan nyaman baru lah Galih beranjak keluar. Ia tahu saat ini Bripda Astuti pasti sedang diamuk oleh atasannya. Pak Irjen tadi mengamuk dan memanggil sang Bripda langsung ke ruangannya saat itu juga. Ayah Merlyn bahkan terlihat seperti ingin menguliti Bripda Astuti hidup-hidup. Galih sebenarnya ingin sekali mengetahui sanksi apa yang akan dijatuhkan oleh atasannya itu pada Bripda Astuti. Hanya saja ia juga tahu kalau atasannya itu sangat tidak suka jika ia didatangi pada saat ia sedang menatar bawahannya. Nasib Bripda Astuti akan ditentukan pada saat sidang kode etik militer nanti. Galih menguap lebar, ia mendadak merasa mengantuk. Mungkin karena kasus Merlyn akhirnya telah terselesaikan dengan baik, membuat hatinya lega luar biasa sehingga kantuk pun akhirnya datang menyapa. Galih masuk kembali ke dalam ruangan tempat Merlyn tidur dan merebahkan dirinya di lantai yang dingin di samping kursi panjang yang ditiduri oleh sang gadis. Berbantalkan lengannya sendiri Galih terus saja tidak memandangi wajah cantik Mer yang sedang tertidur pulas, hingga akhirnya matanya sendiripun ikut terpejam rapat. Untuk pertama kalinya Galih bisa tertidur pulas di lantai dingin kantor polisi, namun ia malah merasa hangat di sana. Di sudut paling dalam hatinya yang sama sekali belum pernah terjamah cinta. Chris dan Tian yang ingin melihat keadaan Merlyn pasca dinyatakan tidak bersalah, menjadi naik darah lagi saat melihat begitu intimnya posisi tidur mereka berdua. Walaupun Galih tidur lantai sementara Merlyn di kursi panjang. Chris baru saja ingin berteriak untuk membangunkan Galih saat Orlando mengangkat tangan kanannya. "Cukup kekacauan yang lo buat hari ini di kantor gue ya, Chris. Gue tadi diem aja saat lo ngehajar Kompol Galih, itu hanya karena rasa solidaritas gue sebagai seorang bapak yang punya anak perempuan. Tapi apa lo nggak ngeliat kalau semua masalah yang diterima oleh Kompol Galih itu karena ulah dari anak lo sendiri? Galih itu nggak salah sama sekali dalam hal ini, Chris. Bahkan kalo gue mau jujur, si Galih itu ketiban s**l mulu sejak ketemu sama anak lo. Galih itu laki-laki dan polisi yang baik, Chris. Almarhum ayahnya dulu adalah seorang dosen filsafat dan ibunya adalah seorang guru. Dia sopan dan juga santun, Chris. Sudahlah, biarkan anak buah gue tidur sebentar dulu. Dia kelihatan capek dan kurang tidur akibat banyaknya tugas yang gue embankan padanya. Lo sama Tian kalo mau balik ya balik aja. Besok pagi si Mer juga udah bebas." Orlando juga bermaksud akan segera pulang sebenarnya. Dia sudah merindukan istri dan kedua anaknya. Gadis pasti saat ini sudah menunggu-nunggu kepulangannya di rumah. Bu dokter satu ini kalau ia belum pulang, maka ia pun tidak akan tidur. Selama hampir dua puluh tahun pernikahan mereka, kebiasaan istrinya sama sekali tidak pernah berubah. Ditambah dengan ingatannya tentang Dimetrio dan Mikaila, putra dan putrinya, membuat Orlando semakin ingin cepat-cepat saja pulang ke pelukan orang-orang tercintanya rumahnya. "Tapi entah kenapa gue lihat setiap anak gue ada masalah, pasti si Galih ini ada di sana. Seperti janjian saja. Lo apa nggak heran, Ndo?" Chris menghela nafas kasar dan duduk di sebuah di sebuah kursi plastik. "Kalau gue sih menamakannya takdir, atau jodoh. Kita sama-sama melihat kalau mereka berdua seperti memiliki chemistry satu sama lain. Kita udah tua Chris. Kita sama-sama tahu kalau mereka berdua sama-sama saling tertarik hanya sama-sama belum menyadarinya saja. Tinggal menunggu waktu aja sih kalo gue bilang. Akhirnya lo dapet mantu polisi juga, kayak gue. Hahahaha...." Orlando menggoda Christian. "Ck! Gue nggak yakin bakalan ngasih princess gue sama ini polisi, Ndo. Gue bukan bilang masalah harta karena gue juga udah punya banyak harta. Gue nggak butuh harta orang lagi. Gue bukan type orang yang materialistis. Hanya saja gue jadi paranoid sendiri setiap ada orang yang berniat mendekati Merlyn. Ya you know lah bagaimana cara berpikir anak gue. Gue jadi nggak yakin mereka itu mencintai anak gue apa adanya atau apa ada hartanya. Gue dilema, Ndo. Gue sih mungkin akan lebih memilih anak dari sahabat-sabahat gue yang udah gue kenal dari kecil aja karakternya. Jadi gue nggak perlu ngeraba- raba lagi sifat calon suami anak gue." Chris malah tidak sadar kalau ia ternyata sudah curhat dengan Orlando. "Nggak cinta lo bilang? Kalo dia nggak cinta, dia nggak akan ngebiarin lo mukulin dia sampai bonyok begini tanpa dia bales atau minimal membela diri. Kalo dia nggak cinta, lo pikir dia mau jadi kacung dadakan anak lo? Satu lagi, kalo dia nggak cinta, apa mau dia kedinginan tidur di ubin begini sementara jaketnya, selimutnya semua dia berikan buat anak lo? Dia sekarang bisa aja pulang dan enak-enakan tidur di ranjangnya yang empuk. Ini lo liat, dia bela-belain nggak pulang hanya demi untuk ngejagain anak lo! Lo sadar nggak sih? Anak lo cocok punya laki polisi. Dia akan ngejagain anak lo dengan sepenuh jiwa raganya, Chris. Percaya deh lo sama gue." Orlando menepuk ringan bahu Chris. "Kalo kriteria laki yang baik cuma bisa ngejagain anak gue, si Tama bahkan bisa menyewa seratus bodyguards untuk melindungi anak gue, Ndo. Lebih aman mana coba? Uang memang tidak menjamin kebahagiaan seseorang, Ndo. Tetapi tidak memiliki uang lebih tidak terjamin lagi kebahagiaannya. Lo inget kan kasus kakak ipar lo si Maya? Kalo waktu itu mereka berharta, pasti keadaan nggak akan separah itu. Gue nggak suka dengan laki-laki yang cuma bilang kalo dia punya cinta yang besar untuk anak gue, karena gue tahu kalau cuma cinta aja nggak akan cukup. Apalagi jika ada nyawa-nyawa lain yang akan hadir kemudian. s**u, popok bayi, makanan bergizi nggak akan bisa dibeli dengan cinta. Seperti yang gue bilang tadi, gue bukan matre. Tapi seenggaknya lo usaha dikit dong kalo mau ngidupin anak gue. Bahasa kasarnya gini, kalo lo modalnya kacang, ya dapetnya monyet. Iya kan?" Kemarin Aksa memang meneleponnya. Katanya ia ingin melamar Mer untuk Tama. Rencana pernikahan Tama dan Karina dibatalkan karena Karina ketahuan berselingkuh dengan pacar Tria, Raphael Danutirta. Pacar adik kandung Tama sendiri. Tama malah mengatakan ingin melamar Merlyn saja untuk menjadi istrinya. Ia trauma mempunyai pacar yang kelewat cerdas sampai tega menyelingkuhinya dengan pacar adik kandungnya sendiri. Chris memang belum menjawab apa-apa karena ia tidak yakin Merlyn mau menerima Tama sebagai suaminya. Di mata Mer, posisi Tama itu sama dengan Tian, yaitu abangnya. "Bener banget, Chris. Gue juga nggak akan nyerahin Mikha gitu aja untuk laki-laki yang cuma punya modal cinta doang, karena gue akan mengsyaratkan keimanan dan kesetiaan di dalamnya. By the way, soal Tama dan seratus bodyguards tadi. Bisa aja Tama menyewa seratus bahkan seribu bodyguards untuk menjaga Mer. Tapi gue yakin, yang bersedia mati dan berkorban jiwa raga untuk Mer itu hanya Galih seorang. Para bodyguards itu menjaga karena mereka memang dibayar untuk menjaga anak lo. Tapi bukan mati untuk anak lo. Tapi Galih, gue yakin kalau dia nggak akan segan-segan dan berpikir dua kali, jika harus menukar nyawanya dengan nyawa anak lo. Mana yang lebih worth it coba?" Chris seketika terdiam. Ia tidak bisa membantah kebenaran dari kata-kata Orlando tadi. Tapi ia belum yakin apakah laki-laki datar, galak dan muram ini cocok untuk mendampingi anaknya. Agamanya juga ia belum tahu seperti apa. Apa sanggup si polisi ketus ini membimbing anaknya dan menjadi imam dalam keluarganya? Ia masih memerlukan pembuktian dari Galih, kalau dia memang mencintai putrinya. Dia tidak akan menyerahkan putrinya begitu saja tanpa perhitungan yang matang. Tanpa kedua laki-laki itu sadari, Galih mendengar semua pembicaraan mereka tadi. Detik pertama ada langkah kaki yang memasuki ruangan, sebenarnya Galih sudah terjaga. Dia ini adalah seorang polisi. Dia sudah terlatih tidur seolah-olah hanya memejamkan sebelah matanya saja. Sedikit saja ada gerakan ia sebenarnya sudah langsung terjaga. Mendengar percakapan antara dua orang bapak yang yang masing-masing memiliki anak perempuan, membuatnya terus berpura-pura tidur dan menjadi penguping dadakan. Ternyata ibunya memang benar, Pak Chris tidak akan menyerahkan putrinya begitu saja kepada orang yang cuma punya modal cinta. Sementara ia adalah type orang yang merasa bahwa kehadirannya di dunia ini adalah sebagai tamu belaka. Semua harta benda hanyalah pinjaman semata. Saat ia pulang nanti semua akan ia kembalikan pada yang maha kuasa. Menurutnya kekayaan seseorang tidak diukur dari seberapa banyak harta yang dia miliki. Tetapi diukur dari seberapa banyak dia memberi. Kebahagiaan juga tidak melulu tentang banyaknya uang dan harta benda, melainkan ada pada agama, ilmu, dan budi pekerti. Ternyata ia tidak termasuk dalam kriteria calon suami yang layak untuk princessnya. Tapi Pak Chris bilang apa tadi, Tama ingin melamar putrinya? Hah yang benar saja. Pernikahannya batal dan sehari kemudian udah dapet calon aja? Apa perasaan cinta dalam sehari bisa dimutasikan ke sana ke mari? Model begini ini yang dibangga-banggakan sebagai calon suami Merlyn? Perasaan kok kayak pajangan. Gampang bener  dipindah-pindahkan. Arrrghhhhh..... Galih melihat Merlyn bergerak-gerak dengan gelisah dalam tidurnya. Sepertinya ia memimpikan sesuatu sampai ia menangis dalam tidurnya. Karena tidak tega, Galih membangunkannya. Merlyn yang terbangun karena kaget langsung memeluk Galih dan menyembunyikan tangisnya di dadanya. "Kamu kenapa, hmmm... mimpi buruk?" Galih merasakan kepala dalam pelukannya mengangguk-angguk. "Saya mimpi di penjara dan diborgol lagi sama mbak polwan. Kata mbak polwan saya akan di penjara selama lima puluh tahun. Nanti kalau saya keluar, rambut saya udah putih semua dong, Bang? Nanti ayah dan bunda saya nggak kenal lagi bagaimana? Eh kalau mereka berdua udah meninggal bagaimana? Hiks... hiks... hiks...." "Sssttt...sssttt... itukan cuma mimpi. Ayo kamu tidur lagi. Nggak usah takut, ada saya di sini." Galih bingung bagaimana cara menina bobokan Merlyn lagi. Kalau dia menepuk-nepuk bokongnya seperti menidurkan bayi, nanti di anggap melakukan s****l harassment. Kalau ia mengelus-elus punggungnya, nanti dikira mencari-cari kesempatan. Dia menjadi pusing sendiri jadinya. "Saya tidur di samping Abang Polisi aja ya? Biar tidurnya bisa pelukan. Biasa saya tidurnya pelukan sama bunda kalau sedang bermimpi buruk. Boleh ya, Abang polisi?" Pinta Mer dengan wajah memelas. "Tidak bisa begitu, Mer. Tidak sopan. Laki-laki dan perempuan yang tidak ada hubungan darah, tidak boleh melakukan hal yang seperti itu. Saya bisa menemani kamu tidur sampai pagi di sini. Tapi tidak dengan memeluk kamu. Mengerti, Mer?" Galih mencoba memberi pengertian kepada Merlyn. Masa iya wajah masih bengep-bengep begini, besok pagi ditambahin lagi? Mau jadi apa lah wajahnya nanti? Merlyn tidak menjawab tapi ia mendadak berdiri. "Kamu mau ke mana, Mer?" Galih meraih tangan kiri Merlyn karena tangan kanannya sedang mengucek-ucek matanya. "Mau ke ruangan pak polisi Juper." "Mau ngapain kamu ke ruangannya? Pak Sonny juga sepertinya sudah pulang." "Kalau begitu saya mau mencari bapak polisi yang mana saja, yang mau menemani saya tidur biar nggak mimpi buruk lagi." Astaghfirullahaladzim! "Ayo sini. Tidur di samping saya. Kamu boleh memeluk saya seerat yang kamu mau. Sesukamu." Galih pasrah. Bayangan Merlyn memeluk Gede atau Indra membuatnya ingin meremukkan satu persatu wajah mereka. "Abang polisi..." "Hmmm...." "Nanti kalau saya udah tidur jangan di lepas ya, pelukannya? Saya suka begini. Rasanya anget. Harum lagi." Suara Merlyn terdengar mulai memelan. Gadis ini sudah kembali terserang kantuk. "Saya keringetan seharian kerja nguber-nguber penjahat, kamu bilang harum? Harum dari mana? Hidung kamu rusak, hmmm?" Galih menjawab pelan sambil diam-diam menghirup aroma buah-buahan dari rambut Merlyn. Jantungnya kembali berdentam-dentam  kencang. Sepertinya penyakit jantungnya kambuh lagi kalau sering berdekat-dekatan dengan makhluk molek dalam pelukannya ini. "Harum dari Abang dong. Kan tadi baru saya bilang...." Setelah mengucapkan kata-kata itu, Galih mendengar dengkur halus dari bibir ranum yang ada di depan wajahnya sendiri ini. Dengan penuh rasa penasaran Galih mendekatkan bibirnya pada bibir Merlyn sebelum kilasan nasehat ibunya kembali terngiang-ngiang dikepalanya. Janganlah engkau menuruti nafsumu, Putraku. Dan kerjakanlah apa yang menurutmu baik. Cegahlah nafsu yang bertentangan dengan akalmu, yaitu dengan menentang keinginanmu. Astaghfirullahaladzim, hampir saja ia kalah oleh nafsu ragawinya sendiri. Akhirnya dengan menahan nyeri di semua bagian tubuhnya sepanjang malam, Galih berusaha mengendalikan dirinya sekuat tenaganya, semampu imannya. Dan itu ternyata sangat tidak mudah. Percayalah!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD