Puk! Qian tersentak saat merasakan seseorang menepuk bahunya. Ia menoleh perlahan dan mendapati Mahreen menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Sayang ….” Hanya gumaman ringan yang terucap dari mulut Mahreen dimana ia segera memberi Qian pelukan. “Apapun yang dikatakan suamiku, jangan masukkan ke hati, ya,” pintanya dimana tangannya mengusap belakang kepala Qian tanpa melepas pelukan. Didekapnya Qian seperti anak kandungnya sendiri yang telah gagal bertemu calon ayah mertuanya. Qian tersenyum getir dalam dekapan Mahreen, tak ada satu katapun yang terucap dari mulutnya. Tapi Mahreen dapat mengerti jika Qian tidak baik-baik saja karena ia dapat merasakan tangan Qian yang membalas pelukannya sedikit bergetar. Rasanya Mahreen tak ingin melepas pelukan, jika ia melakukanya pastilah air matan