“Rey, ke rumah saya sekarang,” ucap Rendra dari balik teleponnya sore itu, lalu menutupnya secara sepihak. Dari jendela ruang kerja yang ada di rumahnya, Rendra menatap ke luar, memikirkan banyak hal yang menumpuk di kepala. Sejak pagi ia sudah menerima beberapa laporan mengenai proyek yang belakangan menjadi bahan pembicaraan di lingkungan perusahaannya. Adrian yang tiba-tiba menyeret namanya dalam tuduhan permainan kotor di balik proyek besar itu. Tuduhan yang sama sekali tidak masuk akal, tetapi cukup membuat keadaan menjadi tidak tenang. Di meja kerjanya, berkas-berkas masih menumpuk. Di antara tumpukan itu, ponselnya bergetar. Pesan dari Rey muncul di layar, singkat saja, ‘Saya sudah di depan, Pak.’ Rendra membalas dengan kalimat pendek. ‘Masuk saja.’ Alasan Rey dipanggil Rendra k

