Angin malam Kertalaya berembus lembut ketika Adrian melangkah keluar dari rumah yang Laras dan Adrian tempati. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan hampir pukul delapan malam. Keputusan meninggalkan Laras malam ini sangat berat, tapi Adrian tidak bisa menolak permintaan Safira. Wanita itu memintanya langsung, untuk ditemani makan malam sekaligus berjalan-jalan di kota kecil yang tenang ini. Adrian menutup mata sejenak, menarik napas panjang sebelum membuka langkah. Bayangan Laras masih ada di kepalanya, wajah istrinya yang tampak sendu saat ia pamit meninggalkan kamar. Tapi ia tidak mungkin mengatakan pada Safira bahwa ia sudah beristri, terlebih kepada seseorang yang keluarganya sedang didorong untuk dijodohkan dengannya. Semua ini membuat langkah Adrian terasa seperti beban, seolah-

