Bab 53

2046 Words

Tangisan Laras pecah semakin keras. Isaknya menyayat, menggema di kamar VIP yang tadi hening. Bahunya berguncang, wajahnya terbenam di kedua telapak tangan. Air mata jatuh bertubi-tubi, membasahi pipi dan jari-jarinya. Adrian berdiri di depannya, tubuh tegap itu seolah tak tergoyahkan, tapi di balik ketegasannya ada kegelisahan yang tak bisa ia tunjukkan. Tangannya sempat terulur, hendak meraih bahu Laras, namun berhenti di udara. Rahangnya mengeras, napasnya berat. “Laras…” suaranya serak, hampir pelan. Ia ingin menenangkan, tapi lidahnya kelu. Kata-kata yang seharusnya menjelaskan tak kunjung keluar. Ia hanya mengulang, “Laras, dengar aku dulu.” Namun Laras menoleh cepat, wajahnya basah air mata, sorotnya penuh luka. “Apa lagi yang harus aku dengar, Mas? Jawaban Mas barusan sudah cuku

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD