Bab 64

2055 Words

Suasana ruang makan keluarga Mahendra masih hangat dengan obrolan ringan. Safira menunduk sopan setiap kali ditanya, sementara Ratna dan Dharma larut dalam nostalgia. Adrian, di sisi lain, tetap dengan wajah dingin. Ia hanya sesekali meneguk kopi hitamnya, tanpa banyak komentar. Di tengah riuh kecil itu, ponsel Dharma yang tergeletak di meja tiba-tiba bergetar, memunculkan nama ‘Rio’ di layar. Alisnya terangkat sedikit. Dengan gerakan tenang, ia meraih ponsel itu. “Permisi sebentar,” katanya singkat, suaranya tetap ramah. Dharma bangkit dari kursinya, lalu melangkah menjauh dari meja makan. Ia berdiri dekat jendela besar yang menyingkap halaman belakang, membelakangi Ratna, Safira, dan Adrian. Baru setelah memastikan jarak cukup aman, ia menggeser layar untuk menerima panggilan. “Rio,”

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD