Adrian terbangun sore itu. Cahaya oranye menembus celah gorden, jatuh di lantai. Di sampingnya, Laras masih tidur pulas, dengan napas yang teratur. Adrian memandangnya sejenak, lalu perlahan bangkit. Ia tak ingin membangunkannya, karena menurutnya, tubuh Laras kini lebih membutuhkan istirahat dibanding apa pun. Tanpa suara, ia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Air shower mengalir deras, membasahi tubuhnya dan mengusir sisa lelah. Beberapa menit kemudian, ia keluar dengan rambut basah, kaos bersih menempel di badan. Wajahnya terlihat segar. Laras masih di posisi semula, nyaris tak bergerak. Adrian merapatkan gorden, lalu melangkah mantap ke ruang kerja. Di ruang kerja, ia menyalakan lampu meja, lalu duduk dan membuka berkas-berkas yang tertinggal sejak siang. Tak lama, terdeng

