Bab 85

2153 Words

Hening sejenak. Lalu suara Adrian terdengar rendah, dingin, tapi tetap menusuk. “Saya tidak pernah meminta pernikahan itu. Tapi saya tahu… permainan keluarga tidak sesederhana menolak atau menerima. Kalau saya harus tunduk, saya lakukan hanya untuk menutup mulut publik. Bukan karena saya menginginkannya.” Kalimat itu membuat Laras terhuyung ke belakang. Kedua tangannya menutup mulut, menahan isak yang hampir pecah. Lututnya lemas, tubuhnya turun perlahan hingga ia terduduk di lantai marmer yang dingin. Air matanya menetes tanpa bisa dicegah. Di kepalanya, potongan-potongan ingatan menyerbu. Saat Adrian memintanya ikut program koas ke pelosok, meski ia sedang hamil. Saat Adrian menegaskan bahwa ia tidak boleh banyak bertanya, cukup menjalani sesuai perannya. Dan kini, semua terasa masuk a

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD