Bab 23

2142 Words

Adrian menatapnya beberapa detik tanpa berkedip. Udara di dadanya terasa berat, seolah-olah dunia berhenti berputar hanya untuk menyorot sosok di hadapannya. Jemarinya yang masih menggenggam gelas air perlahan mengencang, sendi-sendi di tangannya menegang hingga urat halus di pergelangan terlihat menonjol. Meski begitu, ekspresinya tetap terkendali, dingin, kaku, seperti topeng yang sengaja ia kenakan. “Safira,” ucapnya pelan, nyaris seperti gumaman yang lolos tanpa izin dari bibirnya. Suara itu rendah, serak, seolah sarat kenangan yang sudah lama ia tekan. Safira, perempuan yang kini berdiri anggun di depan pintu, tersenyum tipis. Senyum itu ramah di permukaan, tapi sorot matanya berbicara lain, ada sesuatu yang lebih dalam, lebih tajam, sesuatu yang membuat jantung Adrian berdegup lebi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD