Hari demi hari pun terus berganti.
Nasib Daffa benar-benar sudah berada di ujung tanduk. Dia sudah pasrah akan hukuman yang nanti akan diterimanya. Kondisi lelaki itu tampak memprihatinkan. Sidang perkara itu akan digelar seminggu lagi. Vonis yang akan dijatuhkan sudah mudah terbaca. Tidak akan ada pengacara yang membela. Bahkan ayah dan bunda-nya pun mungkin tak akan menampakkan dirinya karena merasa malu.
Hancur.
Kehidupan Daffa sudah hancur sehancur-hancurnya. Semua hanya karena seorang wanita psikopat bernama Amira. Sekarang … Daffa tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bahkan untuk sekedar marah pun dia tak lagi mempunyai energi. Wajah itu semakin lemas setiap harinya. Tatapan mata itu melambangkan bahwa jiwanya tengah menuju kematian akan sebuah harapan.
Dalam pekat lamunan dan tata
