Seth II

2213 Words
Apa yang telah terjadi pada diri Seth? Di masa lalunya. Hal yang membuat ia jadi dirinya yang sekarang sampai "pantas" untuk diundang ke pertarungan mempertaruhkan hidup dan mati di Ceantar Ghleann Dail. Bagaimanakah kelanjutan dari ceritanya? Apa yang akan ia alami setelah mengalami "kematian" itu? Apakah yang akan para leveler lain lalui selanjutnya? Apa yang akan terjadi di "dalam sana" setelah ini semua? Temukanlah jawabannya dan... selamat menikmati. +++++++ Meski malas pada akhirnya aku memutuskan untuk menjawab pertanyaan dari pria tua itu, “Saya tidak bisa mengatakan apa alasan yang membuat saya melakukan semua ini. Yang jelas saya harus jadi orang yang sangat kaya raya. Penuh kelimpahan. Terkenal. Termahsyur. Disanjung oleh puja puji dan eluan di mana pun ia berada. Dan saya harus mendapatkan keinginan itu dalam waktu yang sesingkat mungkin. “Karena ada batas waktu untuk impian yang tengah saya perjuangkan, Pak Mukti.” Pria tua itu tiba-tiba menggenggam erat kedua tangan bagian atasku. Begitu erat seolah kekuatannya dialiri oleh suatu kebulatan tekad, namun di saat yang sama juga terasa sangat lembut. Sebuah sentuhan yang dialiri oleh perasaan kasih sayang serta apresiasi. Sesuatu yang belum pernah aku rasakan lagi. Sejak pria menyebalkan bernama Wirya Senior (dan istrinya itu memutuskan untuk) membuangku ke “sesuatu” yang berada di daftar terakhir dari list “atensi” mereka. List hal-hal yang harus merekan pikirkan keberadaan, eksistensi, dan apa yang tengah ia rasakan. Setelah menatap kedua mataku untuk beberapa saat. Sepertinya ia berusaha untuk membangun kedekatan akan hubungan emosional diantara kami. Pak Muki berkata, “Ada begitu banyak jalan yang bisa kamu ambil untuk menuju kota Roma, Wirya. “Ada jalan yang bisa kamu lalui lewat daratan. Untuk melewati jalan dengan tipe ini kamu harus berjalan atau menggunakan suatu kendaraan tertentu yang bisa berjalan di darat seperti mobil, motor, dokar, becak, kereta, atau bahkan sepeda. Ada jalan yang bisa kamu lalui lewat lautan. Untuk memilih jalan dengan tipe ini kamu harus berenang atau menggunakan suatu kendaraan tertentu yang bisa digunakan untuk mengarungi perairan seperti kapal, kapal selam, sampan, rakit, atau bahkan boat. Ada jalan yang bisa kamu lalui lewat udara. Untuk melewati jalan dengan tipe itu kamu harus berjalan atau menggunakan suatu kendaraan tertentu yang bisa digunakan untuk membelah angkasa raya seperti pesawat, balon zeppelin, helicopter, atau bahkan paralayang. “Dari semua jalan yang tersedia di hadapan kamu untuk mencapai kota Roma. Setiap jalan yang kamu pilih akan memberi kamu sensasi serta pengalaman perjalanan yang berbeda-beda adanya. Tidak selesai di sana. Namun, setiap pilihan jalan itu juga akan mengantarkan kamu ke tempat-tempat pemberhentian yang berbeda, Nak. “Kamu akan sampai di sebuah bandara. Dan harus mengawali perjalanan di kota Roma dari lokasi di mana bandara itu berada. Apabila memilih perjalanan lewat udara menggunakan moda transportasi langit. “Kamu akan sampai di sebuah stasiun, terminal, pinggir jalan, trotoar, tempat pemberhentian bus, juga yang sebagainya. Dan harus mengawali perjalanan di kota Roma dari lokasi jalan atau tempat kamu berhenti. Apabila memilih perjalanan lewat darat menggunakan moda transportasi jalan biasa. “Kamu akan sampai di sebuah pelabuhan. Dan harus mengawali perjalanan di kota Roma dari lokasi di mana pelabuhan itu berada. Apabila memilih perjalanan lewat udara menggunakan moda transportasi laut. “Semua yang kamu pilih akan mengantarkan kamu untuk menjajal pengalaman hidup yang baru. Dan Pak Mukti merasa bahwa jalan yang tengah kamu ambil sekarang ini. Akan membuat kamu mengawali perjalanan yang akan mengantar dirimu ke sudut kota Roma yang tidak baik, kotor, kumuh, dan dipenuhi oleh banyak penyesalan serta rasa sakit yang akan kamu alami di kemudian hari nanti. “Masih ada sangat banyak hal lain yang bisa membawa dirimu menuju sudut-sudut paling indah serta luar biasa cantik dari kota itu, Wirya. Tidak inginkah kamu melihat pemandangan kota yang indah? Yang mampu membuat kamu melupakan seluruh rasa sakit serta perjuangan berat kala harus melalui beragam tantangan untuk mendapatkan pemandangan tersebut,” tanyanya. Aku tak bisa merespon apa pun kala mendengar nasihat pria tua itu. “…” Tanpa sadar aku tenggak air liurku sendiri. Glek. Tidak sering ada orang yang ucapannya bisa membuat Seth Sampoerna Wirya ini jadi begitu tergugah. Karenatelah sekian lama ia menutup hatinya dari dunia. dari orang lain yang ada di sekitarnya. Sudah lama sekali. Ucapan Pak Mukti walau sebenarnya terdengar “biasa saja”. Tapi, entah kenapa terasa bahwa sangat menggugah perasaan dan juga jiwa. Belum pernah ada orang dewasa lain yang bersikap demikian lembut padaku setelah dibuang oleh Wirya Senior. Pelan aku mulai menganggukkan kepala. “Good for you. Bagus sekali, Nak,” puji Pak Mukti lembut seraya mengelus-elus batok kepalaku. Wajahnya yang ramah tersenyum sama lembutnya. Jadi ikut memancing wajahku yang sekian lama memendam senyuman karena terus ditampar oleh kerasnya kenyataan. Tersenyum juga. senyuman tulus dan begitu menyenangkan yang setelah sekian purnama akhirnya kembali terbit di wajahku yang lumayan ini. He he he he he he he. Kehangatan ini. Sentuhan ini. Yang tidak pernah lagi aku rasakan dari orang tua yang telah membuangku. Tanpa sadar cairan asin di mataku meleleh. Aku raih pergelangan tangan pria itu dan aku ciumi degan syahdu. Ucapannya telah merubahku. Uccapannya telah kembali membangkitkan aku. Aku usapkan berkali-kali punggung tangan pria itu ke wajahku. Seketika aku sama sekali tidak lagi mengingat semua kemarahan yang pernah aku pendam dan jadikan dendam kesumat kepada ayah kandungku. Yang tak lain dan tak bukan merupakan Wirya Senior kala itu. Niat yang tumbuh berkembang dengan semerbak wangi buka satu taman saat itu membuat seorang Seth Sampoerna Wirya. Aku. Jadi hanya ingin menemukan jalan yang akan membawaku ke sudut paling indah, paling cantik, paling menawan dan paling luar biasa dari kota Roma. Kejadian singkat malam itu benar-benar merubah seluruh kehidupan yang aku jalani setelahnya. Aku memutuskan untuk memblok semua nomor teman-teman dunia gelapku dan benar-benar memutus hubungan dengan mereka semua. Selain itu juga tidak lupa aku memutuskan untuk memblok diriku. Dari seluruh pengaruh buruk kehidupan jalanan yang dulu pernah mengisi hari-hariku. Aku jadi semakin sering bercakap-cakap dengan Pak Mukti, Bunda, dan anak-anak panti asuhan yang lain. Kehidupan yang aku jalani setelah malam singkat itu. Benar-benar jadi jauh, jauh, jauh lebih baik. Sampai suatu hari… “Wirya, sebaiknya di masa Ujian Nasional seperti ini kamu tidak perlu sibuk bekerja lagi, ya,” beritahu Pak Mukti. Seorang pria tua yang jadi panutanku. Junjunganku. Kiblatku dalam menjalani hidup. Seperti terhipnotis aku otomatis mengangguk setuju. Otomatis melupakan semua yang pernahaku perjuangkan dan gembar-gemborkan dulu. “Iya, Pak. Tentu saja. Saya akan mematuhi semua nasihat Pak Mukti. Tapi, bagaimana dengan…” Pak Mukti tersenyum dengan indah. Senyum lembut yang sudah merubah banyak hal dalam hidupku. Dengan kopiah yang nyaris selalu menutupi kepalanya. Berkata, “Tenang saja, ya. Panti asuhan kita baru saja mendapat donatur. Lumayan lah bisa memberi kamu dan yang lain uang jajan tambahan yang bisa digunakan untuk sekedar beli pulsa atau makanan ringan. “Itu kan yang kamu khawatirkan?” tanyanya jahil seraya mencubit perutku. Aku tertawa lepas. Sebenarnya aku tidak peduli pada pulsa. Yang aku pikirkan hanya pemasukan untuk kas tabungan pribadiku. Tapi, mengingat musim ujian juga sudah dekat. Aku berpikir harus jauh lebih serius. Untuk upaya guna menemukan jalan yang membawa pada keindahan. Aku pun kembali menjadi orang g-i-l-a. Tapi, kali ini g-i-l-a yang aku lakoni tidak sama dengan tipe kegilaan yang kemarin. Aku jadi lebih g-i-l-a dalam belajar dan PM (Pendalaman Materi) di sekolah. Pokoknya akan aku temukan keindahan paling baik dan luar biasa dari kota Roma. Akan aku pamerkan keberhasilan yang akan aku rengkuh nanti pada Pak Mukti. Pada Bunda. Pada semua anak di panti asuhan ini. Merekalah hidupku sekarang. Keluargaku. Duniaku. Warnaku. Pemandanganku yang paling indah. “Kalau belajar jangan lupa istirahat, Nak,” nasihat Bunda lembut ketika melihat aku masih sibuk belajar meski waktu telah menunjukkan pukul dua pagi. Ia sendiri baru bangun untuk menunaikan ibadah malam. “Tenang saja, Bunda. Aku kan sudah biasa begadang,” jawabku kembali sibuk memperdalam materi dan mengerjakan soal latihan di buku uji ujian. Bunda beranjak mengambil selimut dan meletakkannnya di punggungku. “Kak Wirya memang harus semangat. Tapi, jangan sampai sakit, ya,” peringatnya dengan suara yang sangat lembut. BADUM! Hatiku langsung cenat cenut saat menerima perlakuan manis Bunda. Aku semakin berhasrat untuk memberi mereka hasil yang terbaik! Nilai paling sempurna! Aku akan masuk ke sekolah negeri paling elit dan mendapatkan beasiswa untuk pergi ke perguruan tinggi negeri paling bagus di negara ini. Target: LOCKED. Hari-hari ujian aku lalui dengan perasaan dag dig dug der. Sebenarnya aku kurang baik dalam pelajaran bahasa kalau boleh jujur. Tapi, aku cukup baik dalam ilmueksakta seperti matematika, fisika, dan kimia (aku tidak pandai biologi karena di ilmu itu banyak hapalannya, sudah seperti ilmu sosial saja). Hari pengumuman yang sudah begitu aku nantikan pun tiba. Hasilnya akan ditaruh di website resmi milik sekolah yang aku daftar. Aku harus pergi ke depan Mc Donald untuk mendapatkan (tepatnya menyolong) sinyal wifi gratis berhubung aku tidak akan mampu untuk membeli makanannya juga. Ketar ketir hatiku saat memasukkan nomor ujian untuk login. Hasilnya muncul. Aku tutup mulutku yang secara otomatis terbuka karena “tidak” menyangka pada hasilnya. “A, A, A, Aaaakh…” Dan pada akhirnya. Semua doa serta usaha keras yang aku lakukan selama ini terjawab. Perjuangan berdarah-darah yang aku lalui hanya untuk melihat sudut paling indah, paling baik, paling luar biasa dari kota Ro… maksudnya dari hidupku sendiri. Dari kehidupan yang telah “dibuang” oleh kedua orang tuaku ini. “Whaaaaaaaaaa!!!” teriakku histeris dalam hati karena bahagia (pada akhirnya). Saking bahagianya aku langsung tak sabar untuk menunjukkan hasilnya pada Pak Mukti dan Bunda. Aku bergegas berlari kembali ke panti asuhan. Akan tetapi, hal yang tidak pernah aku inginkan “pada akhirnya” lagi-lagi harus terjadi. Sesampai di panti asuhan… kenapa ada ambulance yang baru saja pergi? Kenapa Bunda sedang menangis dikelilingi oleh anak-anak panti yang lain? Apa yang baru saja terjadi? Siapa yang ada di dalam ambulance itu? “Bapak… Bapak… Bapak… Pak Mukti sudah…” jawab Bunda bercucuran air mata saat aku bertanya padanya. Tak perlu wanita itu melanjutkan ucapannnya sampai tuntas. Entah bagaimana aku sudah memahami apa yang akan ia katakan selanjutnya. Hatiku… perasaanku… isi dadaku semua terasa remuk redam tak kuasa menahan kesedihan. Aku saksikan bagaimana cairan asin keluar dari pelupuk mataku. Terjun bebas hingga membasahi kedua tebing pipi dan dagu. Aku tidak bisa menjelaskan lebih lanjut bagaimana perasaanku kala iu. Sehancur dan serusak apa aku. Tapi, harus tetap menyembunyikan apa yang sebenarnya dirasakan. Karena sebagai anak laki-laki paling tua. Di saat yang sama aku memiliki kewajiban untuk menjaga serta melindungi perasaan adik-adikku dari rasa sakit yang sama besarnya. Saat itu aku hanya bisa berpikir seperti ini untuk mengurangi rasa penderitaan diri sendiri, “Aku trima tanggung jawab yangkau tinggalkan, Pak Mukti. Panti asuhan ini akan baik-baik saja di tangan aku dan Bunda. “Aku tak akan mengkhianati kepercayaan yang selama ini sudah engkau berikan padaku. “Aku terima batonnya. Terima kasih banyak.” Walau sudah berpikir seperti itu. Kenapa cairan asin itu masih meluncur dari sudut mata? Mengapa sangat sulit untuk mempertahankan pikiran baik? Kenapa sangat sulit untuk terus tersenyum? Kenapa baton yang Pak Mukti tinggalkan memiliki banyak beban yang begitu menyakitkan? Kamu pasti bisa menghadapi semua ini, Wirya. Kamu tidak akan bisa menghadapi semua ini, Wirya. Karena seseorang yang begitu kamu percaya telah meninggalkan dunia ini dengan kamu “seorang diri” di dalamnya. Pikiran-pikiran semacam itu terus berputar di kepalaku. Rasa sakit sekaligus “manisnya” pertemuan yang akan selalu “dilengkapi” oleh perpisahan. Ini… sangat menyakitkan. Begitu menyakitkan. Di sisi lain aku harus mampu untuk bertahan. Namun, di sisi lain lagi itu akan terasa sangat menyakitkan. Ha ha ha ha ha ha ha ha ha! Lucu sekali, bukan? . . . Semua kebahagiaan Seth langsung sirna saat itu juga. Separuh nyawanya terasa ikut pergi bersama ambulance yang membawa pergi jenazah Pak Mukti. Tidak ada artinya sudah semua yang ia perjuangkan untuk melihat sudut terindah kota Roma. Pak Mukti resmi meninggalkan mereka dan juga dunia. Juga semua yang sudah ia perjuangkan sekuat tenaga. Ia tidak berminat lagi membanggakan hasil ujiannya pada Bunda. Pada siapa pun. Bahkan dirinya sendiri. Semua nilai nyaris sempurna itu tak ada artinya lagi kini. Ia memang berhasil masuk ke SMA Negeri paling elit di daerah tempat tinggalnya. Tapi, ayolah, semua itu sudah tidak lagi terasa sama. Pak Mukti yang baru sebentar muncul dan memberinya harapan. Meninggalkannya dalam waktu yang begitu singkat. Rasa sakitnya sama seperti saat Wirya Senior mengusirnya keluar dari rumah. Bahkan lebih. Karena rasa sakit yang kini ia rasakan. Bukan dendam atau kemarahan. Ia mencintai Pak Mukti. Kini cinta itu yang membimbing Seth untuk terus mempertahankan posisi sebagai 3 besar di kelas selama SMA. Pokoknya ia bertekad bahwa impiannya tidak akan berubah. Ia tidak boleh cengeng! Akan ia dapatkan beasiswa untuk masuk ke perguruan tinggi negeri paling baik. Menjadi lulusan paling baik dan… dan… dan apa lagi? Tapi, ya sudahlah. Toh, sekarang semua cerita itu sudah tidak ada artinya. Mari kita tertawa saja dan angkat kopi di cangkirmu. Buka matamu dan mari kembali kita hadapi kenyataan! +++++++ "Akankah pemuda berkulit kuning langsat itu kembali ke kehidupan yang masih menyisakan pertanyaan yang seperti tidak ada jawabannya? Apakah yang akan terjadi setelah ia mati? Akankah ia tiba di tanah yang telah "dijanjikan"? Atau malah berhasil kembali ke dunia "nyata"? Entahlah yang mana. “Apa tujuan dari semua kejadian ini? Misteri apa yang tersimpan di alam semesta? Yang rasanya belum semua sempat digali oleh para manusia..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD