Pelarian

1060 Words
Orion mencoba mencari cara untuk kabur dari apartemen Jie, dia benar-benar tidak menyangka bahwa Jie akan mengkhianatinya. Pagi ini di saat para penjaga apartemen Jie lengah dia berhasil kabur dari sana. Orion bahkan rela bersembunyi di dalam lemari sebelum dia bisa kabur. Dia akhirnya bisa kabur dari apartemen JIe. Orion berjalan tidak tahu arah. Harus kemanakah dia sekarang? Dia tak ada tempat tujuan. Dia harus bisa menemukan orang tuanya atau mencari Mirabell terlebih dahulu. Yang terpenting sekarang dia sudah lepas dari Jie, untuk hal iainnya Orion akan pikirkan nanti.                *** Tubuh Steve terjatuh di pelukan Mirabell, lelaki itu masih bisa tersenyum padahal darah mengalir dari balik tubuhnya. Steve tidak ingin Mirabell khawatir, padahal luka yang dia dapatkan dari tusukan Hezelbrian benar-benar dalam. “Steve, aku tidak bermaksud,” gumam Hezelbrian penuh sesal. Lelaki itu tidak bermaksud menyakiti Steve karena sasarannya adalah Mirabell. Bayangan di kepalanya masih sering berganti-ganti. Dia masih berpikir bahwa Mirabell adalah Hefin dan Steve akan merebutnya darinya. Dia benar-benar sudah tidak waras. “Kau benar-benar Jahat, Hezelbrian. Sadarlah bahwa kekasihmu Hefin sudah mati. Kenapa kau terus memaksa orang lain untuk menjaadi Jie. Kau benar-benar penjahat,” gumam Mirabell emosi. Gadis itu berdiri dan ingin memukul Hezelbrian dengan kayu yang dibawanya, namun Steve mencekal tangannya. “Jangan kotori tanganmu Mirabell, ayo kita pergi dari sini,” gumam Steve. Darah di balik tubuh Steve masih mengalir. Lelaki itu butuh pertolongan. Mirabell memandang Steve dengan emosi yang masih naik turun, gadis itu benar-benar marah pada Hezelbrian. Dia harus diberi pelajaran, namun Steve mencegahnya. Die menggelengkan kepalanya. “ Ayo kita pergi, Mirabell,” tarik Steve. “Steve tolong maafkan aku, aku benar-benar minta maaf,” Hezelbrian mencekal lengan Steve. Steve melepaskan tangan Hezelbrian di lengannya, “Kalau kau benar-benar menyesal, terimalah kenyataan kalau Hefin sudah tiada,” gumam Steve dengan nada dingin. Mirabell menyobek ujung gaunnya, dan mengikatnya di luka Steve agar darahnya berhenti keluar. Wajah gadis itu pucat. Dia takut Steve tidak sanggup bertahan. Steve memandang Mirabell, lelaki itu mengelus rambut Mirabell, “ Terima kasih,” gumamnya. Mirabell mengangguk lalu meletakkan tangan Steve di pundanya. Gadis itu membantu Steve untuk berjalan meninggalkan kastel mewah yang seperti penjara itu. Hezelbrian mengamati kepergian mereka, sebuah seringaian muncul di sudut bibirnya. Lelaki itu sedang merencanakan sesuatu di otaknya. “Habisi mereka jika sudah di hutan perbatasan,” gumam Hezelbrian. Steve dan Mirabell tidak tahu bahwa mereka dalam bahaya sekarang. Hezelbrian berjanji akan menghancurkan Steve. Dia benci menerima kenyataan bahwa Hefin sudah tiada. "Maafkan aku, Steve," gumam Mirabell penuh penyesalan. Semua ini karena Mirabell. Steve terluka juga karena Mirabell. Mirabell merasa sangat bersalah. "Untuk?" gumam Steve dengan wajah datar. Keduanya terus berjalan menelusuri hutan. Mereka harus melewati hutan area Dendrum menyeberang sungai dan berjalan melewati hutan kembali baru sampai ke Quantrum Tetranum. Malam mulai datang. Matahari telah tenggelam beberapa waktu yang lalu. "Ini semua karenaku. Kamu terluka juga karenaku," Ujar Mirabell. "Jangan menyalahkan diri sendiri. Kau ini tanggung jawabku, jadi sudah jadi kewajibanku melindungimu," gumam Steve, "Yang terpenting kamu selamat itu cukup," gumamnya. "Makasih, aku tidak tahu cara untuk membalasnya," gumam Mirabell. Steve mengacak-acak rambut Mirabell pelan "Kau tidak perlu membalasku, Mirabell." Steve tidak ingin Mirabell terus menyalahkan dirinya. Ini di luar dugaannya. Dia pikir bisa bernegosiasi dengan Hezelbrian. Tapi lelaki itu membuat Steve kecewa. Steve juga tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang namun dia berusaha menerima kenyataan yang ada. Apalagi Steve kehilangan seseorang yang disayanginya juga karena orang tua Hezelbrian. Tapi dia mencoba menekan perasaan dendamnya. Dia tak mau melukai orang lain dan mulai berdamai dengan apa yang sudah terjadi. "Steve! Kau baik-baik saja?" Seseorang berlari dari arah utara. Reynald tiba dengan napas terengah-engah. Gerbang area Dendrum dengan kastil Hezelbrian berjarak puluhan kilometer. Reynald pasti berlari untuk sampai di sini terlihat dari peluh yang membasahi keningnya. "Reynald, kenapa kau bisa ada di sini?" Tanya Mirabell heran. Reynald berusaha untuk mengatur napasnya. Dadanya naik turun tak beraturan. "Panjang ceritanya, Edmund, Felix, Bernald sedang dalam perjalanan kemari, " tukas Reynald dengan napas lebih tenang. Mirabell menarik napas lega. Setidaknya mereka aman sekarang. Dia tadi sempat takut jika akan terjadi apa-apa dengannya dan Steve. "Mirabell, maafkan aku, aku tidak bermaksud menyakitimu. Maafkan aku bersikap kekanak-kanakan," Reynald benar-benar tulus meminta maaf pada Mirabell. Duk!  Mirabell menendang tulang kering Reynald keras.  "Aaaa, apa yang kau lakukan, Mirabell! " Teriak Reynald kaget. "Pelajaran buatmu. Kau tega meninggalkanku di hutan. Kalau aku dimakan singa, beruang, ketemu zombie, hantu jahat gimana! Ngeselin banget sih kamu," tunjuk Mirabell pada Reynald. Steve tertawa kecil, namun kemudian dia menahan tawanya karena rasa perih di dekat perutnya yang terasa nyeri saat dia tertawa. "Diam kau Steve," celetuk Reynald mengusap-usap kakinya. Steve malah tambah tertawa. “Biar kapok kamu, Rey, " gumam Mirabell.  Untuk pertama kalinya Mirabell melihat Reynald tertawa. "Ternyata kamu manusia biasaa ya," gumam Mirabell pada Reynald. Reynald mengerutkan keningnya. "Maksudnya apa?" Tanya Reynald dengan tatapan bingung. "Aku kira kamu ga bisa tertawa, " gumam Mirabell yang langsung memancing tawa Steve. Sekali lagi dia harus menahan rasa sakit di perutnya. “ Jangan banyak tertawa ih, Steve," Mirabell memarahi Steve. Steve mencoba untuk menahan tawanya. "Maaf, habisnya kamu lucu." gumam Steve mengelus rambut Mirabell. Sementara itu Reynald melihat mereka dengan tatapan sulit diartikan. Sudah hampir setahun Reynald tidak melihat Steve tertawa seperti itu. Lelaki itu bahkan seperti tidak merasakan rasa sakit padahal tubuhnya sedang terluka. "Kau suka Mirabell ya, Steve?" Tanya Reynald secara tiba-tiba. Steve meneguk salivanya. Bisa-bisanya Reynald menanyakan itu di depan Mirabell pula. Harusnya dia kan tidak menanyakannya secara langsung atau nanti saja mereka bisa bicara berdua. "Kau bilang apa?" gumam Steve salah tingkah.  "Apa perlu aku jelaskan lagi?" Tukas Reynald tanpa merasa bersalah. Lelaki itu benar-benar tidak peka situasi. Steve langsung melotot, Reynald tak kuasa menahan tawanya. Sementara di sisi lain ada Mirabell yang blushing. Wajahnya benar-benar seperti tomat. Entah kenapa pipinya memerah dan jantungnya berdebar gadis itu benar-benar jatuh cinta pada Steve sekarang. Tapi apa dia tahu cintanya tidak akan semudah itu.  "Ngomongin apaan sih?" gumam Mirabell pura-pura tidak tahu. "Gak ngomongin apa-apa kok,"gumam Steve. Lelaki itu memegang kepalanya. Rasa nyeri mendadak menyerang kepalanya. Rasanya nyeri sekali.  "Steve kau tidak apa-apa?" gumam Reynald menyadari perubahan wajah Steve. "Bunuh mereka!" Belum sempat Steve menjawab pasukan dengan seragam merah tengah berlari ke arahnya. Jumlahnya ada sekitar dua puluh orang. Steve tahu betul mereka suruhan siapa.  "Sial," gumam Steve lalu menarik Mirabell untuk bersembunyi di balik tubuhnya. Steve menyesal tidak menghabisi Hezelbrian hari ini.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD