Mirabell mengerjapkan matanya. Dia mengucek mata dengan pelan. Mirabell terbangun di satu ruangan mewah dengan gorden berwarna emas, sprei yang halus dan selimut yang nyaman. Gadis itu memegang kepalanya yang pening lalu memandang sekitar. Ada ranjang besar berukuran king size dengan spreai berwarna putih bersih.
"Kau sudah bangun, Nona?" gumam seseorang berpakaian seperti maid yang menyapa Mirabell dengan senyum manisnya. Mirabell menoleh dab mendapati ada tiga orang maid yang tengah berdiri di sana.
"Kalian siapa?" gumam Mirabell dengan perasaan penuh tanya. Mirabell memandang sekeliling. Ini bukan rumah Steve, Felix atau Edmund dengan barami sederhana dan berukuran sedang. Ruangan ini sangat luas dengan perabotan yang berkilauan. Seperti kamar seorang putri.
"Apa Nona butuh sesuatu? Mau kami bawakan sarapan atau kami siapkan perlengkapan mandi?"
"Hah?"
Mirabell mencubit dirinya sendiri. Rasa nyeri langsung terasa di lengannya berarti itu bukan mimpi. Gadis itu berusaha untuk mengingat-ingat sesuatu. Terakhir kali dia merasa masih di rumah Steve, membawa anak panah buatannya dan minum teh bersama lelaki itu. Tapi selebihnya dia tidak mengingatnya lagi. Lalu bagaimana dia berada di ruangan yang seperti istana ini? Dengan tempat tidur yang lebih nyaman dari Barami. Mirabell memandang dirinya sendiri. Sejak kapan dia mengenakan piyama sutra ini?
"Kalian siapa?" Tanya Mirabell.
"Kami pelayan Nona muda, apa Nona butuh sesuatu?" gumam seorang maid pada Mirabell.
"Maksudnya kalian siapa? Dan aku sedang berada di mana?" Mirabell mengulang pertanyaannya dengan lebih detail.
"Nona sedang berada di rumah Nona, Kastil Dendrum," gumam pelayan itu lagi. Mirabell menyipitkan namanya. Bagaimana bisa Mirabell berada di tempat ini? Steve pernah menunjukkan kastil ini dari jauh. Lelaki itu bahkan melarang Mirabell untuk mendekati perbatasan Quantrum Tetranum dan Dendrum. Quantrum Tetranum dan Dendrum terletak bersebelahan. Kedua wilayah ini hanya dipisahkan oleh sungai jernih yang mengalir membelah hutan. Bagaimana bisa Mirabell berada di tempat ini? Apa mungkin dia tidur terus tanpa sadar dia berjalan ke sini?
Mirabell mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. Dia mencoba mengingat sesuatu tapi dia tidak bisa mengingat sedikit pun. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?
"Nona, apa kau baik-baik saja?" Seorang pelayan mendekati Mirabell dengan panik. Mirabell memandang mereka dengan tatapan datar.
"Aku gak papa," gumamnya. Pelayan itu menatapnya dengan tatapan datar seakan tak percaya.
"Cepat panggilkan Tuan Muda Hezelbrian, Nona muda sepertinya sedang sakit," gumam pelayan itu. Dengan cepat salah satu maid berjalan ke luar ruangan dan setengah berlari memanggil seseorang.
"Tuan Muda Hezelbrian? Siapa dia?" gumam Mirabell tak mengerti.
"Aduh bagimana ini sepertinya Nona Hefin benar-benar sakit. Apa yang Nona rasakan?" cerocos pelayan itu sambil memeriksa suhu tubuh Mirabell.
"Aku gak papa. Hah? Bentar kamu manggil aku siapa? Hefin? Namaku Mirabell kenapa kalian memanggilku Hefin? Dan siapa pula Tuan Muda Hezelbrian?" Mirabell benar-benar bingung. Banyak sekali pertanyaan di kepalanya. Bagaimana dia bisa terjebak di tempat asing lagi. Ini seperti dejavu saat dia terbangun di Quantrum Tetranum dan tak mengenal siapapun. Gadis itu mendadak linglung.
"Apa Nona benar-benar lupa? Tuan Hezelbrian adalah tunangan anda," kata pelayan satunya.
"Hah? APA! Bagaimana bisa aku punya tunangan di sini. Aku bahkan tidak mengenalnya! " Ujar Mirabell setengah berteriak. Alur macam apa lagi ini? Kenapa hidupnya bertambah rumit. Mirabell pikir dia akan hidup tenang di Quantrum Tetranum dan menghabiskan waktu 18 hari lagi di sana lalu dia bisa pulang. Terus cerita macam apalagi ini? Bagaimana dia bisa punya tunangan di sini! Mirabell benar-benar tak paham.
Ceklek!
Pintu ruangan itu dibuka dengan agak tergesa. Seorang lelaki dengan mata cokelat, rambut berwarna dark brown tampak berlari dengan tergesa menghampiri Mirabell. Langkahnya tegap, tubuhnya yang tinggi besar itu cocok dengan balutan baju berwarna putih dengan rompi dan jubah kebesarannya. Dia mirip pangeran dari negeri dongeng yamg tampan namun tak ada satupun yang nyata. Hidungnya mancung bak perosotan. Lelaki itu tampan sekali.
Mirabell meneguk salivanya. Belum sempat Mirabell bernapas dengan benar lelaki itu terlebih dahulu memeluknya. Gosh, untuk sejenak dia lupa cara bernapas.
"Apa kau baik-baik saja, Hefin?" gumam Hezelbrian dengan wajah takut. Mirabell mengerutkan keningnya.
"Namaku Mirabell bukan Hefin, kau siapa?" tanya Mirabell. Mungkinkah dia yang bernama Hezelbrian. Seseorang yang katanya tunangannya? Mirabell bertanya dalam hati.
"Apa kau tidak mengenalku? Aku Hezelbrian."
Gotcha! Jadi benar dia adalah tunangannya. Gadis itu refleks menjauhkan tubuhnya. "Kenapa? Apa kau kau baik-baik saja, Hefin." tanya Hezelbrian. Lelaki itu tampak sangat khawatir.
"Aku baik-baik saja. Tapi namaku Mirabell bukan Hefin, dan sepertinya kamu salah orang, kalau begitu aku pamit," gumam Mirabell berjalan menuju pintu. Dia harus segera pergi dari sini.
"Kau mau ke mana hah!"
Lupakan wajah tampan Hezelbrian yang tampan dengan hidung bak perosotan dan gagah itu, semuanya lenyap berganti ekspresi yang menakutkan.
"Lepaskan aku. Aku ingin pulang," Mirabell mencoba menepis tangan Hezelbrian. Namun lelaki itu memegang tangannya sangat erat hingga menimbulkan bekas kemerahan
"Kau harus tetap di sini, Hefin. Aku tidak akan melepaskanmu lagi," ujar Hezelbrian penuh tekad.
"Tidak. Ini bukan tempatku. Lepaskan aku sekarang. Dan ingat aku bukan Hefin. Aku adalah Mirabell. Kau tidak berhak mengurungku di sini," Mirabell berkata dengan setengah berteriak.
Hezelbrian berhasil memegang tangan Mirabell yang satu lagi. Mengurungnya dalam genggaman. "Kamu Hefin. Sampai kapanpun kamu Hefin. Kau yang harusnya sadar bahwa tempatmu adalah di sini di sisiku." tukas Hezelbrian tak ingin dibantah.
"Heh, dengar ya. Aku tuh Mirabell. Bukan tunanganmu. Coba buka matamu baik-baik. Dan kalau aku jadi tunanganmu pasti aku juga akan kabur. Mana ada tunangan yang memperlakuan orang yang dicintainya seperti ini. Sadarlah. Aku bukan tunanganmu, Tuan Hezelbrian," ujar Mirabell.
Hezelbrian tampak terdiam. Satu kenyataan pahit yang sebenarnya dia sadar bahwa gadis di hadapannya ini bukan Hefin. Dia tahu bahwa gadis itu sudah mati. Tapi dia tetap denial hingga otaknya tidak dapat bekerja dengan waras. Hefin meninggal karena keegoisan Hezelbrian. Saat itu Hezelbrian yang memaksanya untuk pergi dengannya. Gadis itu menolaknya tapi Hezelbrian tetap memaksa gadis itu menuruti permintaannya. Hingga malam itu adalah puncaknya.
Hefin tahu kalau Hezelbrian mencintainya. Tapi cinta laki-laki ini terlalu posesif dan gadis itu tidak tahan dengan sifat Hezelbrian yang selalu memaksanya untuk menuruti keinginannya. Hingga akhirnya malam itu dia mencoba kabur dari Kastil Dendrum.
Gadis itu berhasil kabur tapi Hezelbrian mengetahuinya dan mengejar gadis itu. Hefin yang berlari tak melihat bahwa ada jurang terjal di depannya. Gadis itu tanpa sadar menginjak area tanah yang mudah longsor hingga membuat gadis itu terjatuh ke jurang dan meninggal. Sampai sekarang Hezelbrian masih tidak mau mengakui bahwa Hefin sudah meninggal.
"Kau tidak akan bisa kabur dari sini," ancam Hezelbrian. "Pengawal! Pengawal! Cepat kurung gadis ini. Dan kalian para pelayan cepat siapkan pesta pernikahan. Besok aku akan menikah dengannya." perintah Hezelbrian.
"Apa! Menikah?" gumam Mirabell tak bisa berpikir.
"Iya, akan kubuat kau jadi milikku selamanya," gumam Hezelbrian dengan seringaian. Lelaki itu tidak akan pernah membiarkan Hefin pergi lagi. Meski dengan cara yang kejam dia akan melakukannya.