Langkah Mirabell berhenti di depan sebuah pintu besar dengan ornamen warna keemasan yang menghiasi pintu dihadapannya. Begitu mewah dan elegan. Sekali lagi Mirabell merapikan bajunya.
“Duh, kanan apa kiri ya?’ Gumam Mirabell linglung. Dia lupa petunjuk yang diberikan oleh pelayan tadi. Mirabell melirik dua pintu yang ada di hadapannya, di sebelah kirinya ada pintu berwarna keemasan dan sebuah pintu dengan ornamen berwarna Silver yang menghiasi pintunya berdiri kokoh di sebelah kanannya. Mirabell menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia harus memilih salah satu pintu di hadapannya.
“Duh yang mana ya,” gumam Mirabell sambil merutuki dirinya sendiri. Harusnya tadi dia mengingat petunjuk yang diberikan sang pelayan. Dasar Mirabell memang pelupa.
Mirabell mengeluarkan hape dari tas kecil yang dia bawa. Dia berniat untuk menelepon papanya. Lorong ini begitu sepi. Mirabell merasa aneh. Gadis itu mendesah kesal ketika melihat tak ada sinyal di hapenya.
Bagaimanapun Mirabell harus segera menemui Jie. Dia tidak mau membuat Jie menunggu terlalu lama. Gadis itu berpikir sejenak. Dari ukurannya, pintu di sebelah kiri lebih besar dan meyakinkan, sementara pintu di sampingnya lebih kecil. Mungkin saja itu bukan ruangan makan. Mana mungkin ayahnya memesankan ruang makan sekecil itu.
“Ah, bodo amat, lagian kalau salah kan bisa balik lagi,” gumam Mirabell. Gadis itu melangkah dengan penuh percaya diri. Dia membuka pintu sebelah kiri dan melangkah masuk.
Gelap. Hanya ada satu cahaya temaram kecil yang berasa dari lilin di atas meja. Ruangan ini begitu gelap. Tunggu, Mirabell tidak sedang ikut uji nyali kan? Jujur ruangan ini sedikit menyeramkan. Meski tidak begitu gelap namun Mirabell tidak bisa melihat dengan jelas. Gadis itu mengurungkan niatnya untuk melangkah lebih jauh. Sepertinya dia salah ruangan. Mirabell memutar tubuhnya dan ingin berbalik arah.
Namun hal aneh terjadi, pintu masuk yang berukiran emas tadi menghilang. Bulu kuduk Mirabell berdiri. “Halo, ada orang di sana?” Miranda mengigit bibirnya. Dia mulai merasa takut sekarang. Apa ini sebuah prank? Jika ini candaan atau prank, ini benar-benar tidak lucu.
Mirabell meraba dinding di sekitarnya, namun dinding itu benar-benar rata. Tidak ada pintu besar yang tadi berdiri kokoh di sana. Mirabell bisa merasakan firasat aneh. Dia terjebak di suatu ruangan aneh yang mengerikan.
“Ma, Pa, udahan dong bercandanya. Ini gak lucu.”
Mirabell memang bukan seorang penakut, namun ini benar-benar aneh. Dia punya firasat yang tak baik tentang ini. Ruangan gelap nan lembap ini seolah akan menelannya hidup-hidup. Mirabell mulai membayangkan yang aneh-aneh. Bagaimana jika dia sedang diculik sekarang? Atau dia sedang diprank oleh kakaknya. Kalau iya, dia akan marah besar pada Orion kali ini.
Lutut Mirabell lemas, tangannya juga sudah berkeringat dingin. Namun tak berapa lama lampu menyala di ruangan tersebut. Mirabell terus berjalan dan menemukan sebuah pintu. Gadis itu merasa lega dan dia segera masuk ke ruangan ternyata berukuran besar tersebut. Ini adalah ruangan makan. Terlihat dari set meja makan dan hiasan yang sesuai permintaan Mirabell. Mirabell menarik napas lega. Setidaknya dia tidak sedang diprank kali ini.
Mirabell mengerutkan keningnya, ruangan ini kosong. Benar-benar tidak ada orang. Mirabell melirik ke belakang. Satu hal yang aneh hanya pintu besar berukiran emas tadi menghilang. Apa Mirabell sedang dejavu sekarang? Gadis itu yakin bahwa dia melewati pintu tersebut. Apa Mirabell sedang berhalusinasi?
“Ah, mungkin tadi aku salah mengingat arah,” gumam Mirabell ketika akhirnya melihat pintu itu berada di pojok kiri ruangan. Mirabell berpikir mungkin dia agak lelah hari ini jadi mungkin dia sedikit berhalusinasi.
Mirabell menghela napas, lalu menarik kursi di dekat meja makan. Dia membenarkan gaunnya sebelum duduk. Dia harus tampil cantik dan elegan. Mirabell mengambil hapenya, dan melirik layarnya. Benar-benar tidak ada sinyal. Apa-apaan hotel Marlon ini, masa hotel bintang lima Wifinya juga mati seperti ini. Mirabell kesal. DIa pasti akan mengajukan complaint setelah pesta ulang tahunnya selesai.
Mirabell melirik jam kecil di tangannya. Hampir setengah jam Mirabell menunggu namun dia belum melihat sosok Jie.
Ceklek!
Suara pintu terbuka. Tubuh Mirabell langsung menegang. Dia yakin bahwa itu Jie. Lelaki itu tampak di depan pintu sambil melihat sekeliling. Pandangan Mirabell dan Jie saling bertemu. Kupu-kupu di perut Mirabell berterbangan. Demi apa Jie ganteng banget.
“Jie, aku di sini!” Teriak Mirabell dengan antusias.
Jie menatap Mirabell sebentar, namun laki-laki bertubuh jangkung itu malah berbalik membuka pintu dan pergi tanpa mengatakan apa-apa. Mirabell melongo, dia tidak tahu apa yang barusan terjadi.
“Apa Jie tidak melihatku?” Gumam Mirabell yang masih belum bisa mencerna kejadian barusan.
“Dia beneran gak melihatku?” Mirabell kembali bermonolog. Jarak pintu dengan tempat duduk Mirabell cukup jauh. Jadi wajar jika Jie tidak melihatnya. Mirabell segera berdiri dan sedikit berlari ke arah pintu. Dia harus segera mengejar Jie sebelum lelaki itu semakin menjauh. Mirabell belari ke arah pintu dengan tergesa dan membukanya.
Matanya melotot ketika dia tidak menemukan lorong keluar melainkan sebuah ruangan. Mirabell merasa aneh. Dia ingat sekali bahwa dia harus melewati lorong untuk dapat sampai ke ruangan ini. Tapi lorong itu menghilang hari ini terasa aneh sekali. Mirabell mencoba menyingkirkan segala pikiran aneh di kepalanya. Sepertinya dia memang kelelahan kali ini. Mirabell mengedarkan pandangannya, tidak jauh dari tempat dia berdiri ada satu pintu lagi. Mirabell berjalan dengan langkah cepat menuju pintu itu.
Gosh!
Mirabell kembali ke ruangan yang hampir mirip dengan ruangan sebelumnya, hanya saja ruangan ini beraroma peppermint dengan udara yang lebih sejuk padahal di ruangan ini tidak ada AC yang menyala. Ada satu pintu lagi di sudut ruangan. MIrabell kembali berjalan dengan cepat, Dalam hatinya dia berdoa agar kali ini pintu yang dibukanya adalah pintu yang benar.
Lutut MIrabell merasa semakin lemas. Bukannya pintu keluar yang dia temukan melainkan satu pintu lain di hadapannya yang dia ketika dia buka sama seperti tadi.
“Ya Tuhan ini apa sih,” ujar Mirabell dengan kaki yang lemas. Hampir sejam dia bolak-balik namun ruangan ini seperti labirin yang tidak ada jalan keluar.
Wangi aroma peppermint semakin terasa di ruangan ini. Aromanya semakin kuat. Mirabell menyandarkan tubuhnya di dinding. Gadis itu duduk di lantai. Dia tak peduli lagi dengan Maxi Dress mahal miliknya. Dia lelah sekali, belum pernah dia selelah ini dalam hidupnya. Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Perjuangannya untuk bertemu Jie kenapa susah sekali.
Mirabell mengambil napas dalam-dalam. Apa mungkin JIe yang melakukan semua ini? BIsa jadi Jie ingin memberikan kejutan pada Mirabell. Tapi apa Jie tega membiarkan seorang fansnya bolak-balik dan seperti orang linglung saat ini. Jika iya, Jie benar-benar jahat.
Angin sepoi-sepoi berhembus menerpa rambut Mirabell. Gadis itu merasa aneh. Tidak ada jendela yang terbuka, tidak ada ventilasi dan AC di ruangan ini mati. Mirabell sudah mengeceknya sendiri.Lalu darimana asal angin ini?
Wangi aroma peppermint semakin menguat. Rasa kantuk tiba-tiba menyergap Mirabell. Gadis itu mencoba untuk tidak tidur. Dia masih harus bertemu dengan Jie. Jadi dia harus segera berdiri dan keluar dari ruangan ini. Tubuh Mirabell lemas. Gadis itu merasa pusing. Dia menyeret langkahnya dengan berat, gadis itu berusaha untuk menggapai gagang pintu. Namun tubuhnya ambruk sebelum dia sempat menggapainya. Mirabell bisa merasakan seseorang menahan tubuhnya sebelum benar-benar limbung seseorang menahan tubuhnya.
“Aku sudah bilang jangan salah pintu,” gumam lelaki itu. Mirabell tidak bisa melihat dengan jelas dia siapa tapi wangi aroma peppermint ini kenapa begitu familiar di indera penciumannya. Mirabell tidak dapat memikirkan apa-apa, gadis itu pingsan dalam dekapan cowok tersebut.