BAB 6

1519 Words
Sore ini Meli, Mama Fani dan bi Siti sedang menyiapkan makan malam di dapur. Malam ini keluarga Bryan akan datang ke rumah karena itu Mama Fani memasak cukup banyak untuk menyambut tamu istimewa mereka. “Mel, kamu bereskan meja makan aja biar Mama dan bi Siti yang menyelesaikan masakannya,” perintah mama Fani pada Meli. “Iya, Ma,” sahut Meli, berjalan ke arah meja makan dan mulai menyusun piring serta gelas di atas meja. Mama Fani sangat antusias menantikan makan malam hari ini. Sejak pagi dia selalu mengingatkan Meli untuk berdandan yang cantik dan bersikap sopan serta ramah ketika keluarga Bryan datang ke rumah mereka. Meli hanya mengiyakan perkataan Mama Fani dengan setengah hati. Dia sudah bosan mendengar semua ceramah yang diberikan Mamanya sejak beberapa hari yang lalu. Meli tahu dia harus bersikap sopan untuk memberikan kesan yang baik pada keluarga Bryan. Dia juga sudah menyiapkan baju yang akan dikenakannya nanti malam. Sebenarnya Meli juga menantikan malam ini. Dia sangat penasaran dengan sosok Bryan yang sangat diidolakan sahabatnya. Meli ingin tahu apakah sikap Bryan sama persis seperti yang digambarkan oleh Rita. Pukul tujuh malam Bryan dan keluarganya sampai di rumah Meli. Terdengar suara mobil berhenti disusul dengan ketukan pintu depan. Meli yang masih berada di dalam kamarnya segera keluar untuk menyambut mereka. Dia melihat Mama Fani telah membukakan pintu untuk keluarga Bryan. Meli menghentikan langkahnya di pertengahan tangga. Dia melihat sepasang suami-istri dengan kedua anak mereka di depan pintu. Seorang laki-laki yang sebelumnya hanya Meli lihat di televisi dan seorang wanita yang baru ditemuinya beberapa hari yang lalu. “Mel, ayo sini,” panggil Mama Fani yang melihat anaknya hanya berdiri di pertengahan tangga rumah mereka. “I-iya, Ma,” sahut Meli, tergagap. Dia berjalan perlahan ke arah ruang tamu dimana Mama Fani dan keluarga Bryan berada. ‘Jadi gadis itu yang akan dijodohkan sama gue?’ kata Bryan dalam hati. Dia memperhatikan Meli yang tengah berjalan ke arah mereka. “Bagaimana, sayang, cantik, kan?” bisik Mama Amanda, yang berdiri di samping Bryan. “Hmmm,” Bryan hanya bergumam menanggapi pertanyaan Mamanya. “Sayang, kenalkan ini Tante Amanda dan Om Gunawan. Dan itu anak-anak mereka, Bryan dan adiknya Putri,” kata Mama Fani, memperkenalkan tamu mereka satu per satu. Meli tersenyum lalu mencium tangan Tante Amanda dan Om Gunawan, bergantian. “Kamu cantik banget, sayang. Lebih cantik daripada di foto,” komentar Tante Amanda, tersenyum menatap Meli. “Makasih, Tan,” sahut Meli, tersenyum malu. Dia kemudian menoleh ke arah Bryan yang berdiri di sebelah Tante Amanda. Seperti yang digambarkan Rita, Bryan memiliki wajah yang tampan dengan postur tubuh tinggi dan atletis. “Meli,” ucap Meli, mengulurkan tangan sambil menyebutkan namanya. Bryan memandang tangan Meli yang terulur ke arahnya. Dia kemudian menjabat tangan itu sambil menyebutkan namanya juga. “Bryan,” ujarnya, tersenyum tipis menatap Meli. Kesan pertama Bryan saat melihat Meli adalah mungil. Meli memiliki postur tubuh yang kecil. Tingginya hampir sama dengan tinggi badan Putri, hanya saja tubuh Putri lebih berisi daripada Meli. Walau kecantikan Meli tak bisa dibandingkan dengan wanita-wanita yang dekat dengan Bryan, tapi dia memiliki senyuman yang manis. Gigi gingsul yang dimilikinya menambah kesan imut pada wajah Meli. “Hai, Mel. Kita ketemu lagi,” sapa Putri ketika Meli mengalihkan pandangan kepadanya. Dia menjabat tangan Meli lalu mencium pipi kanan dan kirinya. Bryan terkejut mendengar sapaan Putri pada Meli. Dia tak tahu kalau adiknya telah bertemu dengan Meli sebelumnya. Sementara kedua orangtua Bryan dan Mama Fani hanya tersenyum melihat interaksi anak-anak mereka. “Apa kabar, Put?” sapa Meli, tersenyum menatap Putri. “Baik, Mel. Aku senang kamu memakai dress pemberianku. Dress itu terlihat cantik melekat di tubuh kamu,” kata Putri, mengamati penampilan Meli yang tampak cantik mengenakan dress karya dari butiknya. Meli tersenyum menanggapi ucapan Putri. Dia memang memakai dress yang diberikan Putri ketika mereka pertama kali bertemu di mall beberapa hari yang lalu. Meli ingin menghargai pemberian Putri serta mengabulkan keinginannya yang meminta Meli mengenakan dress pemberiannya untuk acara makan malam ini. “Makasih sudah memberikan dress ini untuk Meli, nak Putri,” kata Mama Fani menimpali. Meli sudah bercerita kepada Mama Fani kalau dia telah bertemu Putri dan mendapatkan dress sebagai hadiah perkenalan mereka. “Iya, sama-sama, Tan,” sahut Putri, tersenyum menatap Mama Fani. “Jadi dress itu dari kamu, Put?” tanya Tante Amanda ikut memandang dress yang dikenakan Meli. “Iya, Ma. Aku memberikan dress pada Meli dan sahabatnya ketika mereka datang ke butikku beberapa hari yang lalu,” jelas Putri pada Mamanya. Tante Amanda tersenyum menatap Meli. “Dressnya cantik, orangnya juga nggak kalah cantik. Iya, kan, Yan?” ujarnya menyenggol lengan Bryan. “Hhmm.” Bryan hanya bergumam menanggapi ucapan Mama Amanda. Dia tak mau mengutarakan pendapatnya tentang penampilan Meli malam ini karena hal itu bisa membuat Mama Amanda terus menggoda dirinya. Sementara Meli menunduk malu mendengar perkataan Tante Amanda. “Kalau begitu kita langsung ke ruang makan ya. Kami sudah menyiapkan makan malam untuk kita semua,” ajak Mama Fani pada keluarga Bryan. “Maaf ya jadi merepotkan, Fan,” kata Tante Amanda tak enak hati. “Sama sekali nggak merepotkan, Man. Kami malah senang bisa makan malam bersama keluarga kamu. Biasanya kami cuma makan malam bertiga sama bi Siti,” timpal Mama Fani, tersenyum menatap Tante Amanda. Meli, Mama Fani dan keluarga Bryan berjalan beriringan ke arah ruang makan. Semua hidangan makan malam sudah tertata rapi di meja makan. Mereka menempati kursi-kursi yang mengelilingi meja makan kemudian mulai menyantap hidangan makan malam yang tersedia. Obrolan ringan tercipta selama makan malam berlangsung. Obrolan di d******i oleh Mama Fani, Tante Amanda dan Om Gunawan. Sesekali Meli, Bryan dan Putri menimpali obrolan orangtua mereka. Bryan bisa melihat keakraban orangtuanya dengan Mama Fani, begitupula Putri dan juga Meli. Dia tak menyangka adiknya sudah bertemu dengan Meli dan bisa langsung akrab dengannya. Putri bahkan memberikan sebuah dress pada Meli. Obrolan mereka kembali berlanjut di ruang tamu setelah mereka semua menyelesaikan makan malam. Meli membantu bi Siti membereskan meja makan dari piring-piring kotor yang telah digunakan untuk makan malam sebelum bergabung bersama Mama Fani dan keluarga Bryan di ruang tamu. “Baiklah... karena Meli sudah berada di sini sebaiknya kita mulai saja,” kata Om Gunawan setelah Meli mendudukkan diri di samping Mama Fani. Mama Fani, Tante Amanda dan Putri menganggukkan kepala mereka dengan kompak menyetujui perkataan Om Gunawam, sementara Bryan hanya menghela nafas panjang mendengarnya. “Nak Meli pasti sudah tahu tentang perjodohan nak Meli dengan Bryan dari Mama Fani, kan?” tanya Om Gunawan memulai pembicaraan sambil menatap Meli. Meli mengangguk mengiyakan. “Maksud kedatangan kami malam ini adalah untuk mendengar jawaban nak Meli. Apakah nak Meli bersedia menikah dengan putra kami, Bryan?” tanya Om Gunawan dengan raut wajah serius. “Me-menikah?” Meli terbelalak mendengar pertanyaan Om Gunawan. Dia pikir pertemuan malam ini sebagai perkenalan dirinya dengan Bryan dan keluarga mereka masing-masing. Meli tak menyangka keluarga Bryan akan langsung melamarnya seperti ini. “Iya. Apa kamu keberatan?” tanya Om Gunawan dengan raut wajah penasaran. “Bu-bukan begitu, Om. Tapi aku dan kak Bryan belum saling mengenal. Kupikir kami akan bertunangan lebih dulu sebelum melangkah ke jenjang pernikahan,” kata Meli mengungkapkan pendapatnya dengan suara pelan. “Seiring berjalannya waktu kalian akan saling mengenal satu sama lain, nak,” timpal Tante Amanda. “Iya, Mel, kami pikir lebih baik kamu dan nak Bryan langsung menikah saja. Dulu Mama dan Papa juga langsung menikah tanpa bertunangan lebih dulu,” kata Mama Fani menambahi. Meli menggigit bibir bawahnya. Lamaran keluarga Bryan sungguh di luar prediksinya. Sekarang Meli bingung harus memberi jawaban apa. Dia memang telah memutuskan untuk menerima perjodohannya dengan Bryan. Tapi Meli merasa tak yakin jika harus menikah dengannya. Meli dan Bryan baru bertemu hari ini. Mereka bahkan belum sempat mengobrol dan berkenalan lebih jauh lagi. Meli tak tahu sikap dan sifat Bryan seperti apa. Dia juga belum mendengar pendapat Bryan tentang rencana perjodohan mereka. Masih banyak hal yang harus mereka lakukan dan bicarakan sebelum memutuskan untuk melangkah lebih jauh lagi ke jenjang pernikahan. Apalagi saat ini Meli ingin fokus menyelesaikan skripsinya lebih dulu. Meli memandang semua orang yang berada di ruang tamu ini. Dia bisa melihat harapan yang besar dari sorot mata Mama Fani, Om Gunawan, Tante Amanda dan juga Putri, sedangkan Bryan hanya diam saja dengan raut wajah datar. Meli tak bisa menebak apakah Bryan menyetujui pernikahan mereka atau tidak. “Bagaimana? Apa nak Meli setuju untuk menikah dengan Bryan?” Om Gunawan kembali mengulang pertanyaannya. “Bagaimana dengan kak Bryan? Apa dia setuju menikah dengan saya?” Meli balik bertanya dengan suara pelan. Dia ingin tahu pendapat Bryan tentang pernikahan mereka sebelum mengambil keputusan. “Iya. Bryan sudah setuju untuk menikah dengan kamu, nak. Iya, kan, Yan?” Om Gunawan memandang anaknya untuk mendukung jawabannya. “Iya, Pa,” sahut Bryan dengan singkat. Dia tak bisa menolak pernikahan ini karena Papa Gunawan dan Mama Amanda telah memaksanya. Meli memejamkan mata sejenak sambil menghirup nafas panjang. “Baiklah. Aku setuju menikah dengan kak Bryan, Om,” ucapnya menatap Om Gunawan. “Alhamdulillah.” Om Gunawan dan Tante Amanda berseru bersamaan sedangkan Putri bertepuk tangan kegirangan mendengar jawaban Meli. “Kamu yakin dengan keputusanmu, Mel?” tanya Mama Fani, memastikan. Walau begitu dia tak bisa menyembunyikan senyum bahagia di wajahnya. “Insya Allah, Ma,” jawab Meli, tersenyum menatap Mama Fani. Dia bisa melihat binar kebahagiaan di mata Mamanya. Mungkin memang ini keputusan yang terbaik. Meli ingin membahagiakan Mama Fani dengan cara menikah bersama Bryan. Bryan menatap Meli dengan ekspresi wajah yang tak terbaca. Dia sudah menebak Meli akan menerima pernikahan mereka. Walau hatinya berharap Meli akan menolak rencana orangtua mereka, tapi ternyata harapannya hanya sia-sia belaka. Sekarang Bryan tak bisa mundur lagi. Semua orang tampak bahagia dengan rencana pernikahan dirinya dan Meli. Bahkan Putri memeluk Bryan sambil mengucapkan selamat dengan antusias. “Selamat, bang. Akhirnya aku akan segera memiliki kakak ipar,” kata Putri, tersenyum senang menatap Bryan. Bryan hanya menghela nafas panjang menanggapi ucapan adiknya.   oOo   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD