Hari demi hari berlalu, minggu berganti minggu. Nayla tak lagi menolak kehadiran Rafa, meski tak benar-benar menerimanya juga. Ia membiarkannya ada di antara dirinya dan Bhanu. Rafa perlahan menjadi bagian dari ritme keseharian Nayla dan Bhanu. Mungkin karena ia lelah menentang, atau karena senyum anaknya terlalu berharga untuk dipertaruhkan.
Bhanu terlihat begitu bahagia setiap kali bersama Rafa. Benar kata Bunda Zara, ada cahaya berbeda di mata kecil anaknya, seolah rasa percaya tumbuh tanpa ragu. Nayla pun luluh—bukan pada Rafa, melainkan pada kebahagiaan putranya.
Namun, bukan hanya Rafa yang memperhatikan Nayla. Frian juga mulai menunjukkan ketertarikan yang tak bisa lagi disembunyikan.
Seperti siang ini. Dari kejauhan, Frian melambaikan tangan ke arah Nayla yang tengah berdiri di
