Beberapa kali Nayla menolak bertemu Raivan. Ia merasa belum siap—atau mungkin memang tak akan pernah benar-benar siap. Tapi hari ini, entah karena lelah atau sekadar ingin menyudahi semuanya, ia akhirnya mengalah dan bersedia bertemu. Raivan masuk perlahan, langkahnya penuh pertimbangan. Ia berdiri di sisi ranjang Nayla, tak langsung bicara. Wajahnya menunduk, kemudian tangannya terulur meraih tangan Nayla. Tentu saja kalimat yang keluar adalah permintaan maaf, Nayla. Selalu saja permintaan maaf Raivan terdengar begitu menyesakkan d**a Nayla. Seolah apa pun tentang Nayla adalah sebuah kesalahan. Ah, benar juga … pernikahan mereka saja sebuah kesalahan terbesar dalam hidup lelaki itu. Nayla tidak tahu harus merespon seperti apa—memilih diam. Beberapa menit kemudian, ketukan di pintu mem