Perlahan air mata keduanya mengalir deras, mengguyur pipi Nayla tanpa henti. Kepedihan Bu Sartini seolah dapat Nayla rasakan. “Ibu nggak tahu kamu masih hidup,” lirih beliau membuat darah Nayla berdesir. Tangan Nayla refleks meraih tubuh renta itu, membalas pelukan Bu Sartini. Selain pelukan Bunda Zara, pelukan ini juga tak kalah nyaman dan menenangkan. Raivan mematung, matanya menatap peristiwa di hadapannya dengan ekspresi sulit dijelaskan. Pandangan Raivan jatuh pada Rafa yang mendekat ke arah dua wanita itu. “Bu,” panggil Rafa menyentuh pundak Bu Sartini pelan, lalu menggenggam tangannya—melepas lembut pelukan wanita tua itu dengan Nayla. Seketika perhatian wanita tua itu teralihkan melihat beberapa orang di sekitarnya. Beberapa menit kemudian, tubuh Bu Sartini lunglai, lelah oleh

