Sepanjang jalan, Ariana terus mengutuk. "Kamu b******n, b******n, bajingan."
Calia, yang mendengarnya lebih awal, merasa kesal. "Hentikan Ariana! Apakah kamu tidak lelah mengumpat sepanjang waktu?"
"TIDAK!" teriak wanita itu dengan wajah cemberut.
Calia menghembuskan napasnya dengan panjang. "Sebenarnya apa yang membuatmu begitu kesal dan marah? Apa terjadi sesuatu semalam?"
"I-itu ..." Wajah Ariana tiba-tiba memerah. Calia yang melihatnya tersenyum menyeringai, pasti sesuatu terjadi pada wanita ini.
"Itu apa?" Yang semakin penasaran akan tragedi yang menimpa selebgram cantik ini.
Ariana memalingkan wajahnya. "Bacakan jadwalku hari ini," perintahnya mengalihkan pembicaraan.
Calia mendengus kesal. "Jadwal hari ini hanya pemotretan saja."
"Sampai jam berapa?"
"Lima," jawab Calia singkat.
Ariana menguap. "Tolong bangunkan aku kalau sudah sampai," pintanya pada Calia sebelum matanya tertutup dan jatuh ke alam mimpi.
****
Suara jepretan kamera terus terdengar mengikuti pose Ariana. "Bagus!" teriak sang fotografer puas dengan hasil foto yang didapatkannya.
"Istirahat lima belas menit sebelum melanjutkan ke sesi berikutnya," teriak para kru.
Ariana memasuki kamarnya, bersiap untuk melakukan pemotretan selanjutnya.
Ponselnya berdering. Dengan senyum lebar dan wajah berseri-seri, Ariana menjawab panggilan itu. "Halo."
"Sayang kamu dimana?" tanya Jordan yang sedang bersama Tiffany di pangkuannya.
"Aku lagi di lokasi shooting, ada apa Baby? Mau ngajak aku makan siang bareng?"
"Tidak sayang." Wajah Ariana berubah, dia membungkuk rendah ketika mendengar bahwa kekasihnya tidak memanggilnya untuk mengundangnya meskipun mereka sudah lama tidak makan siang bersama.
"Hei, Sayang. Jangan sedih, aku memanggilmu karena aku ingin memintamu untuk... ahh... perrgihh... kehh... ppessstaahhh... bersahhmaakuuhh..."
"Jordan, apa yang kamu lakukan?" tanya Ariana dengan kening berkerut dan juga menyiratkan rasa khawatir pada dirinya sendiri saat mendengar suara kekasihnya mendesah kesakitan seperti itu.
Tapi apa yang dikhawatirkan Ariana itu salah. Jordan tidak menghela nafas karena dia kesakitan tetapi pria itu menghela nafas senang. "Halo Jordan, kamu baik-baik saja? Halo... tut... tut... tut..." Panggilan terputus.
Ariana menatap ponselnya sejenak sebelum dia bangkit dari kursinya untuk mengambil mantel dan tasnya lalu pergi meninggalkan studio. Ia pergi ke perusahaan Jordan dengan menggunakan taksi dan selama perjalanan rasa khawatirnya semakin besar. Sampai di perusahaan, Alisa langsung turun setelah membayar tagihan taksi. Ia tidak membalas sapaan para karyawan yang memanggilnya dan langsung menuju lift untuk membawanya ke lantai di mana letak ruangan Jordan berada.
Sekretaris kedua Jordan begitu terkejut mendapati sang kekasih bos keluar dari lift. Wanita itu hendak menghentikan Ariana namun ia terlambat, kekasih bosnya telah terobos masuk ke ruangan bos.
Pintu terbuka dengan keras, dua orang berbeda jenis kelamin itu tersentak kaget. Tiffany yang berada di pangkuan Jordan spontan bangkit dan bersikap seperti biasa. Sama halnya dengan Jordan, pria itu tak kalah terkejut. Ia bangkit dari kursi kebesarannya dan berjalan mendekati sang kekasih. "Honey, apa yang terjadi? Kenapa kamu datang kemari?"
Ariana diam dan menatap sang kekasih. Tiffany dan Jordan melihat wanita itu diam saja tak menjawab, jantung mereka berdebar tak karuan. Keduanya memikirkan hal yang sama, apakah Ariana melihatnya?
Ariana maju selangkah ke depan mengikis jarak antar dirinya dan Jordan. Di angkatnya tangan ke atas, Jordan mengira dirinya akan ditampar segera memalingkan wajahnya. Namun bukan tamparan yang ia dapat melainkan sentuhan lembut di wajahnya. "Kamu tidak apa-apa?"
Jordan melongo, ia seperti orang linglung saat mendengar pertanyaan kekasihnya. "Kamu sakit? Katakan di mana yang sakit? Apa perlu aku panggilkan dokter pribadiku untuk datang memeriksamu? Tunggu sebentar, aku akan panggilkan Gerald datang kemari." Ariana langsung mengambil ponsel miliknya untuk menghubungi dokter pribadinya. Tiba-tiba ponselnya di rebut. "Apa yang kamu lakukan, Jordan?"
"Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu menghubungi dokter."
"Kamu yakin?" Jordan mengangguk kepalanya sambil tersenyum. "Lalu saat di telepon tadi, kenapa kamu merintih seperti itu?"
"Eh, itu ... itu ..." Terlihat jelas raut kebingungan dari wajah Jordan untuk menjawab pertanyaan dari Ariana. "Itu ...."
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jordan hanya tidak berhati-hati saat berjalan tadi sehingga kakinya tak sengaja mengenai kaki meja."
"Iya, betul," sahut Jordan cepat dengan pandangan mata menatap ke arah Tiffany. Keduanya saling menatap dengan tatapan penuh tersirat.
"Lain kali hati-hati."
"Iya," jawab Jordan tersenyum. "Kekasihku ini, sungguh sangat perhatian." Jordan mencubit kedua pipi Ariana. "Bukankah begitu Tiffany?"
"Benar, dan kamu pria yang beruntung bisa mendapatkan wanita seperti Ariana."
Jordan pun tertawa sambil memeluk kekasihnya. "Tentu saja."
****
"Yah, maafkan aku," ucap Ariana yang tengah melakukan panggilan.
"Ayolah Cal."
"..."
"Please ..."
"..."
Ariana tiba-tiba memekik senang. "Terima kasih, terima kasih, kamu memang the best!" ucapnya sambil memandang lurus ke depan melihat Jordan yang sedang mengantri membeli es krim favoritnya.
"Hmm ... baiklah, nanti malam aku akan menghubungimu lagi." Panggilan pun berakhir namun pandangan matanya masih tak lepas dari sosok Jordan yang ada luar sana. Ariana menurunkan sun visor pada mobil untuk berkaca namun sesuatu jatuh dari sana. Ia mengambil dan membacanya. Matanya terbelalak lalu berkaca-kaca, ia tidak menyangka Jordan berencana mengajaknya liburan.
Melihat Jordan berjalan menghampirinya dengan dua buah cup es krim ditangannya. Ariana dengan cepat mengembalikan tiket tersebut ke tempat asalnya. Pintu kemudi terbuka, Jordan masuk dan memberikan cup es krim milik Ariana.
"Thank You," ucap Ariana sambil menyendok kecil es krim tersebut ke dalam mulutnya.
"Jordan."
"Hmm." Sambil mengendarai mobil menggunakan satu tangan karena tangan kirinya ia gunakan untuk memegang es krim miliknya.
"Saat kamu meneleponku, apa yang ingin kamu katakan padaku?"
Jordan berpikir sebentar, "Oh itu, aku mau mengajakmu ke pesta."
"Pesta?" tanya Ariana untuk memastikan pendengarannya.
"Iya, pesta perusahaan rekan bisnis. Kamu bisa kan Honey?"
Raut wajah Ariana seketika berubah menjadi sendu. Di kira Jordan meneleponnya karena ingin mengajaknya berlibur.
"Why Honey?" tanya Jordan ketika melihat ekspresi kekasihnya. Ariana menggeleng kepalanya sambil terus menyuap es krim ke dalam mulutnya. "Kamu bisa kan?"
Ariana menoleh menatap Jordan. "Kapan acaranya?"
"Hari sabtu, 28 april."
Itu berarti hari sebelum tanggal penerbangan liburan. "Aku akan mengabarimu jika aku bisa, aku harus mengecek jadwalku dulu."
"Pada tanggal itu, jadwalmu kosong."
"Dari mana kamu tahu?" tanya Ariana dengan mengernyitkan alisnya.
Jordan hanya tersenyum dan Ariana sudah tahu jawaban, Calia. "Jadi?" Ariana mengangguk kepalanya yang artinya ia menerima ajakan Jordan.