Si kembar berlomba lari menuju ruang makan, Ami menggeleng kecil sampai berbalik menemukan senyum Kaflin. Ami mengedikan dagu, Kaflin justru meraih dirinya dengan memegangi pinggangnya. Merapatkan posisi mereka. “Pasti lelah mengurus anak-anak, aku dan rumah.” “Hm, ya.. manusiawi jika kadang ada waktu di mana aku lelah. Tapi, semua sudah jadi risiko. Semakin aku keluhkan justru kian berat menjalaninya. Lagi pula, aku tak boleh mengeluh, tanda aku tak mensyukuri apa yang Semesta telah gariskan padaku.” Kaflin mendekat, mencium pipi Amira mendengar jawabannya. Seberapa lelah Amira, ia tak pernah mengeluh dan memperlihatkannya di hadapan Kaflin. “Kita menyusul anak-anak,” ajal Kaflin. Amira mengangguk, “aku lihat Aurora dulu ya.” “Ya.” Meski Kaflin mengizinkan Aurora menerima b