“Tidak menginap lagi, Hamish?” Sebuah seruan tak asing itu menghentikan langkah Hamish yang siap menaiki tangga, dia menoleh. Satu alisnya terangkat menatap seorang wanita dengan baju tidur satinnya berwarna hitam serta bagian pelapis luar yang tidak ia ikat simpulnya. Rambut panjangnya tergerai. “Mulai perhatian sekarang?” balas Hamish dengan pertanyaan lagi. Dia berdiri tegak, bersedekap. Ileana Kamaniya, putri dari teman baik Kaflin Lais dan Amira. Sejak pindah ke Jakarta, Hamish menganggap ‘musibah’ untuknya. Setiap detik yang ia doakan sekarang adalah Lea segera enyah dari rumah mereka. Lea membawa segelas air putih, meneruskan langkah hingga berhenti dekatnya. “Hanya heran,” dia mengedikan bahu, bertanya sebab sudah beberapa kali Hamish tidak pulang, “biasanya kamu akan manf