Pandu hanya terdiam saat Zea melayangkan pertanyaan seperti itu. Kalau dia ceritakan pasti wanita itu tidak akan percaya. Untuk saat ini biarlah menjadi tanda tanya besar untuknya, pikir Pandu. *** Beberapa hari kemudian, Gisel duduk dengan resah, menunggu namanya terpanggil di ruang tunggu rumah sakit. Jadwal untuk pemeriksaan ulang begitu cepat tiba, hingga dia merasa ingin sekali melakukan semua lebih baik dari kemarin. Di sampingnya, ada tiga orang yang selalu setia bersama. Mereka mendukung penuh agar Gisel merasa tidak sendirian. Sosok pria yang menjadi pilihannya, kini dengan sigap menggenggam tangan Gisel agar tetap tenang. Yuza memberikan banyak sekali kalimat-kalimat menenangkan dan membuat Gisel terlihat lebih baik. “Antre nomor berapa?” tanya Zea yang tidak sabar dengan su