“Bu Zevannya, ya?” tanya seorang laki-laki berpakaian rapi, dan berkacamata yang baru saja menghampiri Zevannya. Wanita yang semula fokus pada ponselnya itu kemudian menoleh kea rah si empunya cerita. Lelaki itu tidak asing. Zevannya masih ingat, lelaki itu merupakan lelaki yang sama dengan lelaki yang menabraknya di area hotel, dan lelaki itu juga yang … mengirimkan ponsel ke kantornya. Mendadak Zevannya menjadi was-was. Dia takut kalau ajakan makan siang dari lelaki itu hanyalah jebakan. “Pak Tian, ya? Selamat siang, dan salam kenal,” sapa Zevannya memaksakan dirinya untuk ramah. Dia sudah memastikan kalau kafe tempat mereka bertemu cukup ramai, selain itu dia juga tidak datang sendirian. Ada Nasya yang menemaninya bertemu dengan lelaki itu. Mestinya semua akan aman. “Salam kenal juga