BAB 1

1086 Words
Renata menggeliat saat sepasang tangan mulai menarik kaos kebesarannya tersingkap. Bau alcohol seketika menjadi bau yang dominan saat tangan dan mulut Adam terus menyentuh tubuhnya. Apa yang bisa Renata lakukan hanyalah pasrah saat pria – tidak, lebih tepatnya adalah suaminya masuk tiba-tiba ke kamarnya tanpa pemberitahuan.   Itu sudah menjadi keputusan bersama saat Adam menghadiahkan pernikahannya -- dengan memberikan apartemen mewah  serta perabot di dalamnya -- lalu memberi syarat padanya bahwa pintu kamar Renata harus tak terkunci saat jadwalnya datang.   Dan yah..selama dua tahun penuh, Renata menuruti permintaan suaminya itu walau sebenarnya ia sendiri takut dengan kedatangan Adam yang selalu tanpa kabar.  Adam akan selalu datang dua kali dalam seminggu. Itupun tidak menentu. Ia hanya akan datang jika ingin datang. Kalau tidak, mungkin ia akan menikmati malam – malam tenangnya bersama istri tercinta.   Dan di sini, kau bisa tebak siapa Renata bagi seorang pengusaha bernama Adam Lamberg itu. Yah..istri keduanya.   Banyak orang memilih menjadi madu ataupun pelakor karena akan diperlakukan special oleh pasangannya. Banyak orang akan mengira bahwa menjadi istri kedua akan selalu istimewa dari istri pertamanya. Tapi nyatanya tidak bagi seorang Renata. Menjadi istri kedua seorang Adam bukanlah pilihan yang bijak.   Selama dua tahun ia harus puas menjadi orang asing yang hanya untuk ditiduri.   Selama dua tahun membina rumah tangga, Renata harus puas merasakan sikap dingin yang selalu Adam tampilkan kepadanya.   Selama dua tahun itu pula, usaha Renata untuk membuat Adam jatuh hati padanya hanya akan berakhir sia-sia.   Karena pilihan menjadikan gadis itu istri muda bukanlah kemauan Adam. Apalagi ijin dari Dewinta – istri pertamanya. Tapi semua ini karena belas kasihan papa  Adam – om Steve saat melihat Renata menjadi yatim piatu akibat kecelakaan yang papa Steve tak sengaja lakukan kepada ayah tercintanya.   Kalau saja Renata bisa menolak dengan tegas, pasti ia takkan semenderita ini menanggung cinta sebelah tangannya itu. Nyatanya terpesona pada Adam saat pertama kali bertemu adalah sebuah kesalahan. Akibatnya ia sama sekali diabaikan. Hingga mala mini..bahkan detik itu.   Memang sepantasnya Renata mendapatkan hukuman seperti ini. Tapi sepenuhnya, itu bukan salahnya kan?   Tubuh Adam penuh dengan peluh. Setelah perjuangannya untuk menggauli Renata telah selesai, wanita yang menginjak umur dua puluh lima tahun esok hari itu segera bangkit dengan tubuh yang lelah. Renata masih ingat betul bagaimana malam pertama mereka terjadi. Renata yang berharap bisa bermain dengan maksimal, justru hanya mendapatkan ejekan dari Dewinta.   Malam pernikahan mereka disaksikan oleh istri pertamanya itu. Dan terkutuklah Adam karena telah merencanakan ini semua. Renata malu dan sakit hati. Bahkan di malam pertama mereka. Tapi ia tak bisa lakukan apapun karena rasa bersalah Steve. Kenangan itu akan terus diingat oleh Renata, mungkin di seumur hidupnya.   Tapi hanya satu yang disesali gadis itu. Kenapa ia bisa begitu jatuh hati dengannya? Sebegitu mencoba untuk mengalahkan sang istri pertama?   Apa semua itu bisa terwujud? Padahal dirinya hanya orang asing di kehidupan Adam dan istrinya.   #   Dua potongan roti isi daging dan mayonais siap disajikan oleh Renata. Selagi ia menyiapkan kopinya, tak lupa wanita berambut panjang sepunggung plus dengan poni yang nyaris menutupi mata bulatnya itu membaca Koran paginya hari ini.   Headline utama sudah pasti wajah Adam di sana. Suami dinginnya itu berpose dengan gagah setelah mendapatkan penghargaan sebagai pemilik perusahaan ritel terkaya di kota. Bertepatan saat Renata membaca paragraph pertamanya, bertepatan itu pula Adam keluar dari kamar dengan rambut basah dan pakaian yang memang ia tinggalkan di rumah itu sebagai cadangan.   Renata terkesiap dan nyaris menumpahkan kopi buatannya untuk sang suami kalau saja ia tak segugup itu. Tapi syukurlah itu tak terjadi dan ia dengan cepat dan tepat meletakkan Koran dan kopi di tempat yang sempurna. Adam mengamati dengan acuh sikap ceria yang Renata tunjukkan padanya. Pria dengan bahu lebar dan dagu simestris khas orang Eropa itu – lebih peduli dengan apa yang tersaji di hadapannya serta headline pagi tentangnya hari ini.   Renata yang  baru saja ingin duduk menyantap sarapannya kemudian berdiri lagi saat melihat Adam bangkit dari kursinya. Dengan roti yang masih menempel di mulutnya, Adam bersiap mengikat tali sepatunya sambil bertanya pada istri mudanya itu.   “Ini hari pertamamu bekerja sebagai asisten koki?”   Seperti mendapat perintah dari seorang colonel militer, Renata begitu tegang sampai tergagap untuk menjawab.   “I..ya!”   Adam bersiap dan iapun segera meninggalkan rumah. Berhenti sejenak di depan pintu kemudian menoleh pada Renata yang tersenyum sendiri di depan santapannya.   Renata ingin mengantarkan Adam pergi tapi pria itu telahpun meninggalkan rumah tanpa pamit. Benar-benar pergi tanpa suara seperti ia datang. Ada kesedihan yang kentara dari Renata saat ia pikir Adam mulai mau bicara dengannya. Tapi lagi-lagi dia harus terima kalau sikap suaminya itu tidak akan berubah sampai kapanpun.   “Mustahil. Sama seperti alien yang Cuma sebuah mitos,” gumam Renata yang melambaikan tangan atas kepergian Adam yang tak tampak.   Renata bersiap. Melepas celemek lalu berlari ke kamar. Menyingkirkan pakaian Adam ke dalam mesin cuci lalu ke lemari pakaian memilih stelan yang pas untuk hari pertama bekerja. Renata memilih jas kuning terang yang senada dengan rok di bawah lutut yang baru ia beli kemarin.   Seperti yang Steve janjikan padanya, Renata memiliki kesempatan untuk bisa magang dan bekerja di salah satu restaurant terbaiknya itu. Dan hari ini, adalah hari spesialnya mengingat hari ini juga ulang tahunnya.   Kado terbaik yang Renata miliki setelah ayahnya meninggal.   Dan Renata berharap, kesan pertamanya menjadi asisten koki berjalan cukup baik mengingat Adam pun ingat dengan apa yang ia ceritakan minggu lalu.   “Minggu depan aku bekerja di Margareth Hotel,” tukas Renata di meja makan minggu lalu.   Seperti biasa. Adam hanya diam dan tak menanggapinya hingga membuat Renata sedih waktu itu.   Tapi semua berubah saat pagi ini Adam ingat dengan apa yang ia katakan. Itu sudah cukup membuat Renata bersemangat untuk segera sampai ke hotel itu. Walaupun pagi ini Renata harus puas mendengar suara suaminya lewat satu kalimat saja.   Dan di sinilah Renata berdiri. Di depan sebuah gedung megah dengan pencakar langit yang begitu tinggi. Penjagaan ketat juga dilakukan di hotel tesebut hingga Renata juga tak luput dari pemeriksaan. Setelah melalui semua itu, Renata semakin dibuat bingung dengan letak tempat restaurant hotel itu berada. Hingga ia mau tak mau terlihat seperti orang bodoh yang tersesat di dalamnya.   Kebingungannya berakhir saat ia tak sengaja menabrak seorang pria berjas cokelat muda dengan kacamata hitam di hadapannya. Yang lebih sialnya lagi,pemuda itu tengah membawa secangkir kopi sehingga hasil dari tabrakan itu ialah, noda kopi tersebut tepat mengenai kaos dalaman yang pria itu kenakan. Pakaian rapi Renata pun tak luput dari noda kopi hingga keduanya sama-sama menjerit.   Sama-sama kesal dan sama-sama  saling menyalahkan. Membuat semua mata tertuju pada keduanya.   “Sial!” ucap keduanya kompak.   .   .   bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD