Aku membelai rambut Tiara, lalu mengangkat wajah cantiknya dengan sangat hati-hati. Kemudian memegangi wajah mantan istriku yang licin laksana porselen ini dengan kedua tanganku. Beberapa saat kami saling beradu pandang. Seulas senyum kerinduan tersungging dari bibir mungilnya, genangan air bening membasahi dua bola matanya yang indah. Mata yang selalu memancarkan berjuta cinta yang selalu menghangatkan jiwaku. "Wil, kenapa kamu jadi kurus dan brewok begini, Sayang?" Tiara bertanya dengan suara lirih. Kedua tangannya turut memegangi kedua pipiku. Aku yakin dia akan sangat bisa merasakan segenap jiwaku hanya dengan menyentuh pipiku. Aku segera memeluknya mesra. "Siang malam aku memikirkan kamu, Tiar, sampai tak punya waktu lagi untuk mencukur bulu-bulu di wajahku," balasku berbisik di da