Tiga bulan sudah Mas Nino kembali ke Jakarta. Rumah kembali seperti biasa, sepi. Ramai hanya saat anak-anak kumpul. Ada sesuatu yang hilang di hatiku, saat Mas Nino pamit pulang. Jarak yang lumayan jauh ke bandara, tak memungkinkan aku dan anak-anak untuk mengantarnya. "Kumohon Ran, tunggu aku. Aku akan sembuh. Aku akan bersama kalian lagi. Kumohon... Aku tahu aku sangat egois memintamu untuk mau menerimaku kembali, tapi kumohon Ran... aaku.. aku... " Dia tak bisa menyelesaikan kalimatnya karena menangis. Kalimat itu diucapkan Mas Nino sambil bersimpuh. Memegang erat dua tanganku. Memohon, menghiba. Ya Tuhan.... aku juga bingung, jauh di sudut hatiku, masih terukir namamu. Jauh di dalam jiwaku, engkau kekasih hatiku. Kamulah cintaku Mas. Batinku berkata. Tapi logikaku menolak. Tidak! A