bc

Balas Dendam Istri Yang Dibuang

book_age18+
2.7K
FOLLOW
20.7K
READ
HE
opposites attract
kickass heroine
drama
bxg
office/work place
seductive
like
intro-logo
Blurb

Bianca Cornelia telah mengorbankan cita-citanya di masa lalu demi menjalankan perannya sebagai istri Reymond. Namun bukannya kebahagiaan, ia justru mendapatkan pengkhianatan. Rey berselingkuh dan mengusir serta menceraikannya. Sejak hari itu, Bianca berjanji pada dirinya sendiri akan membuat Rey merasakan sakit yang ia rasakan.Frustasi dengan perceraiannya, Bianca memilih untuk bersenang-senang di sebuah kelab malam dan berakhir menghabiskan malam panas dengan Kalandra Alvandara. Ia meninggalkan Kala dengan secarik kertas berisi ucapan terima kasih. Bianca pikir, ia takkan lagi bertemu dengan pria itu. Namun takdir berkata lain, ternyata Kala adalah manajer di tempat kerja baru Bianca. Dan beberapa pekan kemudian, Bianca justru mendapati dirinya tengah mengandung benih dari Kala.Apa yang akan dilakukan Bianca dengan kehamilannya? Bagaimana reaksi Kalandra ketika mengetahui bahwa Bianca sedang mengandung anaknya? Mungkinkah kehamilan Bianca adalah suatu jalan menuju rencana balas dendamnya?Temukan jawabannya dalam novel “Balas Dendam Istri Yang Dibuang”!

chap-preview
Free preview
Bab 1. Pengkhianatan
“Ayo kita bercerai setelah itu kamu keluar dari rumah ini!” Reymond, seorang pria berusia 30 tahun itu melempar sebuah map cokelat ke arah wanita di hadapannya. Bianca, wanita yang tadinya begitu sumringah hendak menyambut kedatangan suaminya, kini terbelalak tak percaya. “Apa maksud kamu, Mas?” Bianca menatap suaminya bingung. “Masih kurang jelas juga? Pergi dari sini, Bianca!” Pria itu berteriak kencang, menatap istrinya nyalang. “Ah, tapi sebelum itu, tanda tangani dulu surat cerai itu.” Kerutan di antara dua alis Bianca semakin dalam. “Surat cerai?” Ia memungut map cokelat yang tak sempat ia tangkap. “Kenapa tiba-tiba bercerai, Mas? Apa salahku sampai kamu tega menceraikan aku?” Reymond tertawa sinis. “Kamu masih nggak tahu apa kesalahanmu?” Bianca menelan ludah, kemudian menggeleng lemah. “Karena kamu mandul, Bianca!” Kalimat Reymond terdengar seperti petir di siang bolong, menyambar pendengaran Bianca dan membuat wanita itu mematung. “Dari mana kamu bisa menyimpulkan kalau aku mandul? Kita aja nggak pernah periksa? Apa hanya karena aku belum bisa hamil meski sudah tiga tahun menikah?” Bianca berseru tak mau kalah. Ia yakin, dirinya pasti bisa hamil. “Kita masih bisa berusa—” “Kamu memang mandul, Bianca. Buktinya, meski sudah tiga tahun menikah kamu belum juga bisa mengandung. Sementara Gita, sekretarisku itu, sudah berhasil mengandung anakku,” ucap Rey bangga. “Apa?!” Bianca melotot marah. “Apa kamu bilang, Mas?!” “Gita sedang mengandung anakku, Bianca. Karena itu, aku menceraikanmu lalu aku akan segera menikahi Gita. Kamu juga harus pergi dari sini karena mulai sekarang, Gita akan menjadi nyonya rumah di sini,” ucap Rey enteng. “Aku membiarkan kalian berhubungan dekat bukan untuk dikhianati seperti ini, Mas!” Suara Bianca memekik pilu sekaligus marah. “Siapa peduli? Intinya, kamu tidak bisa memberiku keturunan dan Gita bisa. Jadi sekarang cepat tandatangani surat cerai ini!” Bianca menggeram marah, kilat kebencian menyala dalam sorot matanya. Rahangnya terkatup rapat, gigi-geliginya bergemeletuk saking marahnya. Tapi perceraian tak pernah ada dalam rencana hidupnya. “Kenapa diam saja?” Rey kembali berseru. “Cepat tandatangani atau aku hancurkan keluargamu.” Bianca mendengus kasar. “Jangan bawa-bawa mereka dalam masalah kita, Mas!” “Nah, karena itu cepat tandatangani ini lalu pergi dari rumahku!” Tangan Rey teracung, menunjuk ke luar rumah. Kepalan tangan Bianca terlepas, ia tak bisa mempertahankan pernikahannya sendirian. Apalagi Rey telah menyiapkan surat cerai. Maka ia mengambil pena dari laci nakas, menandatangani dokumen perceraian itu dengan cepat tanpa membaca isinya sama sekali. Reymond menyeringai senang, mengambil surat cerai itu dari tangan istrinya. “Sekarang kemasi barang-barangmu dan segera pergi dari sini!” Bianca tak menjawab, tapi ia menurut. Mengambil koper dari gudang dan segera mengemasi barang-barang seperlunya. Tangannya gemetar, dadanya bergemuruh, akhirnya air matanya luruh. Tiga tahun ia habiskan untuk melayani Rey sebagai istri, mengubur semua mimpinya di masa muda dahulu. Tapi bukannya cinta, justru pengkhianatan yang ia dapatkan. Bel rumah Reymond berbunyi, pria itu bergegas membukakan pintu. “Sayaaaang!” Suara seorang wanita berseru riang. Bianca tercekat, ia mengenali suara wanita itu. Itu Gita, selingkuhan suaminya yang kini sedang hamil benih dari Rey. “Istri kamu udah minggat?” Gita bertanya sembari celingukan ke dalam rumah. Bianca gegas keluar dari kamar, berdiri teguh di depan kamar. “Oh, jadi ini w************n yang berhasil mengandung benih suamiku?” sindirnya tajam. Gita ternganga, tapi kemudian raut wajahnya berubah mengiba. “Mas Rey, dia jahat banget, sih? Masa ngatain aku w************n?” rengeknya manja. “Jaga ucapanmu, Bianca!” seru Rey berang. “Memangnya apa yang salah dengan ucapanku, Mas? Bukannya memang benar, hanya w************n yang mau menerima benih dari laki-laki yang bukan suaminya.” Rey meradang, ia menghampiri istrinya dengan langkah lebar, tangan kanannya terangkat, siap melayangkan tamparan. “Jangan, Mas!” Gita berseru nyaring. Wanita itu berlari mendekat, memeluk pinggang Rey. “Jangan tampar dia, Mas. Bagaimanapun dia seorang wanita, Mas,” cicitnya memohon. Bianca terbelalak. “Bagus banget aktingnya?!” Reymond mendengus kasar, menurunkan tangannya. “Lihat ini, Bianca. Perempuan yang kamu sebut w************n justru membelamu. Kamu jelas-jelas nggak selevel dengan Gita!” Bianca menatap suaminya nyalang, nafasnya menderu, hatinya sakit sekali. “Tentu aku nggak selevel sama dia, Mas. Dia tega menghancurkan kebahagiaan sebuah pernikahan dengan mengandung benih dari pria beristri, sedangkan aku tidak sudi melakukan hal menjijikkan seperti itu!” “Bianca!” Rey berteriak penuh amarah, suaranya menggelegar ke seluruh ruangan. “Pergi dari hadapanku sekarang juga!” Bianca terkesiap, tapi ia telah menguatkan hati. Reymond dan Gita akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan mereka. Jika bukan dirinya yang membalas, maka semesta yang akan menghukum keduanya. Wanita itu berlalu dari hadapan suaminya dengan kedua tangan terkepal. Ia marah, sedih, dan kecewa dalam satu waktu. Ia harus pergi dari sini, tak ada gunanya mempertahankan rumah tangga yang salah satunya sudah tak ingin bersama. Bianca keluar dari kamar sembari menggeret kopernya. Langkahnya terhenti di depan sang suami. “Semua rasa sakit yang aku rasakan hari ini, Mas, aku pastikan kau juga akan merasakannya suatu hari nanti,” desisnya dingin. Reymond menyeringai. “Bagaimana caranya? Memangnya kamu punya kekuatan untuk menyakitiku? Oh, keluargamu? Bukankah mereka menjualmu padaku karena sudah kehabisan harta? Menjadikanmu tebusan atas hutang orang tuamu?” Rey tertawa sinis. “Jangan omong besar, Bianca. Perempuan tak berguna sepertimu tidak akan pernah bisa menjangkauku, bahkan menyentuh ujung kakiku saja tidak akan bisa.” Bianca mengatupkan rahangnya kuat-kuat. Ia ingin meludahi wajah sombong itu, ingin mencakarnya, ingin menginjak-nginjaknya. Tapi tidak, saat ini ia belum punya kekuatan. Nanti, saat ia bisa berdiri lebih tinggi dari Rey, ia berjanji pada dirinya sendiri, ia akan merampas semua kesombongan pria itu. “Kenapa belum pergi?” celetuk Reymond dengan sebelah alisnya terangkat. “Cepat pergi, dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Aku tidak sudi menodai mataku dengan melihatmu.” Wanita bertubuh ramping itu berlalu dari hadapan suaminya tanpa sepatah kata pun terucap untuk membalas kalimat menyakitkan dari sang suami. Langkahnya tegap, ia meneguhkan hati untuk tidak menangisi perpisahan ini. Bianca melewati Gita yang masih berakting seperti wanita berhati malaikat. “Dasar wanita mandul,” lirih Gita tajam. Bianca terhenyak, ia berbalik. “Apa katamu?!” “Pergi, Bianca!” Kalimat tajam dari Rey lebih dulu menyambar tanya milik Bianca. Wanita itu menggeram marah, tapi tak ada yang ia lakukan. Lebih tepatnya, belum. Bianca Cornelia, perempuan berusia 28 tahun itu akhirnya benar-benar pergi dari rumah suaminya. Rumah yang menjadi saksi pengorbanannya untuk bersungguh-sungguh menjalankan perannya sebagai istri. Meski awalnya ia memang ‘dijual’ oleh orang tuanya, tapi ia tak keberatan menjadi istri Rey. Maka tak ayal, rasa sakit karena diusir, dibuang, dan dikhianati, benar-benar menghancurkan hatinya. Bianca menghela nafas panjang, ia duduk di tepi trotoar dengan koper besar di sisinya. “Gue harus ke mana ini?” gumamnya putus asa. “Nggak mungkin pulang ke rumah, papa pasti marah banget kalau tahu gue dicerai begini.” Bianca menatap langit malam di atas kepalanya. Indah dan memukau. “Bener. Semesta ini luas banget, akan selalu ada kesempatan buat gue bisa bahagia.” Wanita itu merogoh ponselnya, menghubungi seseorang. “Halo, kenapa, Bi?” Itu Zita, salah satu teman yang masih berhubungan dengannya. Setelah menikah, lingkup pertemanan Bianca memang mengecil. Dan salah satu yang masih ada di dalamnya adalah Zita. “Lo di mana?” “Di apart gue, kenapa?” “Gue numpang di sana, ya? Bukan numpang sehari dua hari sih, hm… mungkin sekitar seming—” “Sini aja, Bi. Pintu apart gue selalu terbuka buat lo. Mau berapa lama pun lo di sini.” Bianca tersenyum. Hari ini, mungkin ia memang menjadi pihak yang lemah. Tapi tidak ada yang tahu masa depan, mungkin saja dengan kesungguhan ia bisa memutar balik keadaan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
152.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
215.1K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
296.1K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
173.3K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.7K
bc

TERNODA

read
193.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook