Keesokan harinya. Lily nampak duduk di tepi tempat tidur sembari menggenggam ponsel di tangan kanannya. Tatapan matanya yang kosong, menandakan, bila ia sedang memikirkan sesuatu saat ini. Apa lagi, setelah ia yang akhirnya membuka blokiran dan menghubungi seseorang. Lily mengembuskan napas lalu lamunannya pun lenyap, sesaat setelah pintu kamarnya diketuk. "Mom? Livy sudah siap. Ayo," ajakan yang terdengar dari luar kamar dan tidak biasanya juga sesemangat ini untuk pergi. Lily beranjak dari tepi tempat tidurnya dan segera membukakan pintu. Ia lihat putrinya yang sudah bertolak pinggang, sembari menatap ibunya yang terlihat kebingungan. "Tumben semangat sekali pergi ke dokter," ucap Lily dengan lembut. "Iya, Mom. Perut Livy tidak enak. Rasanya kencang terus," ucap Livy sembari mengusa