2 minggu kemudian setelah perdebatan dengan dirinya sendiri, Kate akhir mau menerima takdirnya. Ia menyetujui pernikahan ini. Alasannya?
Tentu karena permintaan sang ayah, ia pikir hanya ini yang bisa ia lakukan untuk ayahnya. Sisi lain, melihat keluarga White yang begitu menerimanya juga membuat Kate pada akhirnya menerima semua ini.
Jackson dan Kate bertunangan, dan menikah 1 bulan kemudian. Acara  pernikahan mereka tidak terlalu meriah dan hanya dihadiri oleh  segelintir orang. Jackson meminta agar pernikahannya diadakn sederhana  dan jangan banyak orang yang tahu. Ia berdalih karena ia tak ingin Kate  sampai menjadi bahan sorotan dan Kate merasa terganggu jika publik tau  Jackson telah menikahi Kate. Padahal pada kenyataannya, Jackson tak  ingin menyakiti hati Julie kekasihnya dan hanya ingin menggelar acara  pernikahan mewah bersama kekasih hatinya itu.
Kini pernikahan Jackson  dan Kate sudah berumur 1 bulan. Akan tetapi sikap Jackson pada Kate  semakin menjadi - jadi. Jackson sangat dingin, kasar dan cuek terhadap  Kate. Bahkan mereka tidak tidur dalam satu kamar. Mereka hanya tidur  sekamar jika Marissa dan James datang berkunjung ke Apartemen mewah  mereka yang berada di kawasan pusat kota Seattle.
Kate sudah berusaha  memperlakukan suaminya dengan sangat baik tetapi Jackson membalasnya  dengan perbuatan sebaliknya. Ia sama sekali tidak menghargai usaha Kate  untuk menjadi istri yang baik. Kate tidak menyerah, ia mengingat pesan  dari ayahnya dan terus berusaha untuk merebut hati suaminya itu.
Pagi ini Kate membuatkan  membuatkan Jackson sarapan, ia membawa sebuah piring yang berisi  pancake dari dapur untuk dibawanya kemeja makan. Jackson keluar dari  kamar dan bersiap untuk pergi kekantor. " Jack, aku buatkan pancake  untukmu" suara lembut Kate mencoba mengajak Jack makan bersama.
Jackson menatap Kate  dingin dia melihat pancake tersebut dan mengambil piring itu. Kate  merasa senang akhirnya Jackson mau memakan masakannya. Akan tetapi  senyum Kate berubah saat Jackson membanting piring itu dan menatap Kate  dengan tatapan tajam. " Sudah kubilang padamu jangan buatkan aku masakan  apapun!!!! Aku tidak akan memakannyaa!!!" Bentak Jackson. Kate melihat  pancake tersebut di lantai dengan piring yang sudah terpecah belah.
Hati Kate terasa seperti  diiris iris. Ia sangat sakit hati melihat perlakuan suaminya itu. Tanpa  berkata apapun, Jackson pergi meninggalkan Kate di Apartemen itu. Saat  membersih pecahan piring itu, air mata Kate jatuh ia tak tahu mengapa  Jackson begitu sangat membencinya dan tak pernah menghargai apapun yang  diberikannya.
Jackson Alexander White  seseorang yang sudah menyandang sebagai suami Kate sebulan lalu adalah  seorang CEO di perusahaan White. Umur Jackson terbilang jauh lebih tua 4  tahun dari Kate. Jackson memiliki sikap yang tegas dan dingin. Tetapi  Jackson akan memperlakukan wanita yang ia cintai dengan berbeda. Saat ia  bersama ibunya, adik-adiknya dan terutama Julie ia akan sangat lembut.  Tetapi saat ia bersama Kate, dia akan sangat keras padanya karena  kebencian yang sudah ia tanamkan saat pertama kali ia mengenal Kate.
Kate lagi – lagi harus  kembali mnahan emosinya, sejujurnya ia sudah mulai merasa lelah akan  sikap suaminya itu. Ia mulai lelah untuk menahan rasa sakit yang dibuat  oleh orang yang telah menikahinya. Namun ketika ia teringat akan  ayahnya, ia segera memaafkan kelakuan Jackson dan kembali melanjutkan  tugasnya.
Setelah menyelesaikan  tugas rumahnya. Kate pergi kekantor untuk melakukan pekerjaannya.  Pekerjaannya sebagai marketing online membuatnya harus tetap duduk  berjam - jam untuk mengiklankan produk yang dijual di butiknya. Kadang  ia pun juga harus melayani tamu yang datang langsung ke butik.
*bepbep* 
Terdapat tanda  pesan masuk diponsel Kate, ia segera membacanya. Betapa senang hatinya  sahabat baiknya menghubunginya, " Kau dimana? Aku sudah berada di Lobby  butik. Temui aku segera - Milan"
Kate segera turun kebawah dan menemui Milan. Matanya berbinar - binar saat melihat Milan berdiri menunggunya di Lobby.
Milan Edward Gunawan  adalah sahabat Kate sejak mereka duduk dibangku SMA. Kate dan Milan  memang tidak bisa dipisahkan. Keluarga Milan sejak dulu sudah menganggap  Kate sebagai anak perempuan mereka. Milan memiliki darah Indonesia dari  ayahnya dan memiliki darah Italia dari ibunya. Secara fisik, Milan  tidak memiliki fisik khas orang Indonesia. Ia memiliki tubuh tinggi,  badan atletis, rambut coklat karamel, kulit putih dan matanya coklat.  Saat Milan lulus SMA keluargnya memutuskan untuk pindah ke Italia,  mereka mengajak Kate untuk pindah juga akan tetapi Kate lebih memilih  untuk tinggal di Seattle dan menjalani hidupnya secara mandiri.
Tatapan lembut Milan dan  senyumannya yang manis menatap Kate. Milan sangat terlihat merindukan  Kate. Maklum saja, Kate dan Milan sudah tidak bertemu 4 bulan lamanya. "  Milan... sejak kapan kau berada di Seattle?" Tanya Kate tampak senang  melihat sahabatnya berada di hadapannya. " Sudahlah itu tak penting. Mau  minum kopi bersama?" Dengan senang hati Kate menerima tawaran Milan. Ia  segera mengambil tasnya dan mereka pergi ke kafe tempat dimana mereka  suka menghabisakan waktu bersama saat SMA dulu. Mereka memesan secangkir  hot chocolate dan secangkir tiramissu. Pesanan mereka tidak pernah  berubah sejak dulu.
" Pesanan kita selalu  sama jika kita kesini" Kate tersenyum mengingat - ingat kenangannya  bersama Milan. Kate menyeruput cangkir coklat tersebut dan matanya  bertemu dengan mata Milan yang sudah menatapnya dari tadi, " Ada apa?"  Tanya Kate. Tatapan Milan bergeser pada cincin yang melingkar di jari  Kate, " Kau bahagia dengan pernikahanmu?" Kate tersedak saat Milan  menanyakan hal itu " Ya........  aku bahagia. Mengapa kau bertanya  seperti itu?" jawab Kate mencoba mengekspresikan dirinya bahwa ia baik -  baik saja. " Maaf, aku bukan bermaksud tidak sopan menanyakan hal ini  padamu tapi.." Milan memberhentikan pembicaraannya. Ia melihat  sahabatnya dengan kasihan ia terlihat ingin mengatakan sesuatu tetapi ia  mengurunkan niatnya.
" Tapi apa Milan?" Tanya  Kate penasaran. " Tidak" senyum Milan kembali menghiasi wajahnya. " Aku  hanya ingin memastikan rumah tanggamu baik - baik saja. Karena ku rasa  ini semua terlalu cepat. Kau baru saja mengenal Jackson. Aku hanya tidak  ingin melihatmu terluka" Kate tersenyum kepada Milan " Milan.... aku  baik - baik saja. Aku dan Jackson hidup bahagia kok. Terimakasih kau  sudah ada sebagai sahabatku. Aku sangat senang dengan perhatianmu" Kate  mencoba menutupi semua masalah keluarganya. Ia tak ingin aib keluarganya  diketahui banyak orang, meskipun Milan bukanlah orang lain dalam  hidupnya"
Saat Kate sedang membela  suaminya dan menutupi aib keluarganya, dilain tempat Jackson sedang  bermesraan dengan Julie. " Sayang... apakah kita akan terus seperti ini?  Aku lelah sayang. Belum lagi kalau orang - orang tahu kau sudah  menikah. Mereka akan memberiku predikat sebagai perebut suami orang  sayang" ujar Julie manja yang sedang berada di pangkuan Jackson. " Hey.  Sabar sayang, kita tunggu sampai keadaan ayahku pulih, setelah itu aku  akan menceraikannya" Jackson mencoba meyakinkan Julie. " Iyasih...  sayang sebenernya aku dan adikmu punya rencana untuk menghancurkan  istrimu yang pembawa sial itu" " Apa itu?" Julie membisikkan sesuatu  ditelinga Jackson. Seketika alis Jackson mengerut, " Sayang, bukan kah  itu keterlaluan? Lagi pula aku tidak bisa melakukannya. Kita bisa  mencari cara lain kan?"
Julie berdiri ia  terlihat kesal melihat Jackson tidak se ide dengannya, " Mengapa kau  sekarang jadi membelanya?! Kau tahu sendiri yang ia lakukan pada adikmu  dan kita lebih jahat. Ah! Atau mungkin kau sudah menyukainya?!" Curiga  Julie. Jackson segera berdiri dan memeluk Julie dari belakang, " Sayang,  mana mungkin aku bisa berpaling darimu? Kau tahu sendiri kau adalah  belahan jiwaku. Baiklah aku akan membantumu" Julie membalikkan badannya,  ia menatap Jackson senang, " Really sayang?!" Tanya Julie. Jackson  mengangguk sambil tersenyum. Julie memeluk Jackson dengan mesranya, dan  ia mendaratkan sebuah ciuman mesra di bibir Jackson.