Mobil Argan baru saja meninggalkan wilayah rumah sakit. Selama perjalanan berlangsung, tidak ada satu pun pembicaraan keluar. Argan tetap dengan tatapan ke depannya, yang lebih menajam karena masih bergelung dengan emosi. Sementara Elvina tidak berani berbicara, karena Elvina tahu Argan kecewa atas ketidak-utuhannya. Hampir lima belas menit terlewat dan mobil sudah berhenti di depan kost Elvina. Mesin mobil sudah dimatikan, tapi tidak ada yang beranjak seinci pun. Bahkan tidak juga dengan melepaskan sabuk pengaman masing-masing. Waktu terbuang dengan sia-sia, lalu ketika Elvina akan beranjak karena terus diabaikan, suara Argan keluar dan menghentikannya. “Tahu apa yang kurasakan sekarang, El? Kecewa. Semua yang kupikir seharusnya kudapatkan sesuai dengan keinginanku