(Dua)

907 Words
Luna memandang jalanan kota dari kaca kafe, memandang para pejalan kaki yang berjalan santai di trotoar. Mereka rata-rata adalah pekerja kantoran yang lebih memilih berjalan ke beberapa meter menuju halte, sore adalah kondisi yang sangat menyebalkan di ibu kota. Dari pada membawa kendaraan sendiri lebih baik menggunakan ojek online. Luna menopang dagunya. Tak bisa di deskripsikan perjalanan hidupnya. Hidup sebagai anak orang kaya bukan berarti akan bahagia. Contohnya dia dan Jim, mereka tak lepas dari kebiasaan perjodohan dengan alasan menjalin kembali hubungan pertemanan kedua orang tua mereka. Bahkan, mereka tak diberi kesempatan untuk mengatakan tidak. Masih jelas di mata Luna. Peristiwa Lima tahun yang lalu, ucapan sakral dua orang laki-laki itu terngiang di telinganya. Jim tetap memaksakan ijab Kabul tanpa banyak bicara. Laki-laki itu bahkan tak terlalu menampakkan sikap menolak. Tapi ternyata, sehari setelah pernikahan mereka, Jim pergi tanpa kabar berita dan hanya meninggalkan secarik kertas yang berisi alamat apartemennya. Apa yang dilakukan Luna? Dibanding bersedih dia lebih banyak merasa sakit hati. Karena bagaimanapun, perlakuan Jim membuat harga dirinya terluka. Dia begitu kesusahan menjelaskan kepada kedua keluarga mereka tentang pernikahan mereka selama lima tahun ini. Pria itu, tak bertanggung jawab sama sekali. Jim, Luna hanya mengenalnya sekilas. Pria intovert yang tak menyukai dunia luar. Dia terlalu misterius dan penyendiri, tak ada yang diketahui oleh Luna berkaitan dengan pria itu selain namanya Jim dan dia seorang editor. Luna menyukai Jim? Oh tidak. Walaupun Luna bukan wanita yang populer, malah tergolong kurang gaul, dia takkan mungkin menyangkutkan perasaannya dengan laki-laki seperti Jim. Tak ada sedikitpun daya tarik laki-laki itu di matanya, bahkan Di mata semua orang. Luna melirik jam dinding yang berada di kafe itu, sebentar lagi waktu Maghrib akan masuk. Dia harus bergegas pulang jika tak ingin kemalaman sampai di apartemen. Gadis itu akhirnya keluar dari kafe setelah membayar tagihan terlebih dahulu. Luna, dia hanya wanita sederhana. Berpenampilan biasa bahkan boleh dikatakan tidak menarik. Dia tidak begitu mengerti dengan fashion. Baginya, yang penting bersih dan nyaman itu sudah cukup. Dia tak pernah menaruh perasaan kepada lawan jenis karena dia merasa rendah diri sejak kasus pembuliyan yang dialaminya saat SMA dulu. Mungkin dia juga termasuk wanita yang aneh, Jim laki-laki yang aneh. Mereka dijodohkan dan menjalani pernikahan yang aneh juga. Luna hanya tersenyum miris dengan nasibnya selama ini. ***** Luna mendapati apartemen dalam ke adaan gelap. Bahkan jendela masih dibiarkan terbuka. Bukan tak ada orang di rumah, buktinya sepatu lusuh kesayangan Jim masih tergeletak pasrah berceceran di ambang pintu masuk. Luna menghela nafas, menata sepatu itu ke rak sepatu yang sudah disediakan di dekat pintu masuk. Lalu kakinya yang dibalut celana kulot bewarna coklat itu melangkah menuju kontak lampu yang berada di dinding. Ruangan apartemen akhirnya terang benderang, namun Luna hanya menghela nafasnya melihat apa yang ada di depan matanya saat ini. Kulit kacang berserakan di atas meja di depan televisi serta botol minuman yang sudah kosong. Padahal apartemen kecil itu ditinggalkan Luna dalam keadaan rapi. Siapa lagi pelakunya kalau bukan manusia aneh alias Jim. Luna melempar tas kecilnya ke atas sofa lalu mengumpulkan kulit kacang dan botol itu lalu memasukkannya ke dalam tong sampah yang berada tak jauh dari sana. Jim, memang sangat menyulitkannya, laki-laki itu tak pernah memikirkan perasaan orang lain. Luna bersandar di sofa seiringan dengan Jim yang keluar dari persembunyiannya. Masih sama, memakai baju yang sama, serta wajah bantal sehabis bangun tidur. Pria itu sempat menatap sekilas padanya lalu berlalu ke arah dapur mengisi air putih dan meminumnya sampai tandas. Laki-laki itu berniat kembali masuk ke dalam kamar yang sudah dia klaim adalah kamar miliknya. "Jim! Kita perlu bicara." Langkah Jim terhenti, dia kemudian berjalan mendekati Luna dan duduk di samping wanita itu. "Kau tau, Jim? Aku belum menyetujui untuk tinggal berdua denganmu." Jim diam, bola mata coklat di balik kaca mata minus itu memandang Luna dengan pandangan tak terbaca. "Kita akhiri saja, Jim. Kita bercerai. Tak ada gunanya kita teruskan pernikahan ini." "Aku takkan mengulang dua kali. Sekali lagi aku tegaskan, tak ada perceraian." "Ada apa denganmu, Jim? Kau membuat semua sulit. Bahkan sedikit pun kau tak memberitahuku apa alasannya. Apa alasannya kau menghilang selama ini, dan apa alasannya kau datang kembali saat aku tak ingin lagi melanjutkan lelucon ini." Jim tak menjawab. Tanpa permisi dia bangkit meninggalkan Luna yang berteriak frustasi. "Jika kau ingin menumpang denganku, maka kita harus buat kesepakatan. Aku tidak bisa menolerir rumah yang kotor dan kebiasaan yang tidak pada tempatnya." Jim berhenti sejenak, lalu meraih gagang pintu kamar, masuk dan menguncinya dari dalam. Sepeninggal Jim, Luna hanya bisa menghempaskan nafasnya kasar. Rasanya dia menyesal telah menemui pria aneh itu ke apartemennya kalau ini yang didapatkannya. Jim terlalu rumit, terlalu misterius, pantas saja laki-laki itu tak pernah tinggal di rumah orang tuanya. Luna beranjak menuju dapur kecilnya. Memandang frustasi piring kotor yang teronggok di westafel. Belum lagi bungkusan mie instan yang plastiknya berceceran di lantai. Luna memang tak menyisakan makanan apa pun di apartemennya. Apakah selama ini laki-laki itu hanya mengonsumsi mie instan? Luna tak mau tau betapa kacaunya hidup laki-laki itu. Setidak Luna hidup dengan baik dan makan dengan teratur. Luna baru saja selesai mencuci piring ketika langkah tergesa-gesa Jim mengganggunya. Laki-laki itu menerobos kamar mandi dan muntah berkali-kali. Luna penasaran, tapi tak ingin bertanya dan mencampuri urusan laki-laki itu. Dia masih berada di tempatnya saat Jim keluar dari kamar mandi dengan wajah basah dan pucat. Jim sempat bertemu pandang dengan Luna. Dan pada akhirnya pria itu memutuskan kontak mata dengannya. Lalu berlalu kembali ke kamarnya tanpa berkata apa-apa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD