102. Panik

1630 Words

Riani menatap ponselnya sejak tadi, ada sesuatu yang sedang ditunggunya. Jemarinya mengetuk meja kerjanya berulang kali, tak bisa diam. Ekspresi wajahnya terlihat kesal dan sedih, meskipun samar, karena kebanyakan emosinya. Apa yang ditunggunya, belum juga ada. Arga sama sekali belum membalas pesan yang dikirimkannya tadi siang. Meskipun tadi pagi mereka bertengkar, seharusnya, Arga tidak bersikap demikian. Mengabaikan pesan Riani adalah sebuah hal yang keterlaluan. Sebagai seorang kakak, Arga tidak pernah tidak membalas pesannya, semarah apapun atau sehebat apapun pertengkaran mereka selama ini. Ini adalah pertama kalinya Arga berbuat demikian, membuat Riani merasa sangat gelisah dan khawatir. Apalagi, dia sudah berjanji pada Dewi akan mengajak perempuan itu ke rumahnya hari ini. Akan san

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD