“Wajahmu saat ini terlihat menyeramkan, Ni,” tegur Dewi, teman Riani saat melihat temannya terpaku di depan kantor, seolah sedang memendam amarah yang nyaris meledak apabila tidak bisa ditahan. “Kamu melihat siapa?” Dewi mengikuti arah pandang sahabatnya, tetapi tidak ada yang terlihat, mungkin dia sudah melewatkan orang yang Riani perhatikan atau bagaimana, dia sama sekali tidak mengerti. Jadinya, dia hanya bisa garuk-garuk kepala, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan sahabatnya. Padahal, kemarin, teman baiknya itu terlihat sangat antusias. Bahkan, saat mereka bertemu pagi ini, Riani terlihat sangat berbeda. Perempuan itu berdandan dan berpakaian dengan sempurna. Di mata Dewi, Riani seperti bidadari pagi ini. Akan tetapi, amarah di sorot mata Riani sekarang membuatnya sedikit

