bc

Islam Di Balik Tembok Gereja Katedral

book_age0+
4.9K
FOLLOW
41.5K
READ
adventure
forbidden
goodgirl
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Kalian pasti tau gereja katedral di jakarta, gereja yang berdekatan dengan masjid istiqlal. di sinilah cinta muncul dalam hatiku cinta abadi nan suci, cinta yang tak akan luntur oleh waktu dan tak akan pergi meninggalkanku...

cinta hakiki, cintaku bersama - Nya

Aku penggemar suara panggilanmu, wahai sang pencipta

chap-preview
Free preview
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral
Matahari dengan gagahnya menyinari kamar berwarna yang berdominan hijau itu. Kamar megah yang bahkan bisa menampung 20 orang sekaligus. Ya, ruangan itu lebih pantas disebut rumah karena sangking luasnya. Walaupun matahari sudah menampakkan diri dengan terang, tetapi tak mengusik gadis yang masih tidur dengan nyenyaknya di ranjang king size nya. Kringgg Kringgg Kringgg Alarm terdengar nyaring dalam ruangan mewah itu hingga rasanya telinga yang mendengarnya akan pecah. Brakkkk! Lagi-lagi nasib alarm itu sama seperti alarm sebelumnya berakhir dengan tragis di lantai. "Non Adriella, nyonya menunggu anda di bawah." panggil pelayan di luar pintu tersebut. Tapi sepertinya tak didengar oleh gadis di atas kasur Nya itu. Dan tak mendapat balasan sama sekali. "ADRIELLA DHALISHA AMIEL!! "Apa ...!" gadis itu langsung bangun dengan linglung lalu tanpa membenahi dirinya untuk menemui mamanya di depan pintu kamar. Itulah cara terampuh membuat gadis itu bangun memanggil namanya. Dengan lengkap "Hmm anak ini ... kenapa belum bersiap-siap? Kau lupa, hari apa ini?" Sesaat gadis itu memikirkan sesuatu, saat dia ingat dia langsung berlari, mempersiapkan dirinya di temani 5 pelayan yang berada di ltugasnya masing masing. Rambut, baju, make up, kulit, dan juga membantunya mandi. Adriella pov Aku lupa, hari ini aku akan sekolah di sekolah baruku, sebelumnya aku sekolah di New York City. Setelah siap aku segera turun dan disambut 2 pria tampan yang menatapku takjub dengan senyum menawan yang hampir sama. Dua pria yang paling berharga dalam hidupku. "Cantik, mirip sekali dengan kakaknya." puji kak Abdiel Justin Amiel, kakak laki-lakiku satu-satunya dan yang terbaik. Cupp "Memang cantik, siapa dulu papanya." kata pria paruh baya itu dengan bangga, setelah satu kecupan mendarat di pipiku. Justin Alero Amiel. Ayah terbaik di dunia. "Sudah cukup memuji putri kita ok, nanti dia terlambat ini hari pertamanya di sekolah baru kau ingat." Kata nyonya Amiel menengahi. Mama paling hebat di hidupku. "Ooo iya, ayo adek kakak sayang, kakak antar." "Ihhh sebel kenapa sih Rie harus pindah, Rie mau home schooling aja," Ah jujur saja, aku paling anti dengan sekolah biasa. Itu sangat tidak nyaman menurutku. "Jangan gitu dong sayang, kan udah janji kalo Rie bakal sekolah di tempat biasa." kata papa mencoba untuk membujukku. Aku hanya diam, sebenarnya aku benci tempat ramai karena mereka akan langsung sok baik saat mendengar nama Amiel melekat dinamaku. "Sudahlah princess ayo ke sekolah." kata kak El membujuk. "Iya." Kata apalagi yang bisa aku jawab selain ia. "Senyumnya mana?" kak kak El sambil menoel pipi putihku, Ku paksakan senyum manis terbit di pipiku. "Nah gitu dong, kan cantik klo kaya' gitu." Kami berlalu membelah jalannan Jakarta, sedikit lenggang karna ini masih sangat pagi. Sepertinya Kak El sangat semangat, buktinya pagi-pagi begini sudah ada di jalanan. Ah, Jakarta, aku tinggal di kota ini sekarang, sebelumnya aku tinggal di New York City, kota ini sangat berbeda kota ku dulu, kota dengan memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia. Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta tiga pelabuhan laut di Tanjung Priok, Sunda Kelapa, dan Ancol. Ya seperti itulah kota yang ku tinggali sekarang menurut pencarian googleku. Setelah beberapa menit aku tiba di sekolah ini. SMA Santa Ursula yang terletak di belakang Gereja Katedral Jakarta merupakan salah satu pionir sekolah Katolik di Indonesia. Keberadaan sekolah ini di Jakarta bermula dari pendirian Persekutuan Santa Ursula oleh Santa Angela di Brescia, Italia, pada tanggal 25 November 1535. Persekutuan Santa Ursula ini bertujuan untuk mendidik dan menyiapkan para gadis agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehingga mereka dapat mewujudkan nilai-nilai Kristiani melalui pengabdian terhadap masyarakat pada umumnya, dan kaum wanita pada khususnya. Karena misinya yang luhur ini, maka Persekutuan Santa Ursula diresmikan oleh gereja dengan pelindung Santa Ursula pada tanggal 9 Agustus 1536. Hingga kini, SMA Santa Ursula dikenal sebagai salah satu sekolah Katolik tertua dan paling prestisius di Indonesia. Di sana lah aku akan menimba Ilmu, sekolah yang terletak di belakang gereja katedral, ya sekolah itu lah kata mama yang terbaik lagi pula aku akan lebih fokus karena tidak ada lelakinya. Dan di sana penganut kristen semua. Tapi ada yang aneh di sana, tapi sejak aku melihat rasanya ada perasaan bergetar indah dan berkecamuk emosi lain dalam hatiku, sebuah bangunanYang memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama nya terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Bangunan utama itu di mahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar, Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut Selatan selasar indah sekali. Melihat bangunannya saja aku sudah sangat damai. Aku mulai memasuki sekolah ini hati ku, entahlah banyak hal yang aku rasakan tapi satu yang membuatku tenang aku akan bercampur hanya dengan perempuan di sini tidak ada lelakinya. Pikirku. Saat kakak mengantarku ke ruang kepala sekolah kulihat banyak yang memandang ke arah kami. Aku hanya diam seperti biasa. "Belajar yang rajin dan pintar ya, nanti kamu kakak jemput," "Iya." kataku menimpali. Setelah mencium pipiku Kak El langsung pergi, sepertinya dia akan mulai berkerja. Setelah semua selesai aku diajak masuk oleh satu guru ke kelas baruku. "Anak-anak kita punya keluarga baru di sini. Nak silahkan perkenalkan diri kamu." "Hai, perkenalkan nama Saya Adriella Dhalisha A panggil saja Rie, salam kenal dan mohon bantuannya," Ucapku dengan bahasa Indonesia dengan logat Amerika. Kalau kalian bertanya-tanya kenapa aku bisa bahasa Indonesia nanti akan ku kejelaskan. "Baiklah Adriella, silahkan duduk di kursi kedua ya." Aku hanya mengangguk dan mulai duduk di sana. "Hai, Rie namaku Alivia, panggil aku Via, salam kenal." kata gadis cantik ini dengan senyum manisnya. "Iya, salam kenal juga." kataku singat dan mulai memerhatikan penjelasan guruku. Bel bunyi tanda istirahat mulai terdengar aku langsung merapihkan buku, sebenarnya aku lapar tapi mau bagaimana lagi. "Emm, ke kantin bareng yuk, kamu pasti laper." kata gadis tadi emm siapa ya namanya. Aku tidak terlalu pintar dalam mengingat nama. Ohh iya Via. "Boleh." jawabku singkat dengan senyuman. Kami pergi berlalu ke kantin, Sampai di kantin aku langsung duduk di kursi pinggir jendela. Sedangakn via dia bilang akan membelikan makanannya untukku. "Hai, kamu anak baru ya, perkenalkan namaku jessica panggil aku Jess." "Ah iya, salam kenal namaku Adriella panggil saja Rie," ucapku rada canggung. Ternyata anak SMA Santa Ursula benar benar ramah. "Hai Jess, sudah lama di sini ?" sapa Via saat melihat gadis baru bernama Jess tadi. "Iya Vi, aku baru kenalan dengan anak ini namanya ....," "Adriella Dhalisha," belum selesai Jass menyelesaikan kata-katanya sudah didahului oleh Via. "Ah iya, kok kamu kenal." "Kami sekelas, Jess." "Ohh, menyenangkan sekali." katanya sambil tersenyum, aku hanya memperhatikan saja sepertinya mereka dari dekat. "Kau cantik sekali, Rie." pujinya "Terima kasih." kataku dengan senyuman. Dia bukan orang yang pertama memuji kecantikan yang kumiliki. "Baiklah, ayo makan," ujar Via sambil memberikan semangkuk makanan padaku. "Terima kasih." jawabku sambil tersenyum. "Jass nanti ke gereja kan." kata Via mulai membuka percakapan. "Iya, Rie kamu ikut ya," Aku menolehkan kepala ke arah mereka. "Boleh." jawabku cepat. Ah, aku ingin bertanya pada mereka. "Emm ... bangunan besar di belakang gereja itu yang ada seperti kerucut indah itu bangunan apa?" tanyaku heran. "Kamu gak tau?" tanya mereka sedikit kaget. "Emm tidak, memangnya apa?" "Itu Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara." Masjid ? Namanya sudah sangat indah rasanya hatiku sedikit bergetar mendengar hanya kata masjid memangnya apa itu masjid ? "Masjid itu apa?" "Aduhh, Rie sayang. Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Islam atau Muslim. Masjid artinya tempat sujud, setau aku sih gitu aku pernah serching di google." "Untuk umat Islam? Kenapa masjid itu berdekatan dengan gereja katedral?" tanyaku. Sungguh aku bingung sekali dan rasa ingin tahuku sangat tinggi. "Ya, karena kita dikenal sebagai bangsa dengan nilai toleransi yang tinggi, masyarakat di Indonesia amat menghargai indahnya perbedaan. Di Ibukota, keindahan toleransi tersebut disimbolkan dengan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang dibangun bersebelahan. Sejak pertama kali dicetuskan gagasan untuk membuat masjid terbesar di Indonesia, Presiden Soekarno sudah memiliki ide untuk membangun Masjid Istiqlal berdekatan dengan Gereja Katedral yang telah dibangun lebih dulu pada tahun 1901. Saat itu Soekarno menghendaki Masjid Istiqlal dibangun berdampingan dengan Gereja Katedral untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai dasar negara Indonesia, yakni Pancasila. Aku diam mendengarkan penjelasan Jessica yang beruntun bagaikan pidato. Tapi satu pertanyaan mengisi otakku kini. "Memangnya orang islam islam itu mau? Mereka tidak keberatan? Apa mereka membuly orang kristen di masjid?" tanyaku beruntun karena di New York banyak yang bilang islam itu seperti itu. "Emm tidak, kalau umat islam itu memusuhi kita maka gereja itu sudah hancur 'kan? Dan sampai sekarang aman-aman saja kok." Aku membenarkan kata-katanya dalam hati, ternyata tidak seburuk itu ya, tapi kenapa di negaraku di beritakan seperti itu. "Sudah selesai belum?" kalau sudah ayo ke kelas aku gak mau kita terlambat. Suara Via menyentak "Iya." ~~~ Sepulang sekolah, aku, Jess dan Via mendatangi gereja dan berdo'a di sana. Hmm sebenarnya aku memang sering ke gereja karena aku ingin mencari ketenangan tapi sampai sekarang pun aku tak pernah tenang. Hmm mungkin aku belumm terlalu khusuk, batinku. Aku memejamkan mataku dan mulai membaca do'a, ku pejamkan mata ini hingga terasa suasana jadi hening. (2x) اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر Terdengar suara speaker yang melafazkan dengan merdu dan indah sekali bergetar rasanya hatiku mendengarnya. Tapi setelah aku membuka mata suara itu tak terdengar lagi karena motor dan mobil mulai ramai. Ku coba memejamkan mata lagi, entahlah hatiku ingin sekali mendengarkan suara itu tapi suara mobil dan motor yang bersautan lebih keras di telingaku. Berkali-kali aku mencoba fokus untuk mendengarkannya tapi tidak bisa. Entahlah ada perasaan sedih di hatiku saat tidak bisa mendenger kalimat luar biasa itu. Ah tidak bisa, indah, misteri aku rasa kata-kata itu mengandung makna luar biasa. Suara apa itu? "Rie, kamu udah berdo'a kan?" Aku terperanjat dan menoleh ke arah Via yang memanggilku. "Eh, maaf, iya ayo pulang," aku langsung berjalan mengikuti mereka, berlalu pulang, dan aku tanpa berdoa sedikitpun aku masih membayangkan suara yang kudengar tadi. "Kalian dengar suara yang indah gak tadi?" tanyaku kepada mereka berdua. "Emm ... tidak." jawab Via dan Jess hanya menggeleng. "Memangnya kau mendengar apa?" tanya Jessica padaku dan Via pula menatapku seolah minta penjelasan yang sama. "Entahlah aku tidak tau apa itu, seperti suara aneh. Terdengar seperti pujian agung dan kekuatan hati tapi ada ketenangan di sana." Mereka berdua menautkan alis karena bingung. Mereka saling pandang dengan bingung. "Entahlah, Rie, tapi aku tidak mendengar apa apa." kata Jessica. "Aku juga tidak." kata Via menimpali. "Oh, begitu ya," kataku sambil berlalu. Ada apa denganku ini? Apa aku berhalusinasi? Kami kembali melangkah menuju sekolah karena aku yakin kakak ada di sana menungguku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MY DOCTOR MY WIFE (Indonesia)

read
5.0M
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.2K
bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook