Jordan mengangguk membenarkan. “Sakit sekali.” Ucapnya. Menunjukkan wajah sesedih mungkin agar mendapat simpati dari gadis tersebut. “Ditambah lagi aku dalam keadaan tegang sebelumnya. Sakitnya berkali-kali lipat.” Benar saja, Azhura merasa sangat bersalah. Dia menekannya terlalu kuat, Jordan pasti sangat kesakitan sekali. Gadis itu tahu bagaimana rasa sakitnya, sebab fakta mengatakan bahwa bagian tersebut adalah alat vital terpenting. Tidak salah jika Jordan merasa setenmgah mati menahannya. Mendengar nada bicara Jordan seperti anak berumur lima tahun, Azhura tersentuh. Kedua tangannya terulur pada wajah Jordan, membingkai wajah kokoh dan berbulu-bulu halus, calon jambang. “Sabar ya, minggu depan kita menikah.” Ucapnya lembut. Kedua iris Jordan berbinar, “Baby, benarkah?” Tanya