Agatha menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dengan mata yang terfokus pada televisi. Hari ini ruangan yang didekor dan difungsikan sebagai ruang untuk menonton tersebut lebih ramai dari biasanya. Di samping Agatha ada James yang tampak santai dengan sebuah laptop yang ada di pangkuannya, ia tampak sedang mengerjakan sesuatu namun tidak begitu serius.
Adel, Peggy, dan Katty ramai berdiri di belakang sofa yang diduduki oleh Agatha dan James. Sedangkan Vin berdiri di depan pintu masuk ruangan ini. Dan semua kebersamaan ini tidak tercipta tanpa sebab, semuanya dilakukan karena mereka akan menonton video wawancara yang telah mereka lakukan sekitar dua jam yang lalu.
Jika merujuk pada kalimat yang telah diucapkan oleh pembawa acara yang tampil di layar kaca, wawancara yang dilangsungkan di kediaman Hunt akan disiarkan setelah jeda pariwara. Rasanya mereka sudah tidak sabar untuk menunggu iklan yang sama sekali tidak menarik untuk ditonton agar segera berakhir—kecuali James dan Vin yang sebenarnya tampak malas untuk menonton mereka di layar kaca.
“Kenapa iklannya lama sekali?” gerutu Katty yang mulai tidak sabar menunggu, ingin segera melihat wajahnya di televisi. Rasanya itu akan sangat membanggakan, Katty akan memotret wajahnya sendiri di televisi dan akan mengunggahnya di sosial media.
Adel yang mendengar hal tersebut menyikut Katty untuk memperingatkan jika tidak ada yang boleh berisik karena ada James di sini. Tidak sopan jika mereka membuat keributan yang mana hal tersebut bisa saja membuat mereka dipecat jika James atau Agatha merasa terganggu.
Setelah menyadari kesalahannya, Katty langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Terkadang ia sulit mengontrolnya dirinya sendiri untuk tidak berbicara. “Maafkan aku,” ucapnya hanya dengan menggunakan gerakan mulut tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Adel dan Peggy hanya kompak memutar mata mereka untuk menanggapinya.
“Selamat malam, Pemirsa yang kami cintai. Masih bersama saya Anna, kita akan mengulas berbagai kisah selebriti dan pesohor negara yang menarik untuk diperbincangkan.”
Kalimat pembukaan yang diucapkan oleh pembawa acara di televisi membuat ketiga pelayan pribadi itu tersenyum antusias melihat ke layar kaca dan tak sabar untuk melihat berita yang akan ditayangkan. Tidak hanya mereka, Agatha yang merupakan bintang utama dari wawancara yang telah dilaksanakan pun turut antusias untuk melihatnya. Ia menegakkan posisi duduknya bersamaan dengan James yang menyimpan laptop di meja.
“Kali ini kita akan mengulas tuntas mengenai kisah yang ramai diperbincangkan belakangan ini. Pernikahan seorang pengusaha yang sudah menduniakan namanya yakni James Hunt mendadak menjadi perbincangan panas ketika ia batal menikahi kekasihnya Emily Rose dan berakhir menikahi seorang wanita yang bernama Agatha Claire.”
Agatha menolehkan kepalanya pada James yang kini tengah menatap layar kaca dengan tatapan yang sangat datar. Agatha mendesah kecewa, mengapa kalimat pembukaan yang disampaikan oleh pembawa acara tersebut seolah menyiratkan jika Agatha telah merebut James dari pelukan Emily?
Padahal dalam kasusnya dia yang menjadi korban dan bukannya Emily.
Berita itu pun dimulai setelah pembawa acara tersenyum ke arah kamera. Tidak langsung menampilkan sesi wawancara karena yang pertama kali ditampilkan adalah kumpulan video pernikahan dan resepsi Agatha dan James, bahkan diselipkan pula beberapa potret kebersamaan James dan Emily dulu yang disandingkan dengan potret pernikahan James dan Agatha.
“Inilah sosok Agatha Claire yang namanya mendadak naik ketika ia dipersunting oleh seorang pengusaha bernama James Hunt. Bagaikan dihujani oleh jutaan keberkahan, sosok Agatha yang sebelumnya tinggal di sebuah gubuk tua seorang diri kini berhasil mendiami kediaman Hunt dan telah resmi menjadi Nyonya di dalamnya. Dan inilah potret Agatha yang berhasil kami wawancarai beberapa waktu yang lalu.”
Agatha memerhatikan wajahnya ketika ia mengatakan mengenai perasaannya setelah menikah dengan James. Menurutnya, mimik wajah yang diciptakan olehnya cukup natural dan tidak terkesan dibuat-dibuat walau nyatanya jelas sekali jika pada saat itu Agatha sedang berbohong.
“Itu tanganku!” Seolah lupa jika tadi ia memperingatkan Katty untuk tidak berisik, Adel berjingkrak kegirangan ketika sebelah tangannya terekspos oleh kamera. Padahal hanya tangannya saja, Agatha jadi tidak dapat membayangkan bagaimana ekspresi yang akan ditunjukkan oleh pelayannya tersebut ketika nanti wajahnya yang tampil di televisi.
“Tetapi jika Tuhan berkata jika aku adalah wanita yang tepat untuk disandingkan dengan James, wanita lain bisa apa?” Itu adalah kalimat yang Agatha ucapkan tadi dan baru saja ditampilkan di televisi.
James tersenyum miring karena kalimat yang dilontarkan oleh istrinya tersebut. Dan hal tersebut diketahui oleh Agatha yang memang sedari tadi melihat ke arah suaminya dan bukannya memerhatikan televisi yang sedang menampilkan wajahnya. Entahlah, rasanya Agatha malu untuk melihat wajahnya sendiri di layar kaca.
“Jadi wanita lain bisa apa jika kau adalah wanita yang dipilihkan Tuhan untukku?” tanya James masih dengan senyum miringnya. Kepalanya ia arahkan mendekati Agatha yang membuat wanita itu refleks membuat gerakan menjauh.
“Wanita lain tidak bisa apa-apa. Karena bagaimanapun mereka berusaha, kehendak Tuhan yang akan terjadi.”
“Jadi kau sudah ikhlas menerima pernikahan kita dan menganggap ini sebagai kehendak Tuhan?” tanya James dengan alis yang terangkat.
Agatha mendengus dibuatnya, mengapa ia jadi terjebak kalimat yang keluar dari mulutnya sendiri? Haruskah ia ikhlas dengan apa yang terjadi?
“Aku ikhlas ataupun tidak, semuanya tetap telah terjadi. Tidak ada yang bisa berubah, bahkan jika aku tidak merasa ikhlas seumur hidup pun. Bahkan kau sudah menjadikanku istri secara agama dan juga negara. Kau pun sudah mengambil hakmu sebagai suami. Jadi apa kau tidak terlambat bertanya apakah aku ikhlas atau tidak?” sinis Agatha sambil mendelik tajam dan mengalihkan matanya pada televisi.
Bukanya tersinggung, James justru tertawa ringan dibuatnya. “Kau benar, aku suah mengambil hakku sebagai seorang suami. Tapi bukankah dengan begitu kau juga mendapatkan hakmu sebagai seorang istri? Selain itu pun aku memenuhi semua kebutuhanmu, anggap saja jika kita sedang melakukan hubungan simbiosis mutualisme.”
Ingin rasanya Agatha mencakar-cakar wajah James dengan kukku-kukku jarinya, sayang sekali Agatha tidak terbiasa untuk memanjangkannya. Jadi ia hanya mendengus kesal sebagai respons yang diberikan untuk suaminya tersebut dan kembali fokus pada televisi.
“Kami berencana akan berbulan madu ke Yunani, dan akan mengunjungi beberapa kota yang ada di sana.”
James membulatkan matanya setelah menyimak kalimat yang diucapkan Agatha yang baru saja disiarkan di televisi. Masih dalam kekagetannya, James kembali menoleh atas Agatha. “Mengapa kau mengatakan jika kita akan pergi mengunjungi beberapa kota? Sial! Aku tidak mempunyai waktu sebanyak itu untuk liburan.”
James mengusap wajahnya kasar. Jika Agatha sudah mengatakannya di depan awak media, maka itu artinya James harus melaksanakannya. Akan memalukan jika apa yang Agatha katakan hanya menjadi bualan belaka.
“Aaaaa! Lihatlah wajahku ada di televisi!!” pekikan Peggy membuat suasana pecah seketika.