James baru saja turun dari mobil mewahnya ketika melihat Agatha tengah bercanda ria dengan seorang pria di halaman rumah. Ada pula kucing yang tampak tak begitu terurus di pangkuan Agatha. Pemandangan tersebut James saksikan dengan wajahnya yang sangat datar. Sama sekali tidak ada niat untuk sekadar menyapa, James berlalu begitu saja hampir melewati istrinya.
Namun, tangannya tertahan oleh tangan kecil yang tiba-tiba mencekalnya. Agatha yang melakukannya, dan hal tersebut membuat James berhenti padahal bisa saja ia tetap melangkahkan kakinya mengingat jika tangan Agatha akan sangat mudah untuk dihempaskan.
“James, aku ingin berbicara sesuatu padamu,” ungkap Agatha dengan binaran mata yang sangat kentara. Hal itu membuat James menyadari jika kehadiran pria yang terlihat kumal itu telah memperbaiki suasana hati Agatha yang belakangan ini muram setelah manikah dengannya.
Dengan alis terangkat James membalas, “Katakanlah dengan cepat karena aku sedang lelah.” Ketika mengatakan kalimatnya, James sama sekali tidak berusaha untuk menatap Agatha. Sedang malas untuk melakukannya, dan sejujurnya James sedang malas untuk bertemu dengan istrinya yang mana bukan wanita yang selama ini ia inginkan.
Jika saja yang menjadi istrinya kini Emily, pasti James akan semangat untuk pulang ke rumah setiap harinya. Sayang sekali, kini wanita itu hanya menjadi kenangan buruk yang akan James ubah menjadi sebuah nama yang membusuk terbungkus rasa sakit dan dendam yang perlahan mulai berkecambah di dalam hatinya.
Niat Agatha untuk mengatakan jika ia ingin Obie mendapatkan sebuah pekerjaan di rumah ini urung ketika mendengar jika James tengah kelelahan. Seharusnya Agatha mengerti akan hal tersebut mengingat jika suaminya baru saja pulang bekerja. Karena kesadaran itu pula Agatha melepaskan tangan James.
“Tidak jadi, sepertinya aku berbicara padamu nanti saja.” Agatha tersenyum tulus, benar-benar tulus tidak seperti biasanya. Dan hal tersebut sama sekali tidak berarti apa-apa bagi James yang langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
Agatha membalikkan tubuhnya kembali pada Obie yang tadi hanya berdiam diri saja. “Sepertinya aku akan mengatakan pada James nanti setelah dia beristirahat.”
“Tidak masalah Agatha, aku bisa menunggu. Dan apa pun keputusannya kau bisa mengabariku di nomor yang sudah kuberikan tadi. Kuharap kau tidak akan menghapusnya,” canda Obie di akhir kalimatnya. Tentu saja Agatha tidak akan menghapus nomornya karena ia bukkan Jonathan yang menjadi catatan kelam dalam kehidupan Agatha.
Agatha mengambil alih Opie yang tiba-tiba saja meloncat turun dan berusaha untuk kabur, ia memegang tubuh kucing itu erat-erat agar tak memberontak—tetapi tetap tidak membuat Opie merasakan sakit. “Apakah boleh jika kau meninggalkan Opie di sini untuk malam ini? Besok sepulang dari universitas aku akan mampir ke gubuk dan akan membawa Opie bersamaku.”
Opie memang bukan kucing yang menggemaskan, tetapi cukup untuk membuat Agatha merasakan rindu. Apalagi Agatha juga merasa jika Opie adalah temannya yang lain selain Obie dan ketiga sahabatnya. Tidak peduli jika Opie terlihat tidak cantik di pandang mata, yang terpenting adalah kucing itu mau menjadi temannya. Agatha juga tidak peduli jika nanti Opie kan mengeong dengan cara yang kasar dan menakutkan, mungkin saja itu akan menjadi senjatanya ketika menghadapi James.
Dengan berat hati Obie menganggukkan kepalanya. Ia akan memberi Agatha kesempatan untuk bersama Opie. Walau dengan begitu maka ia akan sendiri dan merasakan sepi di gubuk Agatha. Bukan hantu Fred dan Elena yang ada di bayangannya, tetapi Obie membayangkan jika dirinya akan tenggelam dalam lautan kegelapan sendirian.
Menurut Obie, tidak ada yang menyenangkan dari hidup sendirian. Hal tersebutlah yang membuat Obie pernah nekat untuk mengemis tempat tinggal pada Jonathan padahal pria itu tidak pernah memperlakukannya dengan benar-benar baik.
“Benarkah?”
“Tentu saja, bukankah kau pernah bilang jika kau adalah ibunya? Sebagai seorang ayah yang baik, aku tidak mungkin memisahkan anak dari ibunya,” ungkap Obie dengan tawa kecil yang hadir. Ia mengusap kepala Agatha dan Opie secara bersamaan. Baginya, hanya mereka yang kini menjadi keluarganya. Obie tahu jika dulu ia tidak pernah menabrakkan diri pada Jonathan maka ia tidak akan bertemu dan bisa berteman dekat dengan Agatha.
Maka dari itu Obie tidak menyesali pertemuannya dengan Jonathan.
Agatha tertawa lepas seraya memeluk Opie yang mencoba untuk berontak dari pangkuannya. Dengan gemas ia berkata, “Kau dengar bukan? Aku adalah ibumu jadi kau harus menurut padaku, kucing liar!”
Tawa Agatha terhenti ketika seorang pria asal India hendak melewatinya. Hans Parighi, sosok itu membuat Agatha melepaskan Opie dan segera berdiri. “Hans, syukurlah kau ada. Aku ingin bertanya sesuatu padamu.”
Agatha berujar dengan antusias, lupa jika pria tersebut adalah tangan kanan dari suaminya yang berhati iblis. Dan Hans juga yang telah menyeretnya untuk naik ke atas altar ketika pernikahan. Pria tersebut kini tampak lelah, sama seperti James tadi. Namun, Agatha akan tetap bertanya padanya.
“Ya, Nona—maksud saya Nyonya Agatha. Apa yang ingin kau ketahui?” tanyanya dengan mata yang melirik sekilas ke arah Obie yang betah dengan posisinya untuk duduk.
Beberapa detik kemudian Obie ikut berdiri karena Agatha yang menarik tangannya.
“Perkenalkan dia adalah Obie, temanku. Dan hal yang ingin kutanyakan adalah apa kau mempunyai pekerjaan untuknya? Aku ingin dia bekerja pada James agar aku dapat sering bertemu dengannya. Kau tahu bukan jika aku membutuhkan teman di rumah ini? Jadi, sekarang katakan apakah ada pekerjaan yang cocok untuknya?”
Agatha masih belum kehilangan antusiasnya, wajahnya masih berseri dengan semangat yang menyala-nyala. Hans memiringkan kepalanya sedikit untuk berbicara dengan Agatha. “Jujur kukatakan Tuan James sedang tidak membutuhkan apa pun. Jadi dengan berat hati aku katakan jika tidak ada lowongan pekerjaan.”
Agatha merengut sedih. “Tuanmu itu mempunyai perusahaan di mana-mana, setidaknya ia pasti butuh ribuan orang untuk bekerja padanya.”
“Dan Tuan James sudah memilikinya.”
“Kalau begitu katakan padanya untuk menambah satu orang lagi, aku yakin hal tersebut tidak akan membuatnya jatuh miskin.”
“Jika begitu sebaiknya Nyonya Agatha katakan langsung pada Tuan James.”
Agatha mengepalkan tangannya dan meninju-ninju udara ketika Hans pergi melewatinya. Dalam hati ia mendengus kasar, ternyata bos dan anak buah sama saja. Sama-sama sombong!
Sempat mengentakkan kakinya beberapa kali. Kini Agatha kembali menatap ke arah Obie yang terdiam kaku. “Agatha, kau tidak perlu memohon apa pun untukku. Jika memang tidak ada lowongan pekerjaan di suamimu, aku bisa mencarinya di tempat lain. Kau tidak perlu khawatir tentang itu.”
Agatha menghela napas seraya mengangguk. Namun, dalam hati ia berkata jika ia akan memaksa James agar memberikan sebuah pekerjaan pada Obie. “Baiklah, jika begitu aku pulanglah lebih dulu.”