PROLOG

522 Words
Milan, Italia. Beberapa bulan sebelumnya. --- Annastasia Judith Estelle terlihat berlari dengan seorang pria ketika mendengar suara tembakan saling bersaut-sautan. Seluruh tenaga mereka berdua kerahkan. Mencoba untuk menghindar dari segerombolan orang yang sedari tadi tidak hentinya mengejar. "Demi Tuhan, siapa sebenarnya mereka. Kenapa tiba-tiba malah mengejar kita berdua seperti ini?" tanya Annastasia. Wanita berambut ash brown itu tampak begitu panik dan ketakutan. Kini, mereka berdua tengah bersembunyi di salah satu lorong kecil yang lokasinya sangat jauh dari jalan raya. "Mereka adalah sekelompok mafia yang sepertinya memang ditugaskan untuk mengikuti kita." Pria di sebelahnya tampak sibuk memperhatikan keadaan sekitar. Takut-takut kalau orang-orang yang sedari tadi mengejar menemukan tempat persembunyian mereka berdua. "Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku tidak ingin mati sia-sia. Tapi melawan mereka sepertinya juga bukan hal yang mudah. Kita kalah jumlah." Ada nada khawatir terselip dalam kalimat yang terlontar dari bibir wanita itu. "Sebenarnya apa yang mereka cari?" Pria itu merogoh sebuah barang berbentuk persegi dari dalam saku celananya. Sekali lagi menengok sekitar lalu memberikan benda tersebut kepada si wanita. "Anne, Ku mohon simpan benda berharga ini. Para mafia tadi mengejar kita karena ingin mengambil barang yang ku bawa ini. Di dalamnya, ada beberapa informasi penting. Apa pun yang terjadi, jangan pernah memberikan benda tersebut kepada siapa pun yang tidak kau kenal." Wanita bernama Anne itu sontak terperanjat. "Kalau memang begitu penting, kenapa harus aku yang menyimpannya?" Ia nampak kebingungan. "Karena cuma kau yang bisa menjaganya," sahut pria itu cepat. "Sekarang cepat pergi dari sini. Carilah tempat yang aman agar mereka tidak menemukanmu," perintahnya dengan tegas. "Kau harus gegas mencari tempat netral dan bersembunyi di sana sampai aku datang menjemputmu. Untuk alamatnya, sudah ku tulis di secarik kertas yang sedang kau genggam. Dan perlu kau ingat! Hanya Kiano, si pemilik tempat itu yang bisa menolong dan melindungimu dari bahaya ini." Wanita itu menggelengkan kepala. Benar-benar bingung dengan perintah yang diberikan. "Tapi aku tidak mengenalnya. Bagaimana bisa pemilik tempat itu mempercayai bahkan mau menerima kehadiran apalagi sampai menolong orang yang tidak dikenalnya. Lagi pula ini menyangkut nyawa!" "Berpikirlah, Anne. Yakin kalau kau bisa melakukan ini semua." Pria itu mencoba untuk menenangkan. "Semua petunjuk sudah ku tuliskan di dalam kertas yang baru saja kau simpan. Nanti, setelah aman, kau bisa membaca dan mempelajarinya. Sekali lagi, hanya kau yang mampu melakukan ini semua," ucap pria itu sambil menggenggam erat tangan lawan bicaranya. Anne menghela napas dalam kemudian mengangguk. "Baiklah, aku akan berusaha semaksimal mungkin menjalankan perintahmu." Pria itu akhirnya bisa tersenyum lega. Paling tidak, ia bisa tenang karena yakin Anne akan terlindungi. "Kalau begitu, sekarang kau segera pergi dari sini. Aku akan berjaga-jaga. Kalau perlu mengalihkan perhatian mereka." "Itu artinya kita berpisah?" Pria itu menganggukkan kepalanya. "Masih ada tugas yang harus aku selesaikan." "Apa kita nanti akan kembali bertemu?" tanya wanita itu memastikan sebelum benar-benar beranjak. "Kita pasti bertemu. Tenang saja, aku selalu berada di dekatmu. Bahkan akan terus melindungimu dari kejauhan. Jadi jangan khawatir. Sekarang pergi, sebelum mereka menemukan kita berdua." Anne mengangguk. Dengan sisa keberanian yang ia punya, wanita itu berlari sekencang mungkin. Berusaha menghindar dari kejaran segerombolan pria yang sebelumnya mengincar. . . Judul : PLAYDATE PENULIS : NOVAFHE
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD